google adsense

Thursday, September 11, 2014

KONSEP PERSONAL HYGIENE

A.    KONSEP  PERSONAL HYGIENE
1.      Pengertian Personal Hygiene
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang artinya peroranagan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahtaraan fisik dan psikis (Tarwoto dan Wartonah, 2004).
Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis (Aziz Alimul H, 2006).
Definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa personal hygiene merupakan kegiatan atau tindakan membersihkan seluruh anggota tubuh yang bertujuan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang.
Higiene adalah ilmu pengetahuan tentang kesehatan dan pemeliharaan kesehatan. Higiene personal adalah perawatan diri dengan cara melakukan beberapa fungsi seperti mandi, toileting, higiene tubuh umum, dan berhias. Higiene adalah persoalan yang sangat pribadi dan ditentukan oleh berbagai faktor, termasuk nilai-nilai dan praktik individual. Higiene meliputi perawatan kulit, rambut, kuku, gigi, rongga mulut dan hidung, mata, telinga, dan area perineum-genital.
Pemeliharaan higiene perseorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya sendiri, pada orang sakit atau tantangan fisik memerlukan bantuan perawat untuk melakukan praktik kesehatan yang rutin. Selain itu, beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik higiene klien. Perawat menentukan kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri dan memberikan perawatan hygiene menrut kebutuhan dan pilihan klien. Di lingkungan rumah, perawat membantu klien dan anggota keluarga beradaptasi teknik dan pendekatan hygiene. Ketika memberikan perawatan kesehatan rutin, perawat mengkaji status fisik dan emosional klien, dan mengimplementasi proses perawatan bagi kesehatan total klien. Misalnya, pengkajian lengkap tentang integumen dapat dilakukan selama klien mandi dan perawat mengkaji tingkat psikososial klien juga.
2.      Tujuan Personal Hygiene
Tujuan dari personal hygiene adalah:
a.    Meningkatkan derajat kesehatan.
b.    Memelihara kebersihan diri.
c.    Memperbaiki personal hygiene.
d.   Pencegahan penyakit.
e.    Meningkatkan percaya diri.
f.     Menciptakan keindahan
3.      Dampak yang Timbul pada Masalah Personal Hygiene
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene (Tarwoto & Wartonah, 2004) meliputi:

a.       Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpelihara kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
b.      Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.

B.     PRINSIP-PRINSIP PERAWATAN PERSONAL HIGIENE
Beberapa prinsip perawatan personal hygiene yang harus diperhatikan oleh perawat  (Potter & Perry, 2005), meliputi:
1.      Perawat menggunakan keterampilan komunikasi terapeutik.
2.      Perawat mengintegrasikan strategi perawatan lain (seperti: latihan rentang gerak).
3.      Perawat mempertimbangkan keterbatasan fisik klien.
4.      Perawat menghormati pilihan budaya, kepercayaan nilai dan kebiasaan klien.
5.      Perawat menjaga kemandirian klien.
6.      Menjamin privasi klien.
7.      Menyampaikan rasa hormat dan mendorong kesehatan fisik klien.
8.      Menghormati klien lansia.

C.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSONAL HYGIENE
Sikap seseorang melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:
1.        Citra tubuh (Body Image).
Citra tubuh mempengaruhi cara seseorang memelihara hygiene.Jika seorang klien rapi sekali maka perawat mempertimbaagkan rincian kerapian ketika merencanakan keperawatan dan berkonsultasi pada klien sebelum membuat keputusan tentang bagaimana memberikan perawawatan hygienis. Klien yang tampak berantakan atau tidak peduli dengan hygiene atau pemeriksaan lebih lanjut untuk melihat kemampuan klien berpartisipasi dalam hygiene harian (Potter & Perry, 2009).
Body image seseorang berpengaruhi dalam pemenuhan personal hygiene karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya (Wartonah, 2004).
Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya personal hygiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang tubuhnya, termasuk penampilan, struktur atau fungsi fisik. Citra tubuh dapat berubah karena operasi, pembedahan, menderita penyakit, atau perubahan status fungsional. Maka perawat harus berusaha ekstra untuk meningkatkan kenyamanan dan penampilan hygiene klien (Potter & Perry, 2009).
Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu (Stuart & Sudeen, 1999 dalam setiadi, 2005).

2.    Praktik sosial.
Kelompok sosial mempengaruhi bagaimana pasien dalam pelaksanaan praktik personal hygiene.Termasuk produk dan frekuensi perawatan pribadi. Selama masa kanak-kanak, kebiasaan keluarga mempengaruhi hygiene, misalnya frekuensi mandi, waktu mandi dan jenis hygienemulut. Pada masa remaja, hygienepribadi dipengruhi oleh teman. Misalnya remaja wanita mulai tertarik pada penampilan pribadi dan mulai memakai riasan wajah. Pada masa dewasa, teman dan kelompok kerja membentuk harapan tentang penampilan pribadi. Sedangkan pada lansia beberapa praktik hygieneberubah karena kondisi hidupnya dan sumber yang tersedia (Potter & Perry, 2009).
Menurut Wartonah, 2004 Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola Personal Hygiene.

3.    Status sosial ekonomi.
Status ekonomi akan mempengaruh jenis dan sejauh mana praktik  hygiene dilakukan. Perawat harus sensitif terhadap status ekonomi klien dan pengaruhnya terhadap kemampuan pemeliharaan hygieneklien tersebut. Jika klien mengalami masalah ekonomi, klien akan sulit berpartisipasi dalam akifitas promosi kesehatan seperti hygienedasar. Jika barang perawatan dasar tidak dapat dipenuhi pasien, maka perawat harus berusaha mencari alternatifnya. Pelajari juga apakah penggunaan produk tersebut merupakan bagian dari kebiasaan yang dilakukan oleh kelompok sosial klien. Contonya, tidak semua klien menggunakan deodorant atau kosmetik (Potter & Perry, 2009).
Selain itu, menurut Friedman (1998) dalam Pratiwi (2008), pendapatan  dapat mempengaruhi kemampuan keluarga untuk menyediakanfasilitas dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang hidup dankelangsungan hidup keluarga. Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenisdan tingkatan praktik personal hygiene. Untuk melakukan personal hygiene yang baikdibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, seperti kamar mandi, peralatanmandi, serta perlengkapan mandi yang cukup (misalnya: sabun, sikat gigi, sampo, dan lain-lain).

4.    Pengetahuan dan motivasi kesehatan.
Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting, karenapengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Pengetahuan tentangpentingnya hygiene dan Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup, pasien juga harustermotivasi untuk memelihara personal higiene. Individu dengan pengetahuan tentangpentingnya personal higene akan selalu menjaga kebersihan dirinya untuk mencegahdari kondisi atau keadaan sakit (Notoatmodjo, 1998 dalam pratiwi, 2008).
Pengetahuan tentang hygieneakan mempengaruhi praktik hygiene. Namun, hal ini saja tidak cukup, karena motivasi merupakan kunci penting pelaksanaan hygiene. Kesulitan internal yang mempengaruhi akses praktik hygieneadalah ketiadaan motivasi karena kurangnya pengetahuan. Atasi hal ini dengan memeriksa kebutuhan klien dan memberikan informasi yang tepat. Berikan materi yang mendiskusikan kesehatan sesuaidengan prilaku yang ingin dicapai, termasuk konsekuensi jangka panjang dan pendek bagi klien. Klien berperan penting dalam menentukan kesehatan dirinya karena perawatan diri merupakan hal yang paling dominan pada kesehatan masyarkat kita. Banyak keputusan pribadi yang dibuat tiap hari membentuk gaya hidup dan lingkungan sosial dan fisik (Pender, Murdaugh, dan Parsons, 2002 dalam Potter & Perry, 2009).
Penting untuk mengetahui apakah klien merasa dirinya  memiliki risiko. Contohnya: apakah klien merasa berisiko menderita penyakit gigi, penyakit gigi bersifat serius, dan apakah menyikat gigi dan menggunakan benang gigi dapat mengurangi risiko ini? Jika klien mengetahui risiko dan dapat bertindak tanpa konsekuesi negatif, mereka lebih cenderung untuk menerima koneling oleh perawat (Potter & Perry, 2009).

5.    Variabel Budaya.
 Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuanperawatan personal higiene. Seseorang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda,mengikuti praktek perawatan personal higiene yang berbeda. Keyakinan yangdidasari kultur sering menentukan defenisi tentang kesehatan dan perawatan diri.Dalam merawat pasien dengan praktik higiene yang berbeda, perawat menghindarimenjadi pembuat keputusan atau mencoba untuk menentukan standar kebersihannya(Potter & Perry, 2005).
Beberapa budaya tidak menganggap sebagai hal penting ( Galanti, 2004 dalam Potter & Perry, 2009). Perawat tidak boleh menyatakan ketidaksetujuan jika klien memiliki praktik higieneyang berbeda dari dirinya. Di Amrika Utara, kebiasaan mandi adalah setiap hari sedangkan pada budaya lain hal ini hanya dilakukan satu kali seminggu (Potter & Perry, 2009).

6.    Kebiasaan atau Pilihan pribadi.
Setiap pasien memiliki keinginanindividu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatanrambut. Pemilihan produk didasarkan pada selera pribadi, kebutuhan dan dana. Pengetahuan tentang pilihan klien akan membantu perawatan yang terindividualisai. Selain itu, bantu klien untuk membagun praktik higienebaru jika ada penyakit. Contohnya, perawat harus mengajarkan perawatan higienekaki pada penderita diabetes (Potter & Perry, 2009).

7.    Kondisi Fisik Seseorang.
Klien dengan keterbatasan fisik biasanya tidak memiliki energi dan ketangkasan untuk melakukan higiene. Contohnya: pada klien dengan traksi atau gips, atau terpasang infus intravena. Penyakit dengan rasa nyeri membatasi ketangkasandan rentang gerak. Klien di bawah efek sedasi tidak memiliki koordinasi mental untuk melakukan perawatan diri. Penyakit kronis (jantung, kanker, neurologis, psikiatrik) sering melelahkan klien. Genggaman yang melemah akibat artritis, stroke, atau kelainan otot menghambat klien untuk menggunakan sikat gigi, handuk basah, atau sisir. (Potter & Perry, 2009).
D.    JENIS-JENIS PERSONAL HYGIENE
Jenis-jenis perawatan personal hygiene menurut Perry & Potter (2005) dibedakan menjadi dua,  yaitu :
1.      Berdasarkan Waktu
a.    Perawatan  dini  hari
Perawatan  dini  hari merupakan perawatan diri yang dilakukan pada waktu bangun tidur untuk melakukan tindakan seperti perapian dalam pemeriksaan, mempersiapkan pasien melakukan  sarapan dan lain-lain.
b.    Perawatan pagi hari
Perawatan pagi hari merupakan perawatan yang dilakukan setelah melakukan pertolongan dalam memnuhi kebutuhan eliminasi  mandi sampai merapikan tempat tidur pasien.
c.    Perawatan siang hari
Perawatan siang hari merupakan perawatan yang dilakukan  setelah melakukan perawatan diri yang dapat dilakukan  antara lain mencuci mukan dan tangan, mebersihkan mulut, merapikan tempat tidur, serta melakukan pembersihan lingkungan pasien.
d.   Perawatan  menjelang tidur
Perawatan  menjelang tidur merupakan perawatan yang dilakukan pada saat menjelang tidur agar pasien dapat tidur beristirahat dengan tenang. Seperti mencuci tangan dan muka membersihkan mulut, dan memijat dareah punggung
2.      Berdasarkan Tempat
a.      Perwatan diri pada kulit
Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat melindungi tubuh dari berbagai kuman atau tarauma sehingga diperlukan perawatan yang adekuat dalam mempertahankan fungsinya.
Fungsi kulit:
1)      Proteksi tubuh
2)      Pengaturan temperatur tubuh
3)      Pengeluaran pembuangan air
4)      Sensasi dari stimulus lingkungan
5)      Membantu keseimbangan cairan dan elektrolit
6)      Memproduksi dan mengabsorsi vitamin D
 Faktor yang mempengaruhi perubahan dan kebutuhan pada kulit:
1)   Umur
2)   Jaringan kulit
3)   Kondisi atau keadaan lingkungan.



b.      Mandi
Mandi bermanfaat untuk menghilangkan atau membersihkan bau badan, keringat, dan sel yang mati serta merangasang sirkulasi darah dan membuat rasa nyaman
c.       Perawatan Diri Pada Kaki Dan Kuku
Perawatan  kaki dan kuku untuk mencegah infeksi, bau kaki, dan cedera jaringan lunak. Integritas kaki dan kuku ibu jari penting untuk mempertahankan fungsi normal kaki sehingga orang dapat berdiri atau berjalan dengan nyaman.
d.      Perawatan  Rambut
Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi dan pengatur suhu. Indikasi perubahan status kesehatan diri juga dapat dilihat dari rambut. Perawatan ini bermanfaat mencegah infeksi daerah kepala.
e.       Perawatan Gigi Dan Mulut
Gigi  dan mulut adalah bagian penting  yang harus dipertahankan kebersihannya. Sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk.
f.       Perawatan Perineal Wanita
Perawatan perineal wanita meliputi genitalia eksternal. Prosedur biasanya dilakukan selama mandi. Perawatan perineal mencegah dan mengontrol penyebaran infeksi, mencegah kerusakan kulit, meningkatkan kenyamanan dan mempertahankan kebersihan.

g.      Perawatan Perineal Pria
Klien pria memerlukan perhatian khusus selama perawatn perinel, khususnya bila ia tidak di sirkumsisi. Foreskin menyebakan sekresi mengumul dengan mudah di sekitar mahkota penis dekat meatus uretral. Kanker penis terjadi lebih sering pada pria yang tidak disirkumsisi dan diyakini berkaitan kebersihan.
h.      Kebutuhan kebersihan lingkungan pasien

Yang dimaksud disini adalah  kebersihan pada tempat tidur. Melalui kebersihan tempat tidur diharapakan pasien dapat tidur dengan nyaman  tanpa ganguan selama tidur sehingga dapat membantu proses penyembuhan. 

REFERENSI :
A.    Perry, potter. 2006. Fundamental keprawatan: konsep,proses, dan praktik.        Jakarta: EGC.
B.     Kozier, Erb. 2009. Buku ajar praktik keprawatan klinis: ed 5. Jakarta: EGC.

2 comments:

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat