- Sejarah
Dinamika Kelompok
Sejarah munculnya dinamika kelompok dapat diuraikan
sebagai berikut:
· Zaman Yunani
Pada masa ini berkembang ajaran Plato, bahwa daya-daya
pada individu tercermin dalam struktur masyarakat dengan karakteristik yang
berbeda satu sama lain. Masing-masing struktur masyarakat tersebut merupakan
kelompok yang terpisah satu sama lain dan tiap-tiap golongan memiliki norma
yang berfungsi sebagai pemersatu dan pedoman dalam interaksi sosial antar
anggota masing-masing golongan. Pada masa ini ikatan persatuan dan interaksi
sosial terjalin dengan kuat, sehingga masing-masing golongan dapat
mempertahankan kesatuannya dan tidak terpecah-pecah dalam kelompok/golongan
yang lebih kecil.
· Zaman liberalisme
Pengaruh cara berfikir bebas mengakibatkan individu bebas
menentukan segala sesuatu bagi dirinya dan tiap individu tidak bisa menetukan
individu lain dalam kehidupan. Kebebasan ini justru membawa malapetaka pada
individu, karena individu merasa tidak mempunyai pedoman dalam kehidupan,
sehingga mereka merasa tidak memiliki kepastian. Kondisi tersebut membuat
individu merasa ketakutan, sehingga berbagai cara mereka tempuh untuk untuk
menghilangkan ketakutan dan memperoleh pedoman dalam menjalani hidup. Gagasan
individu yang muncul pada saat itu adalah mengadakan perjanjian social antara
sesamanya dan hal tersebut dirumuskan dalam Leviathan
atau Negara yang diharapkan dapat menjamin hidup mereka.
· Zaman ilmu jiwa
bangsa-bangsa
Pada masa ini Moritz Lazarus dan Stanley Hall
memelopori untuk mengadakan suatu penyelidikan terhadap bangsa primitive yang
memiliki ciri khas di dalam kehidupannya. Penyelidikan dilakukan terhadap adat dan bahasa rakyat
dan hubungannya dengan tingkah laku masyarakat primitif. Hasil penyelidikan,
pengaruh adat dan bahasa menimbulkan homogenitas pada masyarakat sehingga
setiap sikap dan tingkah laku anggota masyarakat tidak berbeda satu sama lain.
Hal ini disebabkan karena adat dan bahasa rakyat menimbulkan kesamaan
psikologi, dan ini tercermin dalam tingkah laku. Terori ini berkembang, bahwa
setiap masyarakat yang mempunyai kesamaan psikologi menjadi suku bangsa
tertentu, lengkap dengan kepribadian masing-masing.
· Zaman gerakan massa
Adanya bentuk pemerintahan otokrasi dengan segala
bentuk penekanannya mengakibatkan masyarakat menunjukkan pergolakan untuk
membebaskan diri dan membentuk pemerintahan yang diinginkan. Gerakan massa ini mendorong Gustave Le Bon melakukan
penyelidikan secara intensif dan mendalam pada gerakan massa. Hasil
penyelidikan menunjukkan bahwa dalam gerakan massa tiombul apa yang dinamakan
sugesti, yang mengakibatkan gerakan massa tersebut dala setiap individu
kehilangan control diri terhadap mereka. Apabila ditinjau, massa yang memiliki
gerakan sedemikian hebat, tentu massa tersebut mempunyai anggota, norma,
pimpinan dan tujuan yang hal ini tidak ubahnya seperti bentuk suatu kelompok.
· Zaman psikologi sosial
Penyelidikan terhadap massa memberikan motivasi kepada
ahli untuk mengadakan penyelidikan lebih
mendalam terhadap massa, meskipun risikonya besar. Pada abad ke-20, para ahli
mengubah arah penyelidikannya dan mereka lebih tertarik untuk mengadakan
penyelidikan terhadap gejala-gejala psikis dalam situasi tertentu. Edward A.
Ross mengadakan penyelidikan terhadap hubungan psikis antara individu dengan
lingkungannya. Dalam meninjau situasi sosial maka situasi tersebut adalah
situasi yang mengakibatkan berkumpulnyasejumlah individu pada saat tertentu.
Hal ini tidak berbeda dengan anggapan bahwa situasi sosial berarti membawa pula adanya kelompok.
· Zaman dinamika
kelompok
Erich Fromm mengawali kegiatan penyelidikannya yang
disusun dalam buku Escape From Freedom
untuk menunjukkan perlunya individu bekerja sama dengan individu lain, hingga
timbul solidaritas dalam kehidupannya. Hal ini disebabkan karena terdorong oleh
adanya keinginan individu untuk memperoleh kepastian dalam kehidupan ketika
hasrat kepastian ini hanya diperoleh apabila masing-masing individu memiliki
rasa solidaritas. Moreno mengemukakan bahwa perlunya kelompok-kelompok kecil
seperti keluarga, regu kerja, regu belajar, ketika di dalam kelompok itu
terdapat suasana saling menolong, hingga kohesi menjadi kuat, dan kelompok yang
makin kuat kohesinya, makin kuat
moralnya. Kurt Lewin menyimpulkan bahwa tingkah laku individu sangat
dipengaruhi oleh kelompok yang menjadi anggotanya. Jadi jelaslah bahwa kelompok itu memang benar-benar
mempunyai pengaruh terhadap kehidupan individu.
- Status
Dinamika Kelompok
Pertumbuhan dan perkembangan dinamika kelompok tidak lepas dari pandangan para ahli dari
berbagai disiplin ilmu. Berikut ini pandangan para ahli dari berbagai disiplin
ilmu:
1.
Cabang sosiologi
Ahli sosiologi seperti Homans, Moreno, dan Mitschell
berpendapat bahwa masalah kelompok/group dan struktur kelompok yang
menjadi obyek dinamika kelompok
merupakan sebagian bahan yang menjadi obyek sosiologi. Moreno
berpendapat bahwa dalam suatu kelompok pasti terdapat social distance (jarak social) antara angota kelompok tersebut.
2.
Cabang psikologi
Robert F. Bales memasukkan dinamika kelompok ke dalam
cabang psikologi. Alasannya karena dalam dinamika kelompok titik beratnya bukan
masalah kelompok itu sendiri, tetapi yang pokok adalah proses kejiwaan yang terjadi/timbul pada individu dan
pengaruhnya terhadap kelompok.
3.
Cabang psikologi sosial
Para ahli psikologi sosial, seperti Otto Klineberg
berpendapat bahwa dinamika kelompok lebih ditekankan pada peninjauan psiokologi
sosial karena yang terpenting sampai sejauh mana pengaruh interaksi sosial
individu di dalam kelompok terhadap masing-masing individu sebagai anggota
kelompok. Hal ini berarti dinamika kelompok ingin mempelajari hubungan timbal balik
antar anggota dalam kehidupan berkelompok.
4.
Bidang eksperimen
Di dalam buku Group
Dynamic yang disusun oleh Cartwright dan Zender, disebutkan bahwa dinamika
kelompok sebenarnya adalah bidang eksperimen, walaupun sifatnya cenderung
mengarah pada persoalan psikologi.
- Definisi
Dinamika Kelompok
Pengertian dinamika kelompok dapat diartikan melalui asal
katanya, yaitu dinamika dan kelompok.
Pengertian dinamika
Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga
kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara
memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan
interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan.
Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam
kelompok itu, oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya
setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah.
Pengertian kelompok
Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan
kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan
bersama. Menurut W.H.Y. Sprott mendefinisikan kelompok sebagai beberapa orang
yang bergaul satu dengan yang lain. Kurt Lewin
berpendapat ”the essence of a group is
not the similarity or dissimilarity of its members but their interdependence”.
H. Smith menguraikan bahwa kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa
individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara
dan dasar kesatuan persepsi. Interaksi antar anggota kelompok dapat menimbulkan kerja sama apabila
masing-masing anggota kelompok:
- Mengerti
akan tujuan yang dibebankan di dalam kelompok tersebut
- Adanya
saling menghomati di antara anggota-anggotanya
- Adanya
saling menghargai pendapat anggota lain
- Adanya
saling keterbukaan, toleransi dan kejujuran di antara anggota kelompok
Menurut Reitz (1977) kelompok mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
·
Terdiri dari dua orang atau lebih
·
Berinteraksi satu sama lain
·
Saling membagi beberapa tujuan yang sama
·
Melihat dirinya sebagai suatu kelompok
Kesimpulan dari berbagai pendapat ahli tentang pengertian
kelompok adalah kelompok tidak terlepas dari elemen keberadaan dua orang atau
lebih yang melakukan interaksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bersama.
Pengertian dinamika kelompok
Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua
atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara
anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami
secara bersama. Dinamika kelompok juga
dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang
selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang
selalu berubah-ubah. Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
·
Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota
kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai
·
Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan
saling menghargai pendapat orang lain
·
Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok
·
Menimbulkan adanya i’tikad yang baik diantara sesama anggota kelompok.
Proses dinamika
kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam kelompok
dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal antar individu yang ada
dalam kelompok. Mereka membeku seperti es. Individu yang bersangkutan akan
berusaha untuk mengenal individu yang lain. Es
yang membeku lama-kelamaan mulai mencair, proses ini disebut sebagai “ice
breaking”. Setelah saling
mengenal, dimulailah berbagai diskusi kelompok, yang kadang diskusi bisa sampai
memanas, proses ini disebut ”storming”. Storming akan membawa perubahan pada
sikap dan perilaku individu, pada proses ini individu mengalami ”forming”.
Dalam setiap kelompok harus ada aturan main yang disepakati bersama oleh semua
anggota kelompok dan pengatur perilaku semua anggota kelompok, proses ini
disebut ”norming”. Berdasarkan aturan inilah individu dan kelompok melakukan
berbagai kegiatan, proses ini disebut ”performing”. Secara singkat proses
dinamika kelompok dapat dilihat pada gambar berikut:
Alasan pentingnya
dinamika kelompok:
·
Individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat
·
Individu tidak dapat bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya
·
Dalam masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan
dapat terlaksana dengan baik
·
Masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat
bekerja dengan efektif
- Pendekatan-pendekatan Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok seperti disebutkan di bagian awal,
menjadi bahan persaingan dari para ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli
psikologi sosial, maupun ahli yang menganggap dinamika kelompok sebagai
eksperimen. Hal tersebut membawa pengaruh terhadap pendekatan-pendekatan yang
ada dalam dinamika kelompok.
1.
Pendekatan oleh Bales dan Homans
Pendekatan ini mendasarkan pada konsep adanya aksi,
interaksi, dan situasi yang ada dalam kelompok. Homans menambahkan, dengan
adanya interaksi dalam kelompok, maka kelompok yang bersangkutan merupakan sistem
interdependensi, dengan sifat-sifat:
- Adanya
stratifikasi kedudukan warga
- Adanya
diferensiasi dalam hubungan dan pengaruh antara anggota kelompok yang
satu dengan yang lain
- Adanya
perkembangan pada sistem intern kelompok yang diakibatkan adanya pengaruh
faktor-faktor dari luar.
2.
Pendekatan oleh Stogdill
Pendekatan ini lebih menekankan pada sifat-sifat
kepemimpinan dalam bentuk organisasi formal. Stogdill menambahkan bahwa yang
dimaksud kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok yang
terorganisir sebagai usaha untuk mencapai tujuan kelompok. Kelompok
terorganisir yang dimaksud disini adalah kelompok yang tiap-tiap anggotanya
mendapat tanggungan dalam hubungannya dengan pembagian tugas untuk mencapai
kerja sama dalam kelompok.
3.
Pendekatan dari ahli Psycho
Analysis (Sigmund Freud dan Scheidlinger)
Scheidlinger berpendapat bahwa aspek-aspek motif dan
emosional memegang peranan penting dalam kehidupan kelompok. Kelompok akan
terbentuk apabila didasarkan pada kesamaan motif antar anggota kelompok,
demikian pula emosional yang sama akan menjadi tenaga pemersatu dala kelompok,
sehingga kelompok tersebut semakin kokoh. Freud berpendapat bahwa di dalam
setiap kelompok perlu adanya kesatuan kelompok, agar kelompok tersebut dapat
berkembang dan bertahan lama. Kesatua kelompok akan terbentuk apabila tiap-tiap
anggota kelompok melaksanakan identifikasi bersama antara anggota yang satu
dengan yang lain.
4.
Pendekatan dari Yennings dan Moreno
Yennings mengungkapkan konsepsinya tentang pilihan bebas,
spontan, dan efektif dari anggota kelompok yang satu terhadap angota kelompok
yang lain dalam rangka pembentukan ikatan kelompok. Moreno membedakan antara psikhe group dan sosio group
sebagai berikut:
·
Psikhe group merupakan suatu kelompok
yang terbentuk atas dasar suka/tidak suka, simpati, atau antipati antar anggota
·
Sosio group merupakan kelompok yang terbentuk atas dasar tekanan dari pihak luar.
Yennings menambahkan bahwa pelaksanaan tugas akan lebih
lancar apabila pembentukan Sosio group disesuaikan
dengan Psikhe group, dengan memperhatikan faktor-faktor efisiensi kerja dan
kepemimpinan dalam kelompok.
FUNGSI DINAMIKA KELOMPOK
- Individu
satu dengan yang lain akan terjadi kerjasama saling membutuhkan (individu
tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat)
- Dinamika
kelompok memudahkan segala pekerjaan (dalam dinamika kelompok ada saling
bantu antara anggota satu dengan anggota yang lain)
- Melalui
dinamika kelompok segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah
dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar, sehingga
waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif dan
efisien (dalam dinamika kelompok pekerjaan besar akan dibagi-bagi sesuai
dengan bagian kelompoknya masing-masing)
- Meningkatkan
masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang lain dapat
memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran
yang sama dalam masyarakat.
KELOMPOK SOSIAL
- Macam-macam Kelompok
Individu sebagai makhluk sosial tidak bisa dihindarkan
dengan interaksi sosial dan bentuk-bentuk interaksi sosial. Individu juga tidak
bisa dilepaskan dari situasi tempat ia berada dan situasi ini sangat
berpengaruh terhadap kelompok yang tertbentuk akibat situasi tersebut. Situasi
yang dihadapii individu terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1.
Situasi kebersamaan
Situasi kebersamaan didefinisikan sebagai suatu situasi
berkumpulnya sekumpulan individu secara bersama-sama. Situasi kebersamaan
menimbulkan kelompok kebersamaan, yaitu suatu kelompok individu yang berkumpul
pada suatu ruang dan waktu yang sama, tumbuh dan mengarahkan tingkah laku
secara spontan. Kelompok ini sering juga disebut massa atau crowd. Menurut kinch, ciri-ciri massa
adalah:
·
Bertanggung jawab dalam waktu yang relatif pendek
·
Pesertanya berhubunga secara fisik (misal berdesak-desakan)
·
Kurang adanya autran yang terorganisir
·
Interaksinya bersifat spontan
Brown membagi kerumunan massa /
crowd menjadi dua golongan, yaitu Mobs
dan Audience. Mobs merupakan suatu
kerumunan aktif yang meyebabkan kerusakan-kerusakan, sedangkan Audience merupakan terbentuknya suatu
kelompok karena adanya penggerak yang
sama.
2.
Situasi kelompok sosial
Situasi kelompok sosial didefinisikan sebagai suatu
situasi ketika terdapat dua individu atau lebih mengadakan interaksi sosial
yang mendalam satu sama lain. Situasi kelompok sosial ini akan melahirkan
terbentuknya kelompok sosial, artinya suatu kesatuan sosial yang terdiri dari
dua orang atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup
intensif dan teratur, sehingga diantara individu sudah terdapat pembagian
tugas, struktur, norma-norma tertentu. Kelompok sosial secara umum diikat oleh
faktor-faktor berikut ini:
·
Bagi anggota kelompok, suatu tujuan yang realistis, sederhana, dan memiliki
nilai keuntunganbagi individu
·
Masalah kepemimpinan dalam kelompok cukup berperan dalam menentukan
kekuatan ikatan antar anggota
·
Interaksi dalam kelompok secara seimbang merupakan alat perekat yang baik
dalam membina kesatuan dan persatuan anggota.
Situasi kelompok sosial dapat menimbulkan bermacam-macam
kelompok sosial, sebagai berikut:
· Charles H. Cooley
membagi menjadi:
1). Kelompok primer (primary group), suatu kelompok yang
anggota-anggotanya mempunyai hubungan/interaksi yang lebih intensif dan lebih
erat antar anggotanya. Contoh: keluarga, rukun tetangga/kelompok kawan
sepermainan, kelompok agama.
2). Kelompok sekunder (secondary group), suatu kelompok yang
anggota-anggotanya saling mengadakan hubungan yang tidak langsung, berjauhan (pertemuan tidak harus face to face) dan
formal, dan kurang bersifat kekeluargaan. Contohnya: partai politik,
perhimpunan serikat kerja.
· Moreno membagi menjadi:
1).
Psikhe
group, beberapa orang yang berinteraksi satu
dengan yang lain, mempunyai kesadaran psikologis dan menerima mereka sebagai kelompok
2). Socio group, berhubungan dengan posisi sosial, aturan dan status dari anggota kelompok
· Crèch dan Curtchfield
membagi menjadi:
1). Kelompok
stabil, kelompok yang strukturnya ters tetap, tidak berubah dalam jangka waktu
yang cukup lama
2). Kelompok tidak stabil, kelompok yang mengalami perubahan
progresif meskipun tanpa terdapat variasi-variasi yang cupuk penting dari
situasi eksternal.
· French membagi
menjadi:
1). Kelompok
terorganisir, kelompok yang menunjukkan secara tegas, lebih memiliki kebebasan
sosial, perasaan kita, saling ketergantungan, kesamaan berpartisipasi dalam
kegiatan kelompok, motivasi, frustasi dan agresi terhadap anggota kelompok yang
lain
2). Kelompok tidak terorganisir, kelompok yang sedikit sekali
kemungkinan bahwa individu akan dipengaruhi oleh apa yang dikerjakan orang lain
· Berdasarkan tingkat keformalan kelompok dibagi menjadi
1). Kelompok
formal/kelompok resmi, suatu kelompok yang sengaja dibentuk untuk pelaksanaan dan realisasi tugas
tertentu, anggota-anggotanya diangkat dan dilegimitasi oleh suatu badan/organisasi.
Kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan serta anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga. Contohnya adalah komite, panitia, organisasi pemuda.
2). Kelompok
informal, kelompok yang terbentuk dari proses interaksi, daya tarik dan
kebutuhan-kebutuhan seseorang. Anggota kelompok tidak diatur dan diangkat atau
dilegalisasikan dalam pernyataan normal. Kelompok ini tidak didukung oleh
peraturan atau anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Kelompok ini bisa berkembang dalam kelompok formal, karena
adanya beberapa anggota yang secara tertentu memiliki nilai-nilai yang perlu
dibagi dengan sesama anggota.
- Definisi
dan Ciri-ciri Kelompok Sosial
Definisi kelompok sosial dikemukan beberapa ahli seperti:
- Muzafer Sherif
Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari
dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup
intensif dan teratur, sehingga di antara individu itu sudah terdapat pembagian
tugas, struktur dan norma-norma tertentu.
- Crech dan Curtchfield
Kelompok sosial didefinisikan sebagai sistem yang
terintegrasi yang terbentuk karena adanya hubungan psikologis untuk
menyelesaikan keadaan secara obyektif.
- S.S.Sargent
Penggambaran kelompok sosial dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara,
misal berdasarkan ukuran kelompok, jumlah anggota yang ada, distribusi
geografik,dll.
- Newcomb, Turner, dan Converse
Sejumlah orang-orang, dilihat sebagai kesatuan tunggal, merupakan
satu kelompok sosial, terutama mempunyai perhatian terhadap interaksi kelompok
dan terhadap ciri-cirinya yang relatif stabil.
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa kelompok sosial
merupakan kesatuan sosial yang terdiri
dari dua atau lebih individu yang mengadakan interaksi sosial agar dapat
terjadi pembagian tugas, struktur dan norma yang ada.
Secara umum, Baron dan
Byrne mengungkapkan bahwa sebuah kelompok harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1.
Interaksi, anggota-anggota seharusnya berinteraksi satu sama lain
2.
Interdependen, apa yang terjadi pada seorang anggota akan mempengaruhi
perilaku anggota yang lain
3.
Stabil, hubungan paling tidak ada lamanya waktu yang berarti (bisa minggu,
bulan dan tahun)
4.
Tujuan yang dibagi, beberapa tujuan bersifat umum bagi semua anggota
5.
Struktur, fungsi tiap anggota harus memiliki beberapa macam struktur
sehingga mereka memiliki set peran
6.
Persepsi, anggota harus merasakan diri mereka sebagai bagian dari kelompok.
Suatu kelompok bisa disebut sebagai kelompok sosial
apabila memiliki ciri-ciri berikut ini:
1.
Terdapat dorongan atau motif yang sama antar individu satu dengan yang lain
(dapat menyebabkan terjadinya interaksi dalam mencapai tujuan yang sama)
2.
Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu
dengan yang lain berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda antara
individu yang terlibat di dalamnya.
3.
Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang
jelas dan terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan masing-masing
4.
Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur
interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang ada.
5.
Berlangsungnya suatu kepentingan
6.
Adanya pergerakan yang dinamik
- Pembentukan
dan Efektifitas Kelompok Sosial
1.
Pembentukan
kelompok
Pembentukan kelompok merupakan salah satu langkah
awal terjadinya interaksi antar individu satu dengan yang lain, karena dengan
terjadinya proses pembentukan kelompok akan terpenuhi kebutuhan dalam
berkelompok. Pembentukan
sebuah kelompok dapat diawali dengan adanya persepsi, perasaan atau motivasi,
dan tujuan yang sama dalam memenuhi kebutuhannya.
Proses pembentukan kelompok dimulai dari adanya perasaan/persepsi
yang sama untuk memenuhi kebutuhan, dari perasaan ini akan muncul motivasi
dalam memenuhi kebutuhan, kemudian
menetukan tujuan yang sama dan akhirnya terjadi interaksi, sehingga terwujudlah
sebuah kelompok. Pada tahap awal pembentukan kelompok ini akan ditentukan
kedudukan masing-masing individu, siapa yang menjadi ketua dan siapa yang menjadi
anggotanya. Dalam perjalanan kelompok akan terjadi interaksi antar anggota yang
memungkinkan terjadinya perpecahan (konflik), tapi konflik ini biasanya
bersifat sementara karena manfaat kelompok ini lebih besar, maka anggota akan
menyesuaikan diri karena kepentingan bersama dan setelah itu perubahan kelompok
akan mudah terjadi. Berikut ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
saat proses pembentukan kelompok:
· Persepsi
Pembagian kelompok diharapkan mempunyai kemampuan yang
berimbang, apabila ada anggota yang mempunyai tingkat intelegensi rendah, maka
anggota yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi mampu menginduksi anggota
yang lain, sehingga tidak terjadi ketimpangan yang mencolok.
· Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi setiap
anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat, dalam mencapai tujuan
kelompok.
· Tujuan
Pembentukan kelompok diantaranya adalah untuk
menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu dengan menggunakan metode
diskusi ataupun kerjasama, seahingga di sini suatu kelompok memiliki tujuan
yang sama dengan tujuan anggotanya.
· Organisasi
Pengorganisasian dimaksudkan untuk mempermudah koordinasi, sehingga penyelesaian
masalah kelompok menjadi lebih efektif dan efisien.
· Independensi
Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok,
yang dimaksud kebebasan disini adalah kebebasan anggota kelompok dalam
menyampaikan ide dan pendapatnya. Kebebasan disesuaikan dengan aturan yang
berlaku dalam kelompok, sehingga tidak mengganggu proses kelompok.
· Interaksi
Interaksi/hubungan timbal balik antar anggota kelompok
merupakan syarat yang penting dalam kelompok, karena dengan adanya
interaksi/hubungan timbal balik akan ada
proses memberi dan menerima ilmu pengetahuan dari satu anggota ke anggota yang lain, sehingga transfer ilmu
dapat berjalan (kebutuhan akan informasi terpenuhi).
Proses pembentukan kelompok dapat dilihat dari beberapa teori:
· Teori kedekatan
Menganggap sesorang berhubungan dengan orang lain karena
adanya kedekatan ruang dan daerah.
· Teori aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi, sentimen-sentimen/perasaan
atau emosi (menurut homans)
Ketiga elemen tersebut satu sama lain berhubungan secara
langsung. Dikutip dari Miftah Toha
tentang elemen-elemen tersebut:
a). Semakin
banyak aktivitas seseorang yang dilakukan dengan orang lain, semakin beraneka
interaksinya dan semakin kuat tumbuhnya perasaan/emosi mereka.
b). Semakin
banyak interaksi semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada
orang lain
c). Semakin
banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang lain, semakin banyak
sentimen dipahami orang lain, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya
aktivitas dan interaksi.
· Teori keseimbangan (a balance theory of group formation)
dari Newcomb
Seseorang
tertarik kepada yang lain didasarkan atas kesamaan sikap dalam menanggapi suatu
tujuan yang relevan satu sama lain. Teori ini menekankan pada aspek psikologis
dalam proses pembentukan kelompok.
· Teori alasan praktis (practical theory) dari Reitz
Menekankan pada motif atau menelaah maksud orang
berkelompok, mengacu pada teori kebutuhan Maslow. ”The group itself is the
source of needs” (Kelompok itu sendiri mampu memenuhi kebutuhannya sendiri)
· Hipotesa pembentukan
kelompok
-
Hipotesa I :Seseorang menggabungkan diri dalam kelompok dengan tujuan memenuhi kebutuhannya.
-
Hipotesa II : Dekatnya kontak dan interaksi memberikan kepada individu
untuk menemukan kebutuhan untuk kepuasan yang dapat dicapai melalui afiliasi
dengan orang lain.
-
Hipotesa III : Tarikan interpersonal (interpersonal attraction) adalah fungsi positif dan daya tarik
fisik, kesamaan sikap, kesamaan kepribadian, kesamaan ekonomi, kesamaan rasial,
memahami kemampuan orang, dan kebutuhan untuk kerukunan dan keharmonisan.
-
Hipotesa IV :Individu berkeinginan untuk berafiliasi dengan orang lain
yang kemampuannya sama atau lebih tinggi
-
Hipotesa V : Seseorang akan menggabungkan diri ke dalam kelompok
apabila mereka menemukan/menganggap bahwa aktivitas kelompok menarik atau
memberikan imbalan
-
Hipotesa VI : Seseorang akan menggabungkan diri dalam kelompok, apabila
dia menilai baik pada kelompok
-
Hipotesa VII :Ada kebutuhan untuk berafiliasi yang menyebabkan
keanggotaan di dalam kelompok memberikan suatu imbalan (menjadi anggota
kelompok memberikan suatu imbalan)
-
Hipotesa VIII :Seseorang akan menggabungkan diri di dalam kelompok,
apabila dia menerima/menilai/merasa
bahwa ini sebagai sesuatu yang memenuhi kebutuhan/memberikan kepuasan.
-
Hipotesa IX : Pengembangan kelompok mengikuti suatu pola yang tetap
-
Hipotesa X : koalisi terbentuk di dalam situasi dimana dua orang atau
lebih mencapai imbalan yang lebih besar melalui kerja sama daripada kalau
bekerja sendiri-sendiri.
1.
Efektifitas
kelompok sosial
Karakteristik kelompok yang efektif adalah:
· Komunikasi dua arah
· Tujuan kelompok jelas dan diterima oleh anggota
· Partisipasi merata antar anggota
· Kepemimpinan didasarkan pada kemampuan dan informasi,
buka posisi dan kekuasaan
· Kesepakatan diupayakan untuk keputusan yang penting
· Kontroversi dan konflik tidak diabaikan, diingkari atau
ditekan
· Kesejahteraan anggota tidak dikorbankan hanya untuk
mencapai tujuan
· Secara berkala anggota membahas efektivitas kelompok dan
mendiskusikan cara memperbaiki fungsinya
Pendapat lain yang mengemukakan tentang efektivitas
kelompok adalah sebagai berikut:
a.
Menurut
Floyd Ruch
Kelompok
yang efektif menurut Floyd Ruch adalah:
1.
Keadaan fisik tempat/kelompok, seperti tersedianya fasilitas dan peralatan
yang dibutuhkan anggota.
2.
Rasa aman (Treat reduction),
menyangkut ketentraman anggota untuk tinggal di dalam kelompoknya, meliputi: tidak
adanya ancaman, tidak ada saling curiga dan tidak ada saling bermusuhan
3.
Distributive leadership (kepemimpinan bergilir), adanya pemindahan kekuasaan
untuk pengendalian dan pengawasan terhadap kelompoknya.
4.
Goal formulation (perumusan tujuan),
tujuan merupakan tujuan bersama, yang menjadi arah kegiatan bersama,
karena tujuan ini merupakan integrasi dari tujuan individu masing-masing
5.
Flexibility (fleksibilitas), segala sesuatu yang menyangkut kelompok dapat mengikuti perubahan yang terjadi tanpa
adanya pengorbanan.
6.
Consensus (mufakat), dengan mufakat yang ada
dalam kelompok, semua perbedaan pendapat dari anggota dapat teratasi sehingga
tercapai keputusan yang memuaskan berbagai pihak.
7.
Process awareness (kesadaran berkelompok), adanya peran, fungsi, dan kegiatan
masing-masing anggota dalam kehidupan berkelompok, maka tiap-tiap anggota pasti
timbul rasa kesadarannya terhadap kelompoknya, terhadap anggota kelompok, dan
pentingnya untuk berorientasi satu sama lain.
8.
Continual evaluation (penilaian yang kontinyu), kelompok yang baik seringkali
mengadakan penilaian secara kontinyu terhadap perencanaan kegiatan dan
pengawasan kelompok sehingga dapat diketahui tercapai/tidaknya tujuan kelompok.
b.
Menurut Crech dan Curtchfield
1.
Merupakan suatu saluran pemenuhan kebutuhan afiliasi, yaitu kebutuhan
berteman, dukungan, dan cinta kasih.
2.
Merupakan suatu sarana mengembangkan, memperkaya, serta memantapkan harga
diri dan idealitasnya
3.
Merupakan sarana pencarian kepastian dan pengetes kenyataan kehidupan
sosial
4.
Merupakan sarana untuk memperkuat perasaan aman, tenteram, dan berkuasa
atas kemampuannya dalam menghadapi musuh dan ancaman yang sama secara bersama
5.
Merupakan sarana ketika suatu tugas kerja dapat diselesaikan anggota yang menerima beban tanggung jawab,
seperti tugas pemberian informasi atau membantu teman yang sakit.
Perbandingan kelompok efektif dan kelompok yang tidak efektif
Faktor
|
Kelompok efektif
|
Kelompok inefektif
|
Atmosfer
|
Informal,
relaks, nyaman, dimana anggota bisa menunjukkan kesenangan dan keterlibatannya.
|
Tegang dan terkadang muncul kebosanan
|
Seting tujuan
|
Tujuan,
tugas diklarifikasi, dimengerti dan dimodifikasi, sehingga anggota bisa
komitmen dan kooperatif dengan tujuan kelompok
|
Tidak jelas, tidak dimengerti, tujuan tidak mungkin
dicapai
|
Kepemimpinan dan partisipasi anggota
|
Ada
pergantian tiap beberapa waktu yang telah disepakati.
|
Didelegasikan atau berdasar otoritas, pemimpin
mendominasi kelompok, partisipasi anggota tidak seimbang (anggota yang
mempunyai otoritas lebih mendominasi)
|
Penekanan tujuan
|
Penekanan
pada tiga fungsi kelompok (pencapaian
tujuan, pemeliharaan internal dan perkembangan)
|
Tidak ada penekanan tujuan
|
Komukasi
|
Terbuka
dan dua arah. Di dorong untuk mengeluarka ide dan perasaan (berhubungan
dengan masalah dan perjalanan kelompok)
|
Tertutup dan satu arah,
tidak semua ide diberi dorongan, tujuan individu berlawanan dengan
tujuan kelompok.
|
Pembuatan keputusan
|
Secara
mufakat
|
Berdasar otoritas dalam kelompok dengan partisipasi
minimal dari anggota kelompok
|
Kohesi
|
Difasilitasi,
saling percaya, dan saling memberi dukungan
|
Saling
mengabaikan
|
Toleransi konflik
|
Toleransi
terhadap konflik tinggi, adanya perbedaan/konflik dicari pemecahannya bersama
|
Toleransi terhadap konflik rendah, usaha dilakukan
untuk menghindar, mengingkari, menekan atau mengesampingkan kontroversi
|
Kekuatan
|
Ditentukan
oleh kemampuan anggota, kekuatan sama
|
Ditentukan oleh kedudukan dalam kelompok
|
Evaluasi
|
Sering,
semua anggota berperan dalam evaluasi dan pengambilan keputusan bagaimana
meningkatkan fungsi kelompok
|
Minimal, evaluasi kalau ada hanya dilakukan oleh yang
mempunyai otoritas tinggi
|
Kreatifitas
|
Didorong,
difasilitasi untuk aktualisasi diri dan keefektifan interpersonal
|
Tidak didorong, individu takut
|
- Kepemimpinan dalam Kelompok Sosial
Definisi kepemimpinan ada bemacam-macam, antara lain:
· Carter dan Hampill, kepemimpinan adalah mengusahakan akan
tindakannya, memelopori struktur interaksi dari orang-orang lain sebagai bagian
dari proses pemecahan soal bersama
· Tannenbaum, kepemimpinan sebagai pengaruh antar orang
dalam kancah situasi langsung melalui
proses komunikasi yang terarah untuk memperoleh tujuan khusus dan tujuan
umum
· Shaw me (1976), kepemimpinan merupakan suatu proses pengaruh yang ditujukan untuk
mencapai tujuan
· Stogdill (1950), kepemimpinan merupakan proses yang
mempengaruhi kegiatan kelompok untuk menetapkan tujuan dan mencapai tujuan
· Holander dan Julian (1969), kepemimpinan terbentuk karena
hubungan pengaruh antara dua atau lebih orang yang saling tergantung satu
dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama tertentu didalam situasi
kelompok.
· Drs. Ngalim Purwanto, kepemimpinan adalah tindakan
perbuatan diantara perseorangan dan kelompok yang menyebabkan baik orang
seorang maupun kelompok maju ke arah tujuan tertentu.
Pendekatan kepemimpinan
a.
Pendekatan sifat-sifat (trait approach)
Usaha ini digunakan untuk mengetahui sifat-sifat
pemimpin yang meliputi intelek, hubungan sosial, keadaan emosi, keadaan fisik
yang tinggi imajinasi,kekeuatan jasmani, kesabaran, kemauan berkorban, suka bekerja
keras, dsb
b.
Pendekatan
tingkah laku (behavioral approach)
Pendekatan ini memandang bahwa kepemimpinan dapat
dipelajari dari pola tingkah laku dan cirri-ciri pemimpin.
Tujuan kepemimpinan
Tujuan kepemimpinan meliputi tujuan organisasi, tujuan
kelompok, tujuan pribadi anggota kelompok, dan tujuan pribadi pemimpin.
1.
Tujuan organisasi dimaksudkan untuk memajukan organisasi yang bersangkutan
dan menghindari diri dari maksud-maksud yang irasional organisasi yang ada.
2.
Tujuan kelompok dimaksudkan untuk menanamkan tujuan kelompok pada
masing-masing anggota sehingga tujuan kelompok dapat segera tercapai.
3.
Tujuan pribadi anggota kelompok maksudnya untuk memberi pengajaran,
pelatihan, penyuluhan, konsultasi bagi tiap anggota kelompok sehingga anggota
kelompok dapat mengembangkan pribadinya.
4.
Tujuan pribadi pemimpin maksudnya untuk memberi kesempatan pada pimpinan
berkembang dalam tugasnya, seperti mempengaruhi, memberi nasehat, dsb.
Fungsi kepemimpinan:
Membantu
kelompok:
· Menentukan kegunaan dan tujuan
· Memfokuskan diri pada proses kerja secara bersama
· Lebih waspada/memperhatikan akan sumber-sumber yang
dimiliki, dan cara yang terbaik untuk memanfaatkannya
· Mengevaluasi kemajuan dan perkembangan
· Menjadi terbuka untuk ide baru dan ide yang berbeda,
tanpa menjadi berhenti karena konflik
· Belajar baik dari kegagalan dan frustasi, maupun dari
keberhasilan
Macam-macam kepemimpinan
Macam-macam kepemimpinan banyak dikemukakan oleh beberapa
ahli, antara lain:
a.
Lippite dan Whyte
1). Kepemimpinan
otokrasi : ketentuan dibuat oleh
pimpinan, tingkah laku dari kegiatan kelompok diputuskan oleh pimpinan,
pimpinan selalu memberikan tugas pada setiap anggota, pimpinan dapat memuji
atau mencela pekerjaan anggota.
2). Kepemimpinan
demokratis: segala kegiatan kelompok dibicarakan dan didiskusikan bersama,
anggota bebas bekerja dengan siapa saja, pimpinan memuji dan mencela anggota
secara obyektif, pimpinan berusaha, bersikap, dan berbuat seperti anggota.
3). Kepemimpinan liberal : pimpinan jarang ikut campur dalam kegiatan anggota; pimpinan
menyiapkan kebutuhan bagi anggota; pembagian tugas dan kerja sama diserahkan
anggota; pimpinan tidak memberikan komentar selama kelompok melaksanakan
kegiatan, kecuali diminta pendapatnya.
b.
Max Weber
1). Kepemimpinan kharismatik : kepemimpinan yang diangkat berdasarkan kepercayaan yang datang dari
lingkungannya.
2). Kepemimpinan tradisional: bentuk kepemimpinan yang pimpinannya diangkat atas dasar tradisi yang
berlaku pada masyarakat.
3). Kepemimpinan rasional legal : bentuk kepemimpinan yang diangkat atas dasar pertimbangan
pemikiran tertentu dan penunjukan langsung.
c.
W.C Whyte
1). Kepemimpinan
operasional : bentuk
kepemimpinan yang pimpinannya diangkat atas dasar banyaknya
inisiatif atau aktivitas yang dilaksanakannya.
2). Kepemimpinan
popularitas : bentuk
kepemimpinan yang pimpinannya diangkat atas dasar kepopuleran (banyaknya
menerima pilihan) dari pemilihnya.
3). Kepemimpinan talent : bentuk kepemimpinan berdasarkan kecakapan tertentu yang
dimiliki oleh seseorang.
4). Kepemimpinan
perwakilan : bentuk
kepemimpinan yang diangkat menjadi wakil dari kelompok tertentu sehingga ada
pimpinan pusat yang merupakan gabungan pimpinan kelompok.
d.
Lingrend
1). Kepemimpinan parental : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya bersikap sebagai
keluarga.
2). Kepemimpinan expert : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya diangkat
berdasarkan kecakapan atau keahlian yang dimiliki seseorang.
3). Kepemimpinan artist : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya diangkat
berdasarkan atas keterkenalan individu pada lingkunggannya
4). Kepemimpinan manipulator : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya menggunakan
pendukung untuk kepentingan pribadi.
e.
Keit Davis
1). Kepemimpinan positif : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya menggiatkan kerja
pengikutnya dengan jalan memberi kepuasan hati mereka. Pimpinan tidak hanya
memerintah, tapi juga memberi penjelasan, menyediakan kebutuhan anggota, dan
memberi kebebasan untuk melaksanakan.
2). Kepemimpinan negatif : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya menggunakan kekuasaan untuk mengancam
atau menakut-nakuti agar anggota mengerjakan tugas mereka.
f.
Erich Fromm
1). Kepemimpinan menerima : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya bersedia menerima segala sesuatau dari
luar ketika menjalankan tugasnya.
2). Kepemimpinan menyerang/menggunakan : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya menggunakan segala
sesuatu dari luar dirinya sebagai miliknya sendiri ketika menjalankan tugasnya.
3). Kepemimpinan menimbun : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya tidak bersedia menerima hal-hal dari
luar, tetapi selalu berusaha untuk menyampaikan dan mempertahankan pendapatnya
sendiri walaupun seringkali pendapatnya diambil dari luar dirinya sesuai dengan
kepentingannya.
4). Kepemimpinan memasarkan : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya merasa bahwa dirinya sebagai orang
yang serba pandai/tahu dan ia cenderung memimpin dengan imbalan yang memadai.
5). Kepemimpinan produktif : bentuk kepemimpinan yang pimpinannya sadar akan kemampuan dirinya dan
menggunakan kemampuannya untuk mendorong anggota sehingga tiap-tiap anggota
menjadi produktif.
Gaya kepemimpinan
· Trait Theories of Leadership
Teori ini mengatakan seorang pemimpin adalah dilahirkan
dan tidak dibuat. Ciri-ciri pemimpin menurut teori ini adalah : memiliki
intelegensi lebih dari pada yang lain, kematangan sosial dan pengetahuan luas,
memiliki motivasi sendiri dan dorongan partisipasi, sikap untuk menyakinkan
hubungan dengan orang lain.
·Group
and Exchange Theories of Leadership
Seseorang
dapat menjalankan perannya sebagai pemimpin apabila ia dapat memenuhi harapan
kelompok untuk mencapai tujuan kelompok serta memberikan hadiah (reward) untuk hal-hal lain.
·Fleder
Contingency Model of Leadership
Teori ini mengatakan adanya hubungan antara gaya
kepemimpinan dengan situasi yang menguntungkan dalam kelompok.
·Path
Goal Leadership Theory
Teori ini mengatakan ada pengaruh dari tingkah laku
pemimpin yang dapat memotivasi bawahan, kepuasan kerja, serta aktivitas
bawahan. Menurut Robert Hause menerangkan bahwa gaya kepemimpinan meliputi hal
berikut:
1).
Directive leadership/gaya otoriter :
pemimpin berfungsi sebagai petunjuk terhadap anggota kelompok sehingga sehingga
pemimpin kurang bisa berpartisipasi penuh
2). Supportive
leadership : pemimpin memiliki sifat ramah,
mudah mengadakan pendekatan, serta memperhatikan kesadaran kemanusiaan yang tinggi
kepada kelompoknya.
3). Participative leadership : pemimpin tidak hanya meminta dan menggunakan saran-saran anggota, tapi juga
membuat keputusan dalam rangka pemecahan persoalan yang ada dalam kelompok.
4). Achievement oriented leadership :pemimpin menanamkan kesadaran akan tantangan tujuan kelompok untuk
anggota-anggota kelompok dan menunjukkan sikap pada anggota bahwa dapat
mencapai tujuan tersebut.
·Gaya kepemimpinan permanen dan situasional
Gaya kepemimpinan permanen bila : memiliki prestasi yang
tinggi, mengetahui apa kebutuhan kelompoknya, memiliki kecakapan, memiliki
kemampuan dalam pekerjaannya.
Gaya kepemimpinan situasional bila : aktif berpartisipasi
dalam setiap persoalan yang muncul dalam
kelompok, menunjukkan ketergantungan
dari anggota kelompok lainnya, memiliki ketegasan, lancar dalam mengemukakan
pendapat, memiliki sikap yakin akan dirinya sendiri, populer di dalam
lingkungan kelompoknya.
Perbedaan kepemimpinan situasional dengan kepemimpinan
permanen adalah kepemimpinan situasional memiliki ikatan psikologis dengan
anggota kelompok, sedangkan faktor prestasi nomor dua. Kepemimpinan
permanen membutuhkan faktor prestasi
untuk memperoleh dukungan anggota kelompok.
Syarat-syarat pemimpin
Syarat-syarat pemimpin banyak dikemukan oleh Floyd Ruch
dan Stogdill
1.
Menurut Floyd Ruch
·
Social perception, pemimpin harus dapat memiliki ketajaman dalam
menghadapi situasi
·
Ability
in abstract thinking, pemimpin harus
memiliki kecakapan secara abstrak terhadap masalah yang dihadapi
·
Emotional stability, pemimpin harus memiliki perasaan yang stabil, tidak mudah
terpengaruh dari pihak luar.
2.
Menurut Stogdill
·
Tinggi dan besar, pimpinan yang tinggi besar umumnya terlihat lebih
berwibawa dalam melaksanakan tugas.
·
Berat badan, berat badan ideal akan menambah wibawa
·
Fisik,energi dan kesehatan, pemimpin yang sehat mempunyai tenaga yang cukup
untuk menjalankan kepemimpinannya
·
Kegiatan, pemimpin yang mempunyai banyak kegiatan dalam tugasnya lebih
sukses mencapai tujuan kelompok
·
Intelegensi, intelegensi yang tinggi akan memudahkan untuk bergaul,
berkegiatan dan memecahkan masalah yang dihadapi
·
Kepercayaan diri, percaya diri yang tinggi mampu memimpin, sehingga anggota
tampak lebih mantap melaksanakan tugas-tugas kelompok
·
Kecakapan bergaul, pimpinan yang mempunyai kecakapan bergaul dengan
anggotanya dapat mempermudah pelaksanaan tugas.
·
Inisiatif dan ketekunan, sifat ini akan menghindarkan diri dari kesulitan
yang dihadapi, sehingga tugas-tugas tetap berjalan lancar.
·
Dominasi, sifat ini memudahkan ia menguasai kelompoknya dalam kondisi
apapun kelompoknya.
·
Surgensi, memiliki pandangan untuk kepentingan anggota lebih mudah
memperoleh kepercayaan anggota dalam melaksanakan tugas.
·
Perhatian pada situasi, memperhatikan situasi yang dihadapi kelompok,
sehingga mudah untuk mengendalikan kelompoknya.
Tugas-tugas pemimpin
Tugas-tugas pemimpin dikemukakan oleh Floyd Ruch, Ngalim Purwanto dan David
W. Johson.
a.
Floyd Ruch
·
Structuring the situation, pemimpin bertugas untuk memberi struktur yang jelas
terhadap situasi rumit yang dihadapi kelompok
·
Controlling group behaviour, pemimpin mengawasi tingkah laku anggota kelompoknya
sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku
·
Spokesman
of the group, pemimpin dapat menjadi juru
bicara sebagai wakil kelompoknya pada pihak luar.
b.
Drs. Ngalim Purwanto
· Menyelami kebutuhan dan keinginan kelompok
· Memilih kehendak yang realistis dari kelompoknya
· Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi
kehendak mereka
· Menemukan jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai
kehendak tersebut
c.
David W. Johson
· Information and opinion giver, pemimpin adalah pemberi keterangan dan pendapat
· Information and opinion seeker, pemimpin sebagai pencari keterangan dan pendapat
· Strater, pemimpin dapat
mengendalikan
· Direction giver, pemimpin
sebagai pemberi tujuan kelompok yang ingin dicapai
· Summaizer, pemimpin
sebagai pembuat ringkasan apa yang dikerjakan
· Coordinator, pemimpin
sebagai koordinator kelompok dalam kegiatan kelompok
· Diagnoser, pemimpin
sebagai penganalisis terhadap segala sesuatu yang dihadapi kelompok
· Energizer, pemimpin
sebagai pengarah anggota kelompok ke arah kegiatan dan pencapaian tujuan
kelompok
· Reallity tester, pemimpin juga memberikan ujian secara reakter terhdap kelompok
· Evaluator, pemimpin
sebagai pemberi penilaian terhadap kegiatan kelompok dalam pencapaian tujuan.
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KELOMPOK
Terbentuknya kelompok karena adanya persamaan dalam
kebutuhan akan berkelompok, dimana individu memiliki potensi dalam memenuhi kebutuhan dan setiap individu
memiliki keterbatasan, sehingga individu akan meminta atau membutuhkan bantuan
individu yang lain untuk mengatasinya.
Kelompok merupakan tujuan yang diharapkan dalam proses
dinamika kelompok, karena jika hal tersebut tercapai, maka dapat dikatakan
salah satu tujuan proses transformasi dapat berjalan dengan baik. Indikator
yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok adalah
sebagai berikut:
- Adaptasi
Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima
informasi yang baru. Setiap kelompok, tetap selalu terbuka untuk menerima peran
baru sesuai dengan hasil dinamika kelompok tersebut. Di samping itu proses
adaptasi juga berjalan dengan baik yang ditandai dengan kelenturan setiap
anggota untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan anggota kelompok
lain tanpa merasa integritasnya terganggu
- Pencapaian
tujuan
Setiap anggota mampu menunda kepuasan dan melepaskan
ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama, mampu membina dan memperluas pola,
serta individu mampu terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman,
pengetahuan dan kemampuannya.
Perkembangan kelompok
dapat ditunjang oleh bagaimana komunikasi dalam kelompok. Perkembangan
kelompok dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
a.
Tahap pra afiliasi
Merupakan tahap permulaan dengan diawali adanya
perkenalan dimana semua individu akan saling mengenal satu dengan yang lain,
kemudian berkembang menjaadi kelompok yang sangat akrab dengan mengenal sifat
dan nilai masing-masing anggota.
b.
Tahap Fungsional
Tahap ini tumbuh ditandai adanya perasaan senang antara
satu dengan yang lain, tercipta homogenitas, kecocokan dan kekompakan dalam
kelompok. Maka akan terjadi pembagian dalam menjalankan fungsi kelompok.
c.
Tahap Disolusi
Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelompok sudah
mempunyai rasa tidak membutuhkan lagi dalam kelompok, tidak tercipta kekompakan
karena perbedaan pola hidup, sehingga percampuran yang harmonis tidak terjadi
dan akhirnya terjadi pembubaran kelompok.
Perkembangan kelompok sebenarnya banyak dikemukakan oleh
para ahli. Clark (1994) mengemukakan
perkembangan kelompok ke dalam tiga fase, yaitu:
- Fase orientasi
Individu masih
mencari/dalam proses penerimaan dan menemukan persamaan serta perbedaan satu
dengan lainnya. Pada tahap ini belum dapat terlihat sebagai kesatuan kelompok,
tapi masih tampak individual.
- Fase bekerja
Anggota
sudah mulai merasa nyaman satu dengan lainnya, tujuan kelompok mulai
ditetapkan. Keputusan dibuat melalui mufakat daripada voting. Perbedaan yang
ada ditangani dengan adaptasi satu sama lainnya dan pemecahan masalah daripada
dengan konflik. Ketidaksetujuan diselesaikan secara terbuka.
- Fase terminasi
Fokus pada
evaluasi dan merangkum pengalaman kelompok. Ada perubahan perasaan dari sangat
frustasi dan marah menjadi sedih atau puas, tergantung pada pencapaian tujuan
dan pembentukan kelompok (kesatuan kelompok)
Tuckman dan Jensen membagi perkembangan kelompok dalam 6
fase, dimana terdapat perbedaan perilaku tim dan perilaku pemimpin sebagai
berikut:
Fase
|
Perilaku tim
|
Perilaku pemimpin
|
Orientation
|
Ragu, belum familiar, belum saling percaya, belum ada
partisipasi
|
Mendefinisikan misi kelompok, tipenya masih memberi
instruksi, membuat skema tujuan
|
Forming
|
Menerima satu sama lain, belajar ketrampilan
komunikasi, mulai termotivasi
|
Rencana/fokus pada masalah, role model yang positif,
mendorong adanya partisipasi
|
Storming
|
Semangat tim berkembang, mulai membangun kepercayaan,
konflik mungkin muncul, terkadang tidak sabar dan frustasi
|
Evaluasi gerakan kelompok, fokus pada tujuan,
penyelesaian konflik, menentukan tujuan
|
Norming
|
Kenyamanan meningkat, identifikasi tanggung jawab,
interaksi tim efektif, resolusi konflik
|
Fokus pada tujuan,
menyertai proses, memberikan dorongan pada tim
|
Performing
|
Tujuan yang jelas, adanya kohesi/kesatuan, pemecahan masalah
|
Beraksi seperti
anggota kelompok, dorongan
meningkatkan tanggung jawab, mengukur hasil
|
Terminating
|
Angota tersebar, tim akhirnya mencapai tujuan
|
Perayaan dan penghargaan, memperkuat kesuksesan.
|
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KELOMPOK
Faktor-faktor ini dikemukakan oleh Mc. Gregor (1960):
· Atmosfer , atmosffer yang rileks dan nyaman bebas dari
tekanan, dimana tiap individu dapat berinteraksi dan terlibat
· Diskusi, fokus pada tiap orang berpartisipasi
· Tujuan/obyektif, dipahami secara jelas dan diterima oleh
anggota kelompok
· Listening, anggota akan aktif mendengar anggota lain
· Disagreement/pertentangan, jika ada perselisihan
pendapat, kelompok merasa nyaman untuk menghadapi semuanya
· Keputusan, dibuat dengan konsensus/persetujuan umum/mufakat
· Critisim, terbuka, tidak ada agenda disembunyikan,
sehingga anggota merasa nyaman
· Feeling, dapat diekspresikan dengan bebas
· Action, secara jelas ditegaskan dan anggota berkomitmen
· Leadership, fleksibel,
tidak ada perebutan kekuasaan
· Kesadaran diri, kelompok penuh dengan cara kerja
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN DALAM KELOMPOK
Keunggulan/kelebihan kelompok:
· Adanya sifat keterbukaan antar angota
· Adanya kemauaan angota kelompok, yang mengutamakan
kepentingan kelompok
· Adanya kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan
pengalaman
· Pengetahuan dan kemampuan tanpa meninggalkan kaidah dan
norma yang telah disepakati kelompok
Kelemahan dalam kelompok:
· Waktu penugasan
· Tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan
PENTINGNYA DINAMIKA KELOMPOK DALAM KEPERAWATAN
· Dapat mempelajari cara-cara mengambil keputusan,
pencapaian konsensus di dalam kelompok, sistematika kerja kelompok dan
mengetahui bagaimana mengatasi perselisihan pendapat
· Dapat melihat adanya persepsi yang berbeda diantara
anggota kelompok yang akhirnya persepsi tersebut dapat diterima sebagai norma
kelompok
· Pengalaman dalam menciptakan kerja kelompok dapat
dijadikan dasar kerjasama antar unit
· Mempermudah dalam pengambilan keputusan
· Mempermudah dalam mencapai tujuan
PENERAPAN KONSEP
DINAMIKA KELOMPOK
- Kelompok
Sebaya (peer group)
Dalam kelompok sebaya, individu akan merasakan adanya
kesamaan satu dengan lainnya (usia, kebutuhan, dan tujuan). Kelompok sebaya
tidak mementingkan struktur organisasi, namun diantara anggota kelompok
merasakan adanya tangung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompok.
Ciri-ciri kelompok sebaya:
- Tidak
mempunyai struktur organisasi yang jelas
- Bersifat
sementara
- Mengajarkan
individu tentang kebudayaan yang luas
- Anggotanya
adalah individu yang sebaya
Fungsi kelompok sebaya:
·
Mengajarkan kebudayaan
·
Mengajarkan mobilitas sosial
·
Membantu peranan sosial baru
·
Kelompok sebaya sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru, bahkan
untuk masyarakat
·
Individu dapat mencapai ketergantungan satu sama lain
·
Kelompok sebaya mengajar moral orang dewasa
·
Individu dapat mencapai kebebasan sendiri
- Masyarakat
(community)
Menurut Soerjono Soekanto, istilah community dapat
dterjemahkan sebagai “masyarakat setempat”. Istilah yang menunjuk pada warga suatu desa, sebuah kota,
suku, atau suatu bangsa. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah
suatu wilayah kehidupan sosial, yang ditandai oleh derajat hubungan sosial
tertentu.
Ciri-ciri community:
·
Adanya daerah/batas tertentu
·
Manusia yang bertempat tinggal
·
Kehidupan masyarakat
·
Hubungan sosial antara anggota kelompoknya
Komponen community:
·
Masyarakat sebagai kelompok atau himpunan orang-orang yang hidup bersama
terjalin satu sama lain ketika orang-orang tersebut menjadi anggotanya
·
Kebudayaan sebagai alat pemuasan kebutuhan manusia, baik jasmani maupun rohani
·
Kekayaan alam sebagai sumber materi bagi kelangsungan hidup manusia
Contoh kelompok health care:
·
Task groups (health
care planning committees, nursing service committees, nursing team meeting,
hospital staff meeting)
·
Teaching groups,
tujuannya untuk memberikan informasi pada partisipan (misal tehnik memandikan
bayi, latihan untuk usia pertengahan dan
dewasa tua, instruksi pada anggota keluarga tentang perawatan pada pasien yang
diperbolehkan pulang)
·
Self-help groups
·
Self-awareness
groups, tujuannya untuk mengembangkan kekuatan interpersonal, ditujukan untuk
orang-orang yang telah menjalani perawatan lama dan akan kembali bekerja,
ataupun kembali ke masyarakat (misal bagaimana sesorang berkomunikasi dengan
orang lain)
·
Therapy groups
·
Work –related social
groups, ditujukan untuk mengatasi kejenuhan/stress yang menimpa perawat karena
aktivitas sehari-harinya (biasanya untuk perawat ruang intensif (ICU, ICCU,
PICU, NICU), emergensi room). Dengan adanya kelompok ini diharapkan dapat memberikan support dan
mengurangi stress.
·
Professional nursing organizations, dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dan memberikan support pada kebutuhan perawat.
REFERENSI :
Hidayat, A. 2004. Pengantar
Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Kozier,
B., et al. 1997. Professional Nursing
Practice: Concepts and Perspective.3rd edition. California : Addison
Wesley Longman
Ratna, S.,dkk. 2003. Dinamika Kelompok. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Santosa, S. 2004. Dinamika
Kelompok. Jakarta: PT Bumi Aksara
Emilia, O.,dkk. 2000. Panduan
Pelaksanaan Latihan Dinamika Kelompok. Yogyakarta: Tim Pelaksana Inovasi
Pendidikan FK UGM
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat