TEORI BELAJAR
Beberapa
teori belajar menurut para ahli
1.
Belajar
Menurut Pandangan Skiner.
Belajar menurut pandanag B.F.Skiner
(1958) adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif. Menurut Skiner dalam belajar ditemukan hal-hal
berikut :
a.
Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan
respon belajar,
b. Respon si
belajar,
c. Konsekwensi
yang bersifat menggunakan respon tersebut,baik konsekwensinya sebagai hadiah
maupun teguran atau hukuman.
Skinner menbagi dua
jenis respon dalam proses belajar yakni :
1.
Respondents response yaitu respon yang terjadi karena
stimuli khusus, perangsang-perangsang yang demikian ini mendahului respons yang
ditimbulkannya.
2. Operants
conditioning dalam clasical condotioning menggambarkan suatu situasi belajar
dimana suatu respons dibuat lebih kuat akibat reinforcement langsung yaitu
respon yang terjadi karena situasi random.
Menurut Skinner mengajar itu pada hakekatnya adalah
rangkaian dari penguatan yang terdiri dari suatu peristiwa dimana prilaku
terjadi, perilaku itu sendiri, dan akibat perilaku.
2.
Belajar
Menurut Pandangan Robert M. Gagne
Menurut Gagne (1970), Belajar
merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas,
timbulnya kapabilitas disebab oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan dan
proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Belajar terdiri dari tiga
komponen penting yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dari
acara belajar, kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal dan proses
kognitif siswa, dan hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal,
keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Robert M.
Gagne mengemukakan delapan tipe belajar yang membentuk suatu hirarki dari paling
sederhana sampai paling kompleks yakni :
- Belajar
tanda-tanda atau isyarat (Signal Learning) yang menimbulkan perasaan
tertentu, mengambil sikap tertentu,yang dapat menimbulkan perasaan sedih
atau senang.
- Belajar
hubungan stimulus-respons (Stimulus Response-Learning)dimana respon
bersifat spesifik, tidak umum dan kabur.
- Belajar
menguasai rantai atau rangkaian hal (Chaining Learning) mengandung asosiasi
yang kebanyakan berkaitan dengan keterampilan motorik.
- Belajar
hubungan verbal atau asosiasi verbal (Verbal Association) bersifat
asosiatif tingkat tinggi tetapi fungsi nalarlah yang menentukan.
- Belajar
mebedakan atau diskriminasi (Discrimination Learning) yang menghasilkan
kemampuan membeda-bedakan berbagai gejala.
- Belajar
konsep-konsep (Concept Learning) yaitu corak belajar yang menentukan
ciri-ciri yang khas yang ada dan memberikan sifat tertentu pula pada
berbagai objek.
- Belajar
aturan atau hukum-hukum (Rule Learning) dengan cara mengumpulkan sejumlah
sifat kejadian yang kemudian dalam macam-macam aturan.
- Belajar
memecahkan masalah (Problem Solving) menggunakan aturan-aturan yang ada
disertai proses analysis dan penyimpulan.
Inti dari pembelajaran tersebut adalah interaksi dan
proses untuk mengungkapkan ilmu pengetahuan oleh pendidik dan peserta didik
yang menghasilkan suatu hasil belajar.
Ada tiga aspek perkembangan intelektual yang diteliti
oleh Jean Piaget yaitu :
- Struktur, yaitu
ada hubungan fungsional antara tindakan pisik, tindakan mental, dan
perkembangan berpikir logis anak.
- Isi, yaitu
pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya
terhadap berbagai masalah atau masalah yang dihadapinya.
- Fungsi, yaitu
cara yanag digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.
Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa belajar
dalam hal ini dapat mengandung makna sebagai perubahan struktural yang saling
melengkapi antara asimilasi dan akomodasi dalam proses menyusun kembali dan
mengubah apa yang telah diketahui melalui belajar.
3.
Belajar
Menurut Pandangan Carl R. Rogers
Menurut pendapat Carl R.
Rogers (Ahli Psikoterapi) praktek pendidikan menitikberatkan pada segi
pengajaran, bukuan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh
peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran.
Langkah-langkah dan sasaran
pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru menurut Rogers adalah meliputi :
guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara terstruktur,
guru dan siswa membuat kontrak belajar, guru menggunakan metode inquiri atau
belajar menemukan (discovery learning), guru menggunakan metode simulasi, guru
mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan
berpartisipasi dengan kelompok lain, guru bertindak sebagai fasilitator belajar
dan sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram agar tercipta peluang bagi
siswa untuk timbulnya kreatifitas dalam belajar (Dimyati dan Mudjiono,
1999:17).
Jadi dapat ditegaskan belajar
menurut Carl R. Rogers adalah untuk membimbing anak kearah kebebasan dan
kemerdekaan, mengetahui apa yang baik dan yang buruk, dapat melakukan pilihan
tentang apa yang dilakukannya dengan penuh tanggung jawab sebagai hasil
belajar. Kebebasan itu hanya dapat di pelajari dengan memberi anak didik
kebebasan sejak mulanya sejauh ia dapat memikulnya sendiri, hal ini dilakukan
dalam konteks belajar.
4.
Belajar
Menurut Pandangan Benjamin Bloom
`Keseluruhan tujuan pendidikan
dibagi atas hirarki atau taksonomi menurut Benjamin Bloom (1956) menjadi tiga
kawasan (dominan) yaitu : domain kognitif mencakup kemampuan intelektual
mengenal lingkungan yang terdiri atas 6 macam kemampuan yang disusun secara
hirarki dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analysis, sintesis dan penilaian; domain
afektif mencakup kemampuan-kemapuan emosional dalam mengalami dan menghayati
sesuatu hal yang meliputi lima macam kemampuan emosional disusun secara hirarki
yaitu kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan
karakterisasi diri; domain psikomotor yaitu kemampuan-kemampuan motorik
menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan terdiri dari : gerakan repleks,
gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan terlatih, dan
komunikasi nondiskursif.
Jadi dapat ditegaskan bahwa belajar
adalah perubahan kualitas kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk
meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi, masyarakat, maupun sebagai mahluk
Tuhan Yang Maha Esa.
5.
Belajar
Menurut Pandangan Jerome S. Bruner
Menurut Bruner (1960) dalam proses
belajar dapat dibedakan dalam tiga fase yaitu : informasi, transpormasi dan
evaluasi.Bruner mengemukan empat tema pendidikan, tema pertama mengemukan
pentingnya arti struktur pengetahuan, tema kedua ialah tentang kesiapan
(readines) untuk belajar, tema ketiga menekankan nilai intuisi dalam proses
pendidikan, tema keempat ialah tentang motivasi atau keinginan untuk belajar,
dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.
Bruner menyimpulkan bahwa pendidikan
bukan sekedar persoalan teknik pengelolaan informasi, bahkan bukan penerapan
teori belajar dokelas atau menggunakan hasil ujian prestasi yang berpusat pada
mata pelajaran.
6.
Teori Behaviorisme
Ada beberapa ciri dari teori ini
yaitu : mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil, bersifat mekanisme,
menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, dan
menekankan kepentingan latihan. Tokoh yang mengembangkan teori ini adalah
Thorndike yang mengemukan tiga prinsip aatu hukum dalam belajar yaitu : belajar
akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan
tersebut, belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan, dan belajar
akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Prinsip belajar menurut teori
behaviorisme yang dikemukan oleh Harley dan Davis (1978) yang banyak dipakai
adalah : proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut terlibat
secara aktif didalamnya, materi pelajaran diberikan dalam bentuk unit-unit
kecil dan diatur sedemikian rupa sehingga hanya perlu memberikan suatu proses
tertentu saja, tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik secara langsung
sehingga siswa dapat dengan segera mengetahui apakah respon yang diberikan
betul atau tidak, dan perlu diberikan penguatan setiap kali siswa memberikan
respon apakah bersifat positif atau negatif.
7. Teori Cognitive Gestalt-Filed
Teori Belajar Gestalt meneliti
tentang pengamatan dan problem solving, dari pengamatanya ia menyesalkan
penggunaan metode menghafal di sekolah, dan menghendaki agar murid belajar
dengan pengertian bukan hafalan akademis.
Suatu konsep yang penting dalam
psikologis Gestalt adalah tentang insight yaitu pengamatan dan pemahaman
mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian dalam suatu situasi
permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak
memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu
satu kesatuan yang utuh.
Menurut teori Gestalt perbuatan
belajar itu tidak berlangsung seketika, tetapi berlangsung berproses kepada
hal-hal yang esensial, sehingga aktivitas belajar itu akan menimbulkan makna
yang berarti. Sebab itu dalam proses belajar, makin lama akan timbul suatu
pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari, manakala
perhatian makin ditujukan kepada objek yang dipelajari itu telah mengerti dan
dapat apa yang dicari.
8.
Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh
yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan
pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan
kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut
Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu :
1.
sensory
motor
2.
pre operational
3.
concrete operational
4.
formal
operational.
Pemikiran lain dari Piaget tentang proses
rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton
(2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person
takes material into their mind from the environment, which may mean changing
the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the
difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation”.
Dikemukakannya pula, bahwa belajar
akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan
eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak
memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan
lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
- Bahasa
dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
- Anak-anak
akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan
sebaik-baiknya.
- Bahan
yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
- Berikan
peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
- Di
dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan
diskusi dengan teman-temanya.
Menurut Piaget pengetahuan
(knowledge) adalah interaksi yang terus menerus antara individu dengan
lingkungan. Fokus perkembangan kognitif Piaget adalah perkembangan secara alami
fikiran pembelajar mulai anak-anak sampai dewasa. Konsepsi perkembangan
kognitif Piaget, duturunkan dari analisa perkembangan biologi organisme
tertentu. Menurut Piaget, intelegen (IQ=kecerdasan) adalah seperti system
kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi. Menurut Piaget ada tiga perbedaan
cara berfikir yang merupakan prasyarat perkembangan operasi formal, yaitu;
gerakan bayi, semilogika, praoperasional pikiran anak-anak, dan operasi nyata
anak-anak dewasa. Ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
yaitu :
a. lingkungan
fisik
b. kematangan
c. pengaruh social
d. proses pengendalian diri
Tahap perkembangan kognitif :
1. Periode
Sensori motor (sejak lahir – 1,5 – 2 tahun)
2. Periode Pra Operasional (2-3 tahun sampai 7-8
tahun)
3. Periode operasi yang nyata (7-8 tahun sampai
12-14 tahun)
4. Periode operasi formal
Kunci dari keberhasilan pembelajaran adalah
instruktur/guru/dosen/guru harus memfasilitasi agar pembelajar dapat
mengembangkan berpikir logis.
9. Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman
yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan
Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai
sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh
prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
- Hubungan
bentuk dan latar (figure and gound relationship) yaitu menganggap
bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk)
dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna
dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan
latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara
latar dan figure.
- Kedekatan
(proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu
maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk
tertentu.
- Kesamaan
(similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan
dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
- Arah
bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan
yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu
figure atau bentuk tertentu.
- Kesederhanaan
(simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya
bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk
keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
- Ketertutupan
(closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola
obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt,
yaitu:
- Perilaku
“Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku
“Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk kontraksi
otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar” adalah perilaku
dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti
kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”. Perilaku
“Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku “Molecular”.
- Hal
yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara lingkungan
geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah
lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk
pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh
seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal
kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat
(lingkungan geografis).
- Organisme
tidak bereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian
peristiwa, akan tetapi bereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa.
Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo,
pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain,
gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu.
- Pemberian
makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses
yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan
merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap
rangsangan yang diterima.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran
antara lain :
- Pengalaman
tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting
dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik
memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan
unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
- Pembelajaran
yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang
terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran.
Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang
dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah,
khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif
pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki
makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
- Perilaku
bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan.
Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada
keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses
pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang
ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai
arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami
tujuannya.
- Prinsip
ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan
dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan
hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan
kehidupan peserta didik.
- Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
REFERENSI :
·
Soekidjo Notoatmodjo (2007), Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku,
Jakarta: Rineka Cipta
·
Kozier B, (2004), Fundamental Of Nursing Concept, Process & Practice, Upper Sadle
River, New Jersey : ESG
·
http:
//en.wikipedia.org/wiki/Cognitivism_(psychology) 060207
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat