google adsense

Tuesday, September 9, 2014

Konsep Tumbuh Kembang Menurut Erickson

A.    Konsep Tumbuh Kembang Menurut Erickson
Teori perkembangan kepribadian Erickson dikenal sebagai perkembangan psikososial dan menekankan pada kepribadian yang sehat (Keperawatan Pediatrik, 2009).
Pendekatan rentang kehidupan Erickson terhadap perkembangan kepribadian terdiri atas delapan :
1.      Trust vs Mistrust (lahir-12 bulan)
2.      Otonomi vs Ragu-ragu/Malu (1-3 tahun/todler)
3.      Inisiatif vs Merasa Bersalah (3-6 tahun/prasekolah)
4.      Industri vs Inferior (6-12 tahun/sekolah)
5.      Identitas vs Bingung Peran (12-18 tahun/remaja)
6.      Intimasi vs Isolasi (18-25-45 tahun/dewasa muda)
7.      Generativitas vs Stagnasi (45-65 tahun/dewasa tengah)
8.      Integritas vs Putus Asa (65 tahun ke atas/dewasa akhir)
B.     Prinsip Komunikasi Pada Bayi (0-1 tahun)
Bayi ( 0-1 Tahun)
·         Berkomunikasi secara non-verbal.
·         Merespon tingkah laku non-verbal.
·         Suara yang lembut akan membuat bayi nyaman.
·         Suara yang keras akan membuat bayi ketakutan.
·         Bayi pada umur 6 bulan mengalami kecemasan karena berpisah dengan orang tua.
Bahasa Bayi
·         Bahasa reseptif ( masa preverbal ).
·         Bahasa ekspresif ( masa verbal ).
·         Bahasa visual ( beberapa minggu setelah kelahiran bayi).
Perkembangan Komunikasi Bayi ( 0-1 tahun)
Perkembangan komunikasi dimulai dari :
·         Pada minggu kedelapan bayi sudah mampu untuk melihat suatu objek atau cahaya.
·         Pada minggu kedua belas bayi sudah mulai tersenyum.
·         Pada usia ke enam belas minggu bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara yang asing baginya.
·         Pertengahan tahun pertama.
·         Bulan ke sepuluh.
·         Pada akhir tahun .
C.    Prinsip Komunikasi pada Toddler (1-3 tahun) dan Pra Sekolah (3-5 tahun)
·         Anak Berkomunikasi secara ferbbal maupun non verbal.
·         Anak bersifat egosentris dan hanya memahami hal-hal yang berhubungan dengan dirinya.
·         Anak tidak dapat membedakan fantasi dan kenyataan.
·         Anak memahami hanya secara literal (misal : Anak harus diizinkann melakukan explorasi pada lingkungan misalnya memegang stetoskop).
·         Anak harus di izinkan menjelajahi lingkungan (misalnya memegang stetoskop).
·         Anak memahami kalimat yang pendek dan sederhana, kata-kata dipahami dan penjelasan yang konkret.
D.    Prinsip Komunikasi pada Anak Usia Sekolah (5-12 tahun)
1.      Anak mecari alasan dan penjelasan atas segala sesuatu, namun tidak membutuhkan pengesahan.
2.      Anak tertasri pada aspek fungsional objek dan kegiatan.
3.      Anak memperhatikan integritas tubuh.
4.      Anak harus diizinkan untuk memanipulasi perlengkapan.
5.      Anak memahami penjelasan sederhana dan mendemonstrasikannya.
6.      Anak harus diizinkan untuk mengekspresikan rasa takut dan keheranan.

Cara berkomunikasi pada anak usia sekolah
1.      Mengembangkan pemahaman sesuai dengan usia anak.
2.      Menyampaikan rasa hormat dan kejujuran.
3.      Menilai dan menggunakan kosakata yang mudah dipahami dan akrab pada tingkat pemahaman anak.
4.      Menilai kebutuhan anak dalam kaitannya dengan situasi langsung.
5.      Menilai kapasitas anak untuk berhasil menghadapi perubahan.
6.      Menggunakan komunikasi nonformal alternatif untuk verbalisasi.
7.      Mengembangkan aktivitas melalui pemikiran yang jujur dan konsisten.
8.      Menginterpretasikan isyarat-isyarat nonverbal kembali kepada anak secara lisan.
9.      Menggunakan humor dan aktif mendengarkan.
10.  Menggunakan kata-kata tidak langsung dalam teknik komunikasi.
11.  Menggunakan perangkat komunikasi tambahan bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus.
E.     Prinsip Komunikasi pada Remaja (13-18 tahun)
Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Bagi sebagian besar orangtua, inilah masa yang bisa jadi cukup sulit, terutama dalam hal membangun komunikasi dengan anak remaja. Anak seakan menjadi makhluk asing yang sama sekali beda dengan si kecil yang dikenal bertahun-tahun.
  1. Remaja berfikir dengan lebih abstrak, fluktuasi antara tingkah laku berfikir kekanak2an dan dewasa.
  2. Perawat harus menghindari sikap menilai atau menghakimi.
  3. Remaja harus di izinkan untuk berbicara mengenai perasaan mereka.
  4. Remaja menghindar untuk menjawab (perawat harus menghindari pertanyaan yang memalukan).
  5. Remaja berkeinginan untuk mendiskusikan apa yang menjadi perhatian dengan orang dewasa selain keluarga.
  6. Remaja menggunakan bahasa mereka sendiri; terminologi yang tidak umum harus dijelaskan kepada remaja tersebut.
  7. Penjelasan tentang sudut pandang remaja dan orang tua sangat penting.
Dalam buku ''Spirit for Women'', Petrus Kwik mengatakan bahwa untuk menghindari hubungan tidak harmonis antara orangtua dan anak remajanya, ada lima kesalahan orangtua dalam menghadapi anak remaja yang tidak semestinya dilakukan orangtua, yaitu:
  1. Tidak  Mendengarkan
Mendengarkan artinya bukan sekadar membiarkan dia bicara sembari orangtua berbenah diri berangkat kerja. Mendengarkan adalah menyediakan waktu khusus. Taruh piring atau buku yang sedang dibaca. Tunjukkan bahwa kita memang mau dan ingin mendengarkan mereka.
  1. Sok  Tahu
Suka memotong pembicaraan atau melanjutkan kalimatnya bukan hanya menjengkelkan bagi remaja, tetapi kita sendiri tentu juga tidak suka jika diperlakukan demikian. Yang jelas, hal itu membuat anak merasa kita tidak menghormatinya. Sebagai orangtua, kita harus menghentikan kebiasaan memotong pembicaraan mereka, meski kita merasa sudah tahu apa yang mereka katakan. Tentukan, apakah Anda bicara untuk memberi solusi atau hanya mendengarkan.
  1. Memerintah
Masa remaja adalah masa anak merasa dewasa, tetapi sesungguhnya belum. Mereka merasa bisa mandiri. Saat kita terkesan mendominasi dirinya, anak remaja akan berontak. Apalagi bila disertai ancaman atau kekerasan. Beri perintah, tetapi hilangkan kata-kata seperti harus, jangan sekali-sekali, atau awas, dll. Beri mereka pilihan, beri pandangan tentang konsekuensi dari tiap tindakan mereka.
  1. Protektif
Orangtua sering terlalu khawatir jika anak remaja terluka atau kenapa-kenapa. Tetapi, yang orangtua lakukan justru membuatnya kehilangan kesempatan untuk mencoba hal-hal baru. Mereka justru tumbuh untuk lebih suka takut daripada berani. Hal ini akan sangat tidak baik ketika di masa-masa selanjutnya mereka harus belajar bisa membuat keputusan sendiri. Latih anak remaja untuk bisa mengambil keputusan sendiri, sambil tetap dipantau. Tidak apa-apa jika mereka gagal, yang perlu orangtua lakukan adalah membuat mereka bisa belajar dari tiap kegagalan itu dan bukan putus asa.
  1. Tukang Kritik
Memberi komentar miring atau jadi tukang kritik terhadap model rambut, pilihan baju, teman yang diajak ke rumah, musik yang mereka dengar, dll. jelas bukan orangtua favorit bagi anak remaja. Maksud orangtua agar anak remaja tidak jatuh ke gaya hidup yang salah dengan cara mengkritik.

I.       Prinsip Komunikasi pada Lansia
1.      Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
2.      Menjadi pendengar yang setia. Sediakan waktu untuk mengobrol.
3.      Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik (periksa baterai).
4.      Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
5.      Jangan berbicara dengan keras atau berteriak, bicara langsung dengan telinga yang dapat mendengar dengan lebih baik. Berdiri di depan klien.
6.      Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana.
7.      Beri kesempatan bagi klien untuk mengenang.
8.      Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan orangtua, kegiatan rohani.
9.      Membuat rujukan pada terapi wicara dan kegiatan sosial sesuai kebutuhan.
10.  Berbicara pada tingkat pemahaman klien.
11.  Selalu menanyakan respon, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau keahlian.
J.      Tiga Area Etnisitas yang Mempengaruhi Komunikasi (Berbicara, Ekspresi Emosi, dan Toleransi Terhadap Konflik)
3 area etnisitas yang mempengaruhi komunikasi adalah :
·         Berbicara (keluasaan dan keterbukaan informasi)
·         Ekspresi emosi, dan
·         Toleransi terhadap konflik
Pada orang Amerika kulit putih, non hispanik biasanya menyakini bahwa penting untuk mengungkapkan pikiran melalui kata-kata, dan pesan diungkapkan melalui secara verbal. Sementara orang Cina tradisional dan orang Jepang-Amerika memandang diam sebagi suatu hal yang berharga, kata-kata kadang kala tidak perlu untuk mencapai suatu pemahaman.

Konteks tinggi
Ex. jepang, arab Saudi
Konteks rendah
Ex. Jerman, Amerika utara
Pilihan strategi komunikasi
Tidak langsung, sopan, ambigu
Lansung, konfrontasi dan kejelasan
Ketergantungan pada kata-kata untuk berkomunikasi
Rendah
Tinggi
Ketergantungan pada kata-kata nonverbal untuk komunikasi
Tinggi
Rendah
Pentingnya kata-kata tertulis
Rendah
Tinggi
Perjanjian yang dibuat secar tertulis
Tidak terikat
Terikat
Perjanjian yang dibuat secara lisan
Terikat
Tidak terikat
Memperhatikan secara detail/merinci/menyeluruh
Rendah
Tinggi

Sumber : David A. Victor, Internasional Bussiness Communication (New York : Harpercolins, 1992)
Contoh budaya-budaya yang disusun dalam suatu rentang antara Budaya Konteks Tinggi dan Budaya Konteks Rendah (Sumber : Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, Communication Between Cultures, Belmont, CA :Wadsworth, 1991, hlm. 235)
Budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah mempunyai beberapa perbedaan penting dalam cara penyandian pesannya. Anggota budaya konteks tinggi lebih terampil membaca perilaku nonverbal dan "dalam membaca lingkungan" , dan mereka menganggap bahwa orang lain juga akan mampu melakukan hal yang sama. Jadi mereka berbicara lebih sedikit daripada anggota-anggota budaya konteks rendah. Umumnya komunikasi mereka cenderung tidak langsung dan tidak ekplisit.
Budaya konteks rendah, sebaliknya menekankan komunikasi langsung dan ekplisit: pesanpesan verbal sangat penting, dan informasi yang akan dikomunikasikan disandi dalam pesan verbal. Budaya konteks tinggi antara lain budaya Cina, Korea, Jepang, Indonesia. Dalam membandingkan orang-orang Amerika dengan orang-orang Melayu dan Jepang,Althen memberikan suatu contoh dimensi konteks tinggi/ konteks rendah :
·         Orang-orang Amerika memperhatikan kata-kata yang orang gunakan untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan perasaan. Mereka umumnya tidak terampil dalam "membaca" pesan nonverbal orang lain. "Oh, kalian orang Amerika!" kata seorang wanita Jepang yang jengkel dipaksa menjelaskan rincian tentang suatu situasi yang tidak menyenangkan, "Kamu harus mengatakan segalanya!" (Althen, 1992, Hlm. 416).

·         Orang Indonesia juga sangat pintar dalam "membaca" pesan nonverbal orang lain. Misalnya mhs yang akan menghadap dosen untuk urusan skripsi, maka mhs tsb harus dapat melihat apakah sang dosen itu sedang dalam suatu situasi ceria [wajah], menyenangkan, punya waktu, dan bisa diajak konsultasi dsb. Kalau tidak bisa-bisa mhs tsb dimarahi habis-habisan karena tidak mengerti keadaan sang dosen yang sedang tidak mood tsb.

REFERENSI : 
Graeff, AJudith, dkk. 1996 .Komunikasi dalam kesehatan dan perubahan perilaku
.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.Saifulloh 

No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat