google adsense

Tuesday, September 9, 2014

Pemberian Obat pada Kelompok Usia Tertentu (Bayi, Anak-anak dan Lansia)

  1. Pertimbangan Khusus Pemberian Obat pada Kelompok Usia Tertentu (Bayi, Anak-anak dan Lansia)
1.    Penggunaan obat pada bayi dan anak-anak
Bayi, perlu dipertimbangkan aturan dosis yang tidak membuat bayi keracunan, mengingat  perkembangan organ belum matang. Usia, berat badan, area permukaan tubuh, dan kemampuan tubuhdankemampuanmengabsorpsi, danmengekresiobat pada anak berbeda-beda. Dosis untuk anak lebih rendah dosis pada orang dewasa, sehingga perhatian khusus perlu diberikan dalam menyiapkan obat untuk anak.
Mengingat belum matangnya fungsi organ pada anak, maka dosis obat perlu disesuaikan. Jaringan yang sedang tumbuh dengan cepat pada bayi dan anak kecil membuat lebih peka terhadap obat-obat tertentu, misalnya tetrasiklin yang diberikan pada trismester kehamilan terakhir dan masa kanak-kanak (<8 tahun) menyebabkan perubahan warna gigi yang permanen karena sifat mengendapnya pada jaringan tulang dan gigi yang sedang tumbuh dari janin dan kanak-kanak. Akibatnya terhambatnya pertumbuhan tulang serta gigi bertitik kuning kecoklatan dan lebih mudah berlubang atau caries. Sementara pada manusia dewasa hal tersebut tidak ada pengaruhnya.

Obat anak-anak biasanya diberikan secara oral dalam bentuk cair atau secara intravena.Suntikan tidak lazim diberikan kecuali untuk imunisasi.Suntikan pediatrik dihitung sampai perseratusan terdekat dan diberikan dengan menggunakan alat suntikpresisi 1 mL (tuberculin).Untuk pengobatan denganinfus, digunakanmikrodrip, buretrolataualat pengatur volume lainnya dan pompa infus.Sebagian besar rumah sakit memiliki pedoman untuk pemberian infus pediatrik; bila tidak tersedia, perawat harus mencari keterangan dari buku pedoman pediatrik yang dapat dipercaya.Pedoman untuk orang dewasa tidak aman bagi anak-anak.
Pemberian dosis anak dapat didasarkan pada 2 hal:
a.    Dosis berdasarkan berat badan yaitu : Dosis obat dalam satuan mg/Kg BB/hari. Dosis yang diperlukan adalah dosis per mg/kg BB-nya atau menurut rumus dosis clark dosis anak dapat dihitung.
BB anak X Dosis dewasa = Dosis anak-anak 60*)
*) rata-rata BB dewasa manusia indonesia dalam kg
b.    Dosis berdasarkan permukaan tubuh adalah :
Luas permukaan tubuh X dosis dewasa= Dosis anak-anak
1.73 m2
Luas permukaan tubuh anak dicari dengan nomogram berdasarkan potongan berat badan dan tinggi badan . Metoda ini sekarang paling sesuai untuk perhitungan dosis anak karena banyak fenomena fisik berkaitan dengan luas permukaan tubuh. Besarnya dosis anak sebagai persentase dari dosis dewasa dapat dilihat pada tabel.

Tabel : Usia, BB, Dosis anak
Usia
Berat badan
(kg)
Dosis anak
(% dari dosis dewasa )
Neonatus
3,4
< 12,5
1 bulan
4,2
< 14,5
3 bulan
5,6
18
6 bulan
7,7
22
1 tahun
10
25
3 tahun
14
33
5 tahun
18
40
7 tahun
23
50
12 tahun
37
75
Pertimbangan yang dominan dalam menentukan dosis anak adalah kemampuan pada aspek farmakokinetika obat yang berbeda dengan dewasa yaitu mengenai tahapan absarpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat (ADME) hal ini dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.
Tabel : Kemampuan organ tubuh bayi dan anak dari tinjauan farmakokinetika obat.
Tahap Farmakokinetika
Kemampuan reseptos dan kondisi biologis
Absorpsi
pH lambung lebuh tinggi dari dewasa , akibatnya golongan obat penisilin akan lebih banyak penyerapannya, sehingga dosiisnya perlu diturunkan.
Waktu pengosongan lambung yang lebih lambat. Obat lebih lama untuk mencapai kadar puncak.
Kulit bayi yang tipis membuat obat topikal harus hati-hati
Distribusi
Karena bayi mempunyai pengikatan pada protein plsma yang lebih sedikit, maka terdapt obat bebas lebih , sehingga toksisitas obat mudah dicapai. Dosis antibiotik harus diturunkan
Metabolisme atau biotransformasi
Aktivitas enzim hati yang masih rendah, sehingga waktu paruh lebih panjang. Pertimbnagkan kemungkinan akumulasi obat. Sementara pasa enak yang lebih besar dengan meningkatnya laju metabolisme, membuat waktu paruh lebuh singkat, sehingga dosis perelu dinaikkan
Ekskresi
Eliminasi obat melalui ginjal menurun sampai usia satu tahun. Penurunan dalam ekskresi obat menyebabkan waktu paruh yang lebih panjang dan ada kemungkinan terjadi toksisitas obat.
1.    Pemberian obat pada lansia
Pemberian obat pada lansia juga membutuhkan pertimbangan khusus.Disamping perubahan fisiologi penuaan, faktor tingkah laku dan ekonomi juga mempengaruhi penggunaan obat pada lansia.danterjadi penurunan fungsi-fungsi organ, sehingga pemberian obat harus dilakukan hati-hati.
Individu berusia lebih dari 65 tahun merupakan pengguna obatterbanyak (Ebersole, Hess, (1994) dalam Perry & potter (2005)). Perawat yang memberikan obat kepada lansia harus mencermati lima pola pengguna obat klien lansia sebagaimanadiidentifikasi (Ebersole& Hess (1994)dalamperry& potter (2005)).
a.    Polifarmasiartinyaklienmenggunakan banyak obat, yang diprogramkan atau tidak, sebagai upaya mengatasi beberapa gangguan secara bersamaan. Apabila ini terjadi, ada resiko interaksi obat dengan obat yang lain dan makanan. Klien juga memiliki resiko lebih besar untuk mengalami reaksi yang merugikan terhadap pengobatan.
b.    Meresepkan obat sendiri (self-prescribing of medication). Berbagai gejala dapat dialami oleh klien lansia, misalnya nyeri, konstipasi, insomnia, dan ketidakmampuan mencerna. Semua gejala ini ditemukan pada penggunaan obat yang dijual bebas. Lansia sering kali berupaya mencari pereda gangguan yang mereka alami dengan menggunakan preparat yang dijual bebas, obat-obatan rakyat dan jamu-jamuan.
c.    Obat yang dijual bebas. Obat yang dijual bebas digunakan oleh 75% lansia meredakan gejala. Banyak preparat yang dijual bebas mengandung bahan-bahan yang jika tidak digunakan dengan tepat, dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, efek yang merugikanataudikontraindikasikanuntukkondisiklien.
d.   Penggunaan obat yang salah (misuse). Bentuk-bentuk penggunaan obat yang salah oleh lansia antara lain : penggunaan berlebihan (overuse), penggunaan yang kurang (underuse), penggunaan yang tidakteratur(errastic use)danpenggunaan yang dikontraindikasikan.
e.    Ketidakpatuhan (noncompliance). Ketidakpatuhan didefinisikan sebagai penggunaan obat yang salah secara sengaja. Dari semua populasi lansia 75% diantaranya tidak mematuhi program pengobatan secara sengaja dengan mengubah dosis obat karena obat dirasa tidak efektif atau efek samping obat membuat lansia tidak nyaman.

Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi pola penggunaan obat pada klien lansia. Waktu pemberian obat memberi perawat kesempatan untuk memberi penyuluhan atau menguatkan pengajaran obat sebelumnya.
REFERENSI :
Enykus, (2003), keterampilan dasar dan prosedur perawatan dasar, ed 1. Semarang, Kilat press.

Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A.,(1999). Fundamental Keperawatan Konsep proses dan praktek.EGC: Jakarta

Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A., Yasmin, Asih (editor). (1999). Buku Saku Ketrampilan Dan Prosedur Dasar. EGC: jakarta

Taylor, C., Lilis, C., and LeMone, P., ( 1998 ). Fundamental of Nursing : the art and science of nursing care ‘Lippincott. 

No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat