google adsense

Thursday, September 11, 2014

Mobilisasi Sesuai Tahap Tumbuh Kembang

A.    Mobilisasi Sesuai Tahap Tumbuh Kembang
1.      Bayi
Tulang belakang bayi baru lahir lentur dan kurangnya garis antero-posterior yang ada pada orang dewasa. Garis tulang belakang pertama kali muncul ketika bayi memanjangkan leher dari posisi prone. Sejalan dengan pertumbuhan dan peningkatan stabilitas, tulang belakang torakalmenjadi tegak, dan garis tulang belakang lumbal muncul, sehingga memungkinkan duduk dan berdiri. Sistem muskuloskeletal bayi bersifat fleksibel. Ekstermitas lentur dan persendian memiliki rentang gerak lengkap. Pada bayi yang matang, sistem muskuloskeletal menjadi lebih kuat, bayi mampu melawan pergerakan, meraih dan menggenggam objek. Pada saat bayi tumbuh, perkembangan sistem muskuloskeletal membutuhkan dukungan berat badan untuk berdiri dan berjalan. Posturnya aneh karena kepala dan tubuh bagian atas dibawa ke depan. Karena berat badan tidak tersebar sama rata sepanjang garis gravitasi, maka postur tidak seimbang, dan sering terjadi jatuh.
2.      Anak Usia Prasekolah dan Sekolah
Pada usia tiga tahun, tubuh lebih ramping, lebih tinggi, dan lebih baik keseimbangan. Perut yang menonjol berkurang, kaki tidak terbuka berjauhan, lengan dan tungkai makin panjang. Anak juga tampak lebih terkoordinasi. Dari usia tiga tahun sampai permulaan remaja sistem muskuloskeletal terus berkembang. Tulang panjang dilengan dan tungkai tumbuh. Otot, ligamen , dan tendon yang lebih kuat, mengakibatkan perbaikan postur dan peningkatan kekuatan otot. Koordinasi lebih baik memungkinkan anak melakukan tugasnya yang membutuhkan keterampilan motorik yang baik.
3.      Remaja
Tahap remaja biasa ditandai dengan pertumbuhan yang pesat. Pertumbuhan terkadang tidak seimbang. Sehingga remaja tampak aneh dan tidak terkoordinasi. Pertumbuhan dan perkembangan remaja putri biasa lebih dahulu dibandingkan dengan remaja putra. Pinggul membesar, lemak disimpan di lengan atas, paha, dan bokong. Perubahan bentuk pada remaja putra menghasilkan pertumbuhan tulang panjang dan peningkatan massa otot. Tungkai menjadi lebih panjang dan pinggul lebih sempit. Perkembangan otot meningkat di dada, lengan, bahu, dan tungkai atas.
4.      Dewasa
Orang dewasa yang mempunyai postur dan kesejajaran tubuh yang benar marasa senang, terlihat bagus, dan umumnya percaya diri. Orang dewasa sehat juga memerlukan perkembangan muskuloskeletal dan koordinasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Perubahan postur normal dan kesejajaran tubuh orang dewasa terjadi terutama pada wanita hamil. Perubahan tersebut akibat respons adaptif tubuh terhadap penambahan berat dan pertumbuhan fetus. Pusat gravitasi berpindah ke bagian anterior. Wanita hamil bersandar ke belakang dan punggungnyaagak lengkung. Wanita hamil biasa mengeluh sakit punggung.
5.      Lansia
Kehilangan total massa tulang progresif terjadi pada lansia. Beberapa kemungkinan untuk penyebab kehilangan ini meliputi aktivitas fisi, perubahan hormonal, dan resorpsi tulang aktual. Pengaruh kehilangan tulang adalah tulang menjadi lemah: tulang belakang lebih lunak dan tertekan, tulang panjang kurang resisten untuk membungkuk. Selain itu, lansia mengalami perubahan status fungsional sekunder akibat perubahan status mobilisasi.
Lansia berjalan lebih lambat dan tampak kurang terkoordinasi. Lansia juga membuat langkah yang lebih pendek, menjaga kaki mereka lebih dekat bersamaan, yang mengurangi dasar dukungan. Sehingga keseimbangan tubuh tidak stabil, dan mereka sangat berisiko jatuh dan cedera.








B.     Prosedur memindahkan pasien menggunakan hydroulic lift
Hydraulic Lift merupakan alat yang menyerupai ayunan, yang digunakan untuk memindahkan pasien yang terlalu berat. Hydraulic lift terdiri dari beberapa buah bagian, seperti boom, yaitu bagian seperti cabang yang berfungsi untuk mengangkat pasien dan dimana nanti pasien akan bergantung. Ada cradle, yaitu bagian dimana selempang hoyer lift nantinya akan digantung kan. Selain itu ada bagian base atau dasar, serta roda di bagian bawah base.
1.        Peralatan yang dibutuhkan yaitu:
a.     Pengangkat Hoyer (harus termasuk dasar, canvas matras, dua pasang canvas strap).
b.    Kursi besar dengan lengan penyokong sebagai tempat duduk klien.
2.        Tujuan :
a.     Membantu berpindah dan memindahkan klien yang berat yang tidak dapat berpindah sendiri.
b.    Mencegah regangan yang tidak perlu pada tubuh pemindah.
3.        Hasil yang Diharapkan (sampel):
a.     Klien dipindahkan dari dan kembali ke tempat tidur oleh pengangkat Hoyer tanpa cedera.




4.        Pengkajian:
Pengkajian harus berfokus pada:
a.     Diagnosis medis
b.    Program aktivitas dokter (posisi yang dikontraindikasikan dan jumlah serta banyaknya waktu yang diperlukan klien)
c.     Kemampuan klien untuk mempertahankan kepala tegak
d.    Catatan untuk menentukan toleransi klien sebelumnya terhadap posisi duduk (mis. Hipotensi ortostatik, jumlah waktu yang ditoleransi klien untuk duduk)
e.     Kebutuhan klien untuk restrain sambil duduk
f.     Situasi ruangan (mis., pencahayaan yang cukup, adanya perabot di jalan antara kursi dan tempat tidur)
g.    Kondisi alat Hoyer, cantelan, dan matras canvas
h.    Pengatahuan keluarga tentang pengoperasian Hoyer
5.        Prosedur kerja:
a.     Cuci tangan.
b.    Jelaskan prosedur dan yakinkan klien bahwa kewaspadaan akan dilakukan untuk mencegah jatuh.
c.     Berikan dan pertahankan privasi selama prosedur.
d.    Tempatkan kursi di samping tempat tidur klien yang akan didudukinya (kunci rodanya, jika menggunakan kursi roda).
e.     Sesuaikan tinggi tempat tidur untuk kenyamanan kerja, jika menggunakan tempat tidur medis.
f.     Kunci tempat tidur jika mungkin.
g.    Tempatkan klien pada matras sebagai berikut:
1)        Gulingkan pasien ke satu sisi dan tempatkan setengah dari matras di bawah klien dari bahu ke paha tengah.
2)        Gulingkan klien ke sisi lain dan selesaikan penarikan matras di bawah klien.
3)        Yakinkan salah satu atau kedua sisi pembatas tempat tidur ditinggikan pada saat perawat berpindah dari satu sisi ke sisi lain, jika menggunakan tempat tidur medis.
h.    Gulingkan dasar pengangkat Hoyer di bawah sisi tempat tidur yang paling dekat ke kursi dengan boom pada bagian tengah tubuh klien; kunci roda pengangkat.
i.      Dengan menggunakan base-adjustment lever, lebarkan jarak dasarnya.
j.      Tinggikan dan kemudian dorong jack handle ke arah mast, untuk menurunkan bagian boom (ini diselesaikan dengan tombol yang tepat atau alat kontrol pada Hoyer elektrik).
k.    Tempatkan tali pengikat atau cantelan rantai melalui lubang matras (cantelan tali pengikat pendek masuk ke lubang di belakang dan cantelan panjang mengikat masuk ke lubang pada ujung yang lain), untuk meyakinkan bahwa cantelan tidak menekan kulit klien.
l.      Letakkan semua alat, jalur IV, dan darain dekat dengan klien sehingga tidak terjadi perubahan posisi dan matikan drain, jika perlu (ingat untuk membukanya kembali setelah memindahkan klien).
m.  Instruksikan klien untuk melipat lengan menyilang di atas dada.
n.    Dengan menggunakan Jack handle, pompa jack sampai matras menutupi tempat tidur kira-kira 6 inci dan katup kencang.
o.    Tentukan apakah klien tersokong penuh dan dapat mempertahankan sokongan kepala. Berikan penyokong kepala sesuai kebutuhan selama prosedur.
p.    Buka kunci roda dan tarik pengangkat Hoyer lurus ke belakang menjauh dari tempat tidur; instruksikan asisten untuk memberikan sokongan pada peralatan dan kaki klien selama prosedur.
q.    Berpindah ke kursi dengan membuka ujung dasar pengangkat kursi; lanjutkan sampai punggung klien hampir rata dengan punggung kursi.
r.      Kunci roda pengangkat.
s.     Dengan perlahan angkat jack handle dan turunkan klien ke kursi sampai cantelan agak kendur dari matras; bimbing klien ke kursi dengan tangan perawat pada saat matras turun. Hindari menurunkan klien ke pegangan kursi.
t.      Singkirkan matras (kecuali sulit untuk memindahkan atau klien akan turun dari tempat tidur untuk pertama kali).

u.    Tempatkan slang, darain, dan alat penyokong untuk fungsi yang tepat, kenyamanan, dan keamanan:
1)        Bantal di belakang kepala.
2)        Sprei di atas lutut dan paha.
3)        Restrain, jika diperlukan (mis.,Poetry vest, seprai, restrain lengan).
4)        Telepon dan barang-barang yang serinng digunakan dalam area yang terjangkau.
5)        Kateter dilengkungkan ke bagian bawah kursi.
6)        Penggantung IV diletakkan cukup dekat agar tidak tertarik.
v.    Kaji toleransi klien terhadap duduk.
w.  Biarkan pintu ruangan klien terbuka ketika meninggalkan ruangan, kecuali ada seseorang yang tinggal dengan klien.
x.    Jelaskan pada keluarga cara untuk memantau klien sesuai interval.
y.    Kembalikan klien ke tempat tidur dengan menggunakan langkah-langkah di atas.
z.     Cuci tangan dan simpan peralatan.
6.        Rasional
a.    Mengurangi perpindahan mikroorganisme
b.    Menurunkan ansietas
c.    Menurunkan rasa malu
d.   Menempatkan  kursi pada jarak dekat
e.    Mencegah regangan otot dan punggung pada perawat
f.     Mencegah tempat tidur bergerak
g.    Memusatkan bagian tubuh yang paling berat di atas matras:
a)        Memposisikan klien  pada matras dengan gerakan minimal
b)        Mencegah jatuh tidak disengaja
h.    Menggerakkan bagian mekanis dari pengangkat ke sisi tempat tidur
i.      Mencegah penganggkat berguling
j.      Memberi stabilitas yang besar untuk mengangkat
k.    Menurunkan boom cukup dekat untuk menggaitkan cantelan
l.      Menguatkan penempatan cantelan pada lubang matras
m.  Mencegah perubahan posisi yang tidak disengaja dan cedera pada klien
n.    Mencegah refluks draines
o.    Mencegah cedera yang tidak disengaja
p.    Dengan hati-hati mengkaji stabilitas klien dan memusatkan pada matras
q.    Mengkaji stabilitas berat dan penempatan
r.     Meningkatkan stabilitas
s.     Menggerakkan dan membimbing klien ke kursi
t.     Memberikan stabilitas hoyer
u.    Menurunkan klien ke kursi
v.    Memudahkan kenyamanan
w.  Mencegah perubahan posisi slang dan drain yang tidak disengaja  dan mempertahankan fungsi yang diperlukan
a)        Menjamin stabilitas klien ke kursi
b)        Memudahkan dukungan adekuat terhadap bagian tubuh yang lain
c)        Menempatkan barang-barang yang di inginkan  atau  diperlukan  klien dalam jangkauan
d)       Memudahkan komunikasi
x.    Memungkinkan observasi visual terhadap klien yang sendirian
y.    Mengurangi resiko jatuh, mencegah cedera dan ketidaknyamanan selama pemindahan
z.    Menurunkan perpindahan mikroorganisme dan Meningkatkan kebersihan lingkungan.
Menggunakan Angkat Hoyer






C.  Prosedur Berjalan dengan Kruk Lofstrand  
1.        Pengertian
Kruk lofstrand adalah alat bantu mobilisasi yang memiliki sebuah pegangan tangan dan pembalut logam yang pas mengelilingi lengan bawah. Pembalut logam dan pegangan tangan diatur agar sesuai dengan ketinggian klien.
2.        Tujuan
a.       Membantu melatih kemampuan gerak klien, melatih dan meningkatkan mobilisasi.
b.      Mencapai kestabilan klien dalam berjalan.
3.        Indikasi
a.     Klien dengan nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan/atau trauma.
b.    Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan bengkak sendi.
c.     Klien amputasi kaki: di atas atau di bawah lutut.
d.    Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhungan dengan nyeri dan kerusakan musculoskeletal.
e.     Klien setelah bedah artroskopis lutut.
f.     Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan ketidaknyamanan dan imobilisasi yang diprogramkan.

4.        Prosedur
a.     Kaji toleransi aktifitas, kekuatan, nyeri, koordinasi, kemampuan fungsional, dan penyakit serta cedera.
b.    Menjelaskan prosedur kepada klien dan keluarga.
c.     Siapkan seorang perawat propesinal untuk menyiapkan kruk yang tepat dan penempatan yang benar dipergelangan tangan bagian siku.
d.    Memeriksa lingkungan untuk memastikan tidak ada rintangan di sekitar klien.
e.     Berat badan pasien haruh disongkong pada pergelangan tangan.
f.     Pertahankan postur pasien tetap tegak sebisa mungkin, untuk mencegah penarikan pada otot-otot dan sendi serta mempertahankan keseimbangan.
g.    Setiap jarak langkah yang di ambil dengan kruk harus aman dan nyaman untuk pasien, lebih baik melangkah dengan langkah yang kecil dari pada langkah yang besar.
h.    Sebelum memulai berjalan dengan kruk, latihan untuk menguatkan otot lengan sangat dianjurkan.
i.      Menentukan tempat istirahat klien setelah latihan.
j.      Minta klien berdiri dengan posisi tripod, dengan cara menepatkan kruk 15 cm di depan dan 15 cm di samping kaki pasien.
k.    Atur kesejajan kaki dan tubuh klien.
l.      Klien memposisikan kruk pertama kali lalu memposisikan kaki yang berlawanan
m.  Klien mengulangi urutan cara ini dengan kruk dan kaki yang lain.
n.    Pada gaya berjalan tiga titik , berat badan di topang pada kaki yang tidak sakit, dan urutan ini dilakukan berulang-ulang. Kaki yang sakit tidak menyentuh tanah selama berjalan ditahap awal. Secara bertahap klien mulai menyentuh, dan menopang berat badan secara penuh pada kaki yang sakit.
Gaya berjalan dua titik memerlukan sebagian penopang berat disetiap kaki.

REFERENSI  :
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinis Kebidanan  Eds 2. Jakarta : Salemba Medika.

J. Corwin, Elizabeth. 2001.  Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004. Buku Ajar Keperawatan Klinis Eds 5. Jakarta : EGC.


Potter perry. 2006. Fundamental keperawatan ed 2. Jakarta: EGC.

No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat