A. Membantu
Hubungan Perawat-Klien
Hunbungan
perawat klien lebih dari hubungan mutual. Hubungan tersebut merupakan proses
dimana campur tangan dalam kehidupah klien menetapkan tingkah laku yang lebih
efektif.
Hubungan
klien perawat adalah suatu proses dinamis yang meliputi usaha kolaborasi
perawat dan klien untuk mengatasi masalah dan untuk meningkatkan kesehatan dan
kemampuan beradaptasi (Potter & Perry, 2005). Varcarolis dalam
Intan (2005), menyebutkan pengertian dari hubungan yaitu : Relationship
adalah proses interpersonal antara dua atau lebih orang pada keseluruhan
kehidupan kita menemui orang dalam setting yang bervariasi dan membagi
berbagai macam pengalaman.Perawat menggunakan komunikasi interpersonal
untuk mengembangkan hunbungan dengan klien yang dapat meningkatkan pemahaman
mereka sebagai manusia seutuhnya. Hubungan yang membantu ini adalah teurapetik,
yang meeningkatkan iklim psikologis yang membawa perubahan dan pertumbuhan
klien yang positif. Meskipun perawat banyak mendapat kepuasan dari hubungan,
klien harus menjadi penerima utama dan penentu keuntungan.
v Bentuk hubungan
Secara umum, bentuk dari hubungan dibagi
dalam :
a. Hubungan social
Hubungan social bertujuan untuk bersahabat,social,kesenangan
atau menyelesaikan tugas. Kebutuhan bersama dipenuhi selama hubungan social
seperti berbagi ide, perasaan, dan pengalaman. Keterampilan komunikasi meliputi
memberikan nasihat dan kadang-kadang memenuhi kebutuhan dasar, seperti meminjam
uang dan membantu pekerjaan. Sering hanya superficial.selama interaksi social
peran mungkin berganti. Dalam hubungan social, terdapat sedikit penekanan dalam
hal evaluasi dari interaksi yang dilakukan.
b. Hubungan intim
Terjadi
diantara dua individu yang mempunyai komitmen emosional antara satu dengan yang
lain. Dalam hubungan ini sering kali mereka peduli tentang kebutuhan
untuk pertumbuhan dan kepuasan. Dalam hubungan ini pula, kebutuhan bersama
dipenuhi dan keinginan keintiman serta fantasi dibagi. Orang mungkin ingin
membina hubungan intim untuk beberapa alasan : menjadi ayah, kepuasan seksual
atau emosi, kesamaan ekonomi, memiliki secara social, dan penurunan kesepian.
Meskipun fenomena transference dan countertransference terjadi,
mereka biasanya tidak mengakui atau menguraikan dalm hubungan ini.
c. Hubungan terapeutik
Hubngan terapeutik berbeda dari hubungan diatas dimana
perawat memaksimalkan keterampilan komunikasi, pemahaman tingkah laku manusia
dan kekuatan pribadi untuk meningkatkan pertmbuhan klien. Fokus hubungan adalah
pad aide klien, pengalaman dan perasaan klien.
d. Perawat dan klien mengidentifikasi
area yang memerlukan ekplorasi dan evaluasi secara periodik terhadap
tingkah perubahan klien. Peran tidak akan berubah dan hubungan tetap konsisten
berfokus pada masalah klien.
Keterampilan komunikasi dan
pengetahuan dari tahap dan fenomena yang terjadi dalam hubungan terapeutik
merupakan alat yang penting sekali dalam pembentukan dan pemeliharaan hubungan,
kebutuhan diri klien diidentifikasi dan pendekatan alternatif penyelesaian
masalah dibuat serta keterampilan koping baru mungkin dikembangkan.
King cit.Varcarolis (1990)
Menggambarkan hubungan terapeutik sebagai pengalaman belajar baik bagi klien
dan perawat. Dia mengidentifikasi empat tindakan yang harus diambil di antara
perawat dank lien :
1. Tindakan diawali oleh perawat.
2. Respon reaksi dari klien.
3. Interaksi dimana perawat dan klien
mengkaji kebutuhan klien dan tujuan.
4. Transaksi dimana hubungan timbal
balik pada akhirnya dibangun untuk mencapai tujuan hubungan.
v Tujuan hubungan
Menurut Stuart dan Sundeen
(dalam Keliat, 2003), tujuan terapeutik yang diarahkan pada pertumbuhan
klien meliputi :
a.
Realisasi diri, pengalaman diri, dan rasa hormat terhadap
diri sendiri
b.
Identitas diri yang jelas dan rasa integritas diri yang
tinggi
c.
Kemampuan membina hubungan interpersonal yang intim, saling
tergantung dan mencintai
d.
Peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan personal yang realistis
v Hubungan
Perawat – Pasien – Dokter
ü Tiga
unsur manusia dalam keperawatan yang saling berhunganadalah :
Perawat – Pasien – Dokter.
ü Dalam
hubungan timbal balik ini perawat dan dokter tidak bisadipisahkan dalam
pemberian layanan kesehatan kepada klien yang berkualitas.
ü Persamaan
ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan adalah sasaran pelayanannya manusia.
ü Sedangkan
perbedaannya, ilmu kedokteran bersifat Fathernalistik (figur seorang
bapak, pemimpin dan pembuat keputusan).Sedangkan keperawatan bersifat Mathernalistik yang
mencerminkanfigur ibu (Mother Instinc) dalam memberikan asuhan
keperawatandengan kasih sayang dan bantuan (Helping Relationship).
§
Model Hubungan
1.
Aktivitas –
Positifistis
Dokter berperan aktif, klien berperan pasif, tepat
diterpkan pada klien anak-anak, bayi, pasien tidak sadar, koma,
pasien pada kedaruratan. Biasanya dokter bersifat otoriter, pasienkurang
diperhatikan.
2.
Hubungan Membantu
Klien yang mengalami gangguan / masalah kesehatan
akanmencari bantuan kepada dokter untuk mengatasi masalah,dan dokter yang
memiliki pengetahuan kedokteran akanmemberi bantuan kepada klien dalam
mengatasi maslahkesehatan.
3.
Partisipasi Mutual
Individu memiliki hak yang sma / kesejajaran antara
umatmanusia merupakan nilai yang tinggi. Pada model inimencerminkan azas
demokrasi. Interaksi yang dilakukanmerupakan interaksi dari masing-masing
individu yangmemiliki hak yang sama (sejajar) dalam memperoleh pelayanan,
saling membutuhkan, dan interaksi yang dilakukan memberikan kepuasan kedua
belah pihak.Dalam hal ini peran dokter membantu klien menolong dirisendiri.
Peran ini penting untuk mengenal diri klien dankemampuan diri klien, serta
menjelaskan bahwa manusiamemiliki kemampuan untuk tumbuh dan
berkembang.Keperawatan bersifat menghargai martabat individu yangunik atau
berbeda satu dengan yang lain, membantukemampuan dalam menentukan dan mengatur
diri sendiri.
v Hubungan
Perawat, Dokter dan Klien
Dalam pelayanan kesehatan, perawat menjalin
hubungannyadengan dokter dan klien, dalam hal ini ada beberapa peran
perawatyaitu :
·
Peran Independent
(mandiri).
Peran
perawat dalam memberikan askep dapat dipertanggung jawabkan secara mandiri
oleh perawat.
·
Peran Dependent
(tergantung dokter).
Peran
dalam melaksanakan peran pemberian obat-obatan dantanggung jawab penuh oleh
dokter.
·
Peran Kolaborasi
(interdependent).
Peran
dalam melakukan pelayanan kesehatan bekerja samasebagai tim work dengan tim
kesehatan lain.
Untuk mendapatkan perlindungan hukum
pada tindakan (perandependent), perawat dan dokter perlu berkomunikasi yang
jelasdan diketahui oleh kedua belah pihak.
Contohnya,
The Standing Order Dokter memberi kepercayaankepada perawat untuk pemberian
obat-obatan tertentu, dalam jangka waktu tertentu.
v Hubungan
Perawat, Klien dalam Kontek Etis
Kondisi yang dihadapi klien merupakan
penentu peran perawat terhadap klien. Seorang klien dalam situasi
tertentu,mempunyai tujuan tertentu, begitu juga perawat, dalam situasi tertentu
memiliki tujuan tertentu. Hubungan perawat dan klien mendasari nilai dan
martabat manusia, pengembangan rasa terpercaya, pengukuran pemecahan masalah
(Problem Solving) dan kolaborasi. Dalam hubungan in perawat bisa berperan
sebagai konselor, sebagai pengganti orang tua, saudara kandung, temansebagai
pasien dalam mengungkapkan perasaan-perasaannya. Jadi,dalam hal ini hubungan
perawat dengan klien bersifat alamiah.Dalam interaksi antar perawat dan klien
masing-masingmemiliki kesepakatan dan persetujuan dimana klien
mempunyai peran dan hak, begitu juga perawat mempunyai peran dan
hak sebagai perawat. Dalam setiap hubungan, perlu didahului dengan kontrak
dan kesepakatan bersama, sehingga kesepakatan ini bisa menjadi parameter
dalam perawat memutuskan setiaptindakan etis.
v Hubungan
Perawat dan Klien
Kehadiran
dan Kepedulian (Noddings)
Hadir saat klien membutuhkan, bisa
diartikan sebagaikepedulian terhadap kesejahteraan seseorang, memnumbuhkanrasa
percaya, kepedulian terhadap satu sama lain dan sikap positif yang bisa
meningkatkan kesehatan. Bila kehadiran dan kepedulian menjiwai pelayanan
kesehatan, seluruh tantangan lingkungan akan berubah sehingga tercipta terapi
yang adekuat, klien juga menghargai, berbangga menjadi bagian dari upayalayanan
kesehatan.
Penghargaan yang datang dari klien
terhadap kehadiran kepedulian akan menimbulkan perasaan tenang dan puas
atas pelayanan keperawatan yang telah di berikan kepada klien yang dirawat
dalam RS tertentu. Kehadiran kepedulian seringkal imembantu proses penyembuhan.
Menerima kehadiran kepedulian meningkatkan kesejahteraan klien melalui transformasi
keberadaan mereka di dunia.
Contoh,
Ketika perawat menyuntik dengan tenang, akan memberikan perasaan nyaman
dan mengurangi kecemasan, sehingga waktudisuntik klien tidak menjalani
ketegangan otot dan tidak merasakan nyeri pada bekas suntikan.
1. Dimensi
Hubungan Membantu Perawat-Klien
a. Dimensi
tindakan
Dimensi ini termasuk konfrontasi, kesegaran, pengungkapan
diri perawat, katarsisemosional, dan bermain peran (Stuart dan Sundeen, 1995,
h.23). Dimensi ini harusdi implementasikan dalam konteks kehangatan,
penerimaan, dan pengertian yangdibentuk oleh dimensi responsif.
1) Konfrontasi
Pengekspresian perawat terhadap perbedaan pada perilaku
klien yang bermanfaatnuntuk memperluas kesadaran diri klien. Carkhoff (dikutip
oleh Stuart dan Sundeen,1998, h.41) mengidentifikasi tiga kategori konfrontasi
yaitu:
a. Ketidak sesuaian antara konsep diri
klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan idealdiri (cita-cita/keinginan
klien).
b. Ketidak sesuaian antara ekspresi non
verbal dan perilaku klien.
c. Ketidak sesuaian antara pengalaman
klien dan perawat Konfrontasi seharusnyadilakukan secara asertif bukan
agresif/marah. Oleh karena itu sebelum melakukankonfrontasi perawat perlu
mengkaji antara lain: tingkat hubungan saling percaya denganklien, waktu yang
tepat, tingkat kecemasan dan kekuatan koping klien. Konfrontasisangat berguna
untuk klien yang telah mempunyai kesadaran diri tetapi perilakunya belum
berubah.
2) Kesegeraan
Terjadi jika interaksi perawat-klien difokuskan pada dan
digunakan untuk mempelajarifungsi klien dalam hubungan interpersonal lainnya.
Perawat harus sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu
dengan segera.\
3) Keterbukaan perawat
Tampak ketika perawat meberikan informasi tentang diri, ide,
nilai, perasaan dansikapnya sendiri untuk memfasilitasi kerjasama, proses belajar,
katarsis, atau dukunganklien. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Johnson
(dikutip oleh Stuart dan Sundeen,1987, h.134) ditemukan bahwa peningkatan
keterbukaan antara perawat-klienmenurunkan tingkat kecemasan perawat klien.
4) Katarsis emosionalKlien didorong
untuk membicarakan hal-hal yang sangat mengganggunya untuk mendapatkan
efek terapeutik. Dalam hal ini perawat harus dapat mengkaji kesiapanklien untuk
mendiskusikan maslahnya. Jika klien mengalami kesulitan
mengekspresikan perasaanya, perawat dapat membantu dengan mengekspresikan
perasaannya jika berada pada situasi klien.
5) Bermain peranMembangkitkan situasi
tertentu untuk meningkatkan penghayatan klien kedalamhubungan antara manusia
dan memperdalam kemampuannya untuk melihat situasi darisudut pandang lain; juga
memperkenankan klien untuk mencobakan situasi yang barudalam lingkungan yang
aman.
a. Rasa Percaya
Rasa percaya dapat didefenisikan
sebagai kepercayaan bahwa orang lain akan memberi bantuan ketika membutuhkan,
selalu ada jika sedang diperlukan. Hubungan yang mempercaya ini tidak dapat
berkembang kecuali jika klien percaya bahwa perawat ingin merawat demi kebaikan
klien sendiri. Komunikasi perawat dengan klien yang tidak sadar rasa percaya
dapat tumbuh pada klien jika perawat dapat menunjukan semua tindakan ingin
membantu klien serta dengan komunikasi yang baik pula. Untuk meningkatkan rasa
percaya klien, perawat harus bertindak secara konsisten, dapat dipercaya dan
kompeten. Kejujuran dalam memberikan informasi kepada klien juga dapat membantu
terjadinya rasa percaya.
b. Empati
Empati telah diterima secara luas
sebagai komponen klinis dalam hubungan membantu. Rasa empati yaitu merasakan,
memahami kondisi klien pada saat itu. Empati adalah kemampuan untuk memahami
dan memasuki kerangka referensi klien (Haber at al, 1994). Rasa empati ini
sangat membantu hubungan terapeutik perawat dengan klien. Dari point ini
perawat dapat menjadi pemotivasi terhadap klien dengan adanya rasa empati,
hubungan yang terjalin akan menjadi lebih efektif. Empati juga membantu klien
untuk menjelaskan dan mengkaji perasaan mereka sehingga pemecahan masalah dapat
terjadi.
c. Perhatian
Perhatian adalah memiliki
penghargaan positif terhadap orang lain, merupakan dasar untuk hubungan yang
membantu. Perawat menunjukkan perhatian dengan menerima klien sebagaimana
mereka adanya dan menghargai mereka sebagai individu. Perawat menghargai pasien
yang tidak sadar selayaknya pasien yang sadar, bahwa klien tetap mengetahui apa
yang perawat komunikasikan selayaknya ia sadar. Klien akan merasakan bahwa
perawat menunjukan perhatian dengan menerima klien sebagaimana mereka adanya.
Perhatian juga meningkatkan rasa percaya dan mengurangi kecemasan. Penghilangan
kecemasan dan stress akan meningkatkan daya tahan tubuh dan membantu
penyembuhan.
d. Autonomi
Autonomi adalah kemampuan mengontrol
diri. Perawat dituntut untuk tidak menyepelekan hal ini. Setiap manusia itu
unik dan tiada yang sama. Perawat harus berusaha mengontrol diri terhadap
hal-hal yang sensitif terhadap klien. Pada pasien yang tidak sadar, perawat
harus berhati-hati untuk berbicara hal yang negatif di dekat klien, karena hal
itu sangat berpengaruh terhadap klien.
e. Mutualitas
Mutualitas meliputi perasaan untuk
berbagi dengan sesama. Perawat dan klien bekerja sebagai tim yang ikut serta dalam
perawatan. Perasaan untuk merasakan bahwa kita saling membutuhkan dapat
menumbuhkan hubungan yang membantu dalam komunikasi terapeutik. Akan terjalin
rasa percaya pada klien terhadap perawat yang dapat membantu penyembuhan klien.
b. DIMENSI RESPON
Dimensi
respon yang harus dimiliki oleh perawat ada 4 (empat) :
1. Kesejatian
Kesejatian
adalah pengiriman pesan pada orang lain tentang gambaran diri kita yang
sebenarnya.Kesejatian dipengaruhi oleh :
a.
Kepercayaan diri
Orang yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi akan mampu
menunjukkan kesejatiannya pada pada saat keadaan yang tidak nyaman dimana
kesejatian yang ditampilkan akan mengakibatkan resiko yang tertentu.
b.
Persepsi terhadap orang lain.
Apabila seorang melihat orang lain meempunyai kekuatan yang
lebih besar dan menguasai kita akan mempengaruhi bagaimana kita akan
menampilkan seperti apa diri kita yang sebenarnya.
c.
Lingkungan.
d.
Lingkungan terdiri dari waktu dan tempat. Tempat dimana
seseorang berada dimuka publik (auditorium, panggung, dan lain-lain) akan
mengakibatkan seseorang merasa sulit untuk menunjukkan seperti apa dirinya yang
sebenarnya. Wakyu yang terbatas juga akan mengakibatkan seseorangtidak mampu
menunjukkan siapa dia yang sebenarnya.
§ Contoh :
Ada seseorang klien yang menyukai anda sebagai perawat di
sebuah bangsal. Dia menanyakan nomor telepon anda, sering memandang anda dengan
mesra, dan berusaha membuat kotak badan yang sering. Dia bahkan akan mengundang
anda untuk makan malam.Sebagai perawat,
Pikiran anda : Saya harus
memberikan pelayanan yang professional.
Perasaan anda : Capek
juga nih orang, sebenarnya saya juga suka, tapi … (terdapat
inkongruen antarapikiran dan perasaan).
Bagaimana anda menunjukkan kesejatian tanpa meninggalakan
keprofesionalas sebagai perawat ?
§ Contoh respons :
“yah … mungkin saya akan pergi dengan anda, … kita lihat
saja nanti.
(Respons ini kurang tepat karena tidak ada kejelasan
didalamnya akan maksud dari perawat)
“Semua lelaki sama saja, … anda menangani perawat seperti
bermain sesuatu. Diamlah tuan, … saya punya pekerjaan”. (Respon ini
menunjukkan keagresifan perawat)
“saya senang menerima undangan anda setelah anda pulang dari
rumah sakit. Meskipun begitu, saat anda disini saya ingin membuat hubungan
dimana saya merasa member anda dank klien lain asuhan keperawatan yang terbaik.
Saya ingin menangani semua klien dengan sama karena saya piker tidaklah adil
untuk menunjukkan kefavoritan kepada anda. Dapatkah anda mengerti posisi saya
?” (Respon kesejatian tanpa meninggalkan profesionalisme perawat)
2.
Empati
Empati adalah kemampuan menempatkan diri kita pada diri
orang lain, bahwa kita telah memahami bagaimana perasaan orang lain tersebut
dan apa yang menyebabkan reaksi mereka tanpa emosi kita terlarut dalam emosi
orang lain.
v Beberapa aspek dari empati antara
lain :
a. Aspek Mental
Kemampuan melihat dunia orang lain dengan
menggunakanparadigma orang lain tersebut. Aspek mental juga berarti memahami
orang tersebut serta memahami orang tersebut secara emosional dan intelektual.
b. Verbal
Kemampuan mengungkapkan secara verbal pemahaman terhadap
perasaan dan alasan reaksi emosi klien. Aspek verbal dalam menunjukkan
memerlukan hal-hal :
1.
Kekuratan ;
Merupakan ketetapan pengungkapan
verbal terhadap perasaan atau masalah klien.
2.
Kejelasan
Ungkapan empati harus jelas mengenai
topik tertentu dan sesuai dengan apa yang dirasakan orang yang kita beri
empati.
3.
Kealamiahan
Perawat menggunakan kata-kata
sendiri dalam berkomunikasi dengan orang lain.
4.
Mengecek
Fungsi dari mengecek adalah untuk
mengetahui apakah response empatik yang kita lakukan tersebut efektif.
c. Aspek non verbal
Aspek non verbal yang diperlukan adalah kemampuan
menunjukkan empati dengan kehangatan dan kesejatian.
1.
Kehangatan;
Kehangatan yang ditunjukkan secara
non verbal antara lain :
a. Kondisi muka;
·
Dahi : rileks, tidak ada kerutan.
·
Mata : kontak mata yang nyaman, gerakan mata natural.
·
Mulut : rileks, tidak cemberut dan menggit bibir, tersenyum
jika perlu, rahan rileks.
·
Ekspresi : tampak rileks, tidak ada ketakutan, kekhawatiran,
menunjukkan perhatian dan ketertarikan.
b. Kondisi postur/sikap.
·
Tubuh : berhadapan, parallel dengan lawan bicara.
·
Kepala : duduk atau berdiri dengan tinggi yang sama,
menganggukkan kepala jika perlu.
·
Bahu : mudah digerakkan dan tidak tegang
·
Lengan
: mudah digerakkan, tidak memegang kursi atau tembok.
·
Tangan : tidak memegang atau menggenggam diantara keduanya,
tidak mengetuk-ngetuk pena/bermain dengan objek
·
Dada : napas biasa, tidak nampak menelan.
·
Kaki : tampak nyaman, tidak menendang.
·
Telapak kaki : tidak mengetuk.
·
Hal-hal yang dapat merusak kehangatan :
·
Melihat sekeliling pada sedang berkomunikasi dengan orang
lain.
·
Mengetuk dengan jari.
·
Mundur tiba-tiba.
·
Tidak tersenyum.
·
Hambatan dalam menunjukkan kehangatan antara lain :
·
Terburu-buru.
·
Emosi berlebihan.
·
Shock/terkejut.
·
Penilaian tentang orang lain sehingga membuat kita menjadi
mengalihkan perhatian pada masalah kita sendiri.
2.
Kesejatian
Kesejatian merupakan kesamaan
respons non verbal dan respons verbal serta ketertarikan dan perhatian dengan
lawan bicara.
3.
Respek/hormat
Respek mempunyai pengertian perilaku
yang menunjukkan kepedulian/perhatian, rasa suka, dan menghargai klien,.
Perawat menghargai klien seorang yang bernilai dan menerima klien tanpa syarat (Stuart
dan Sundeen, 1995).
Dengan
respek maka perawat akan dapat mengakui kebutuhan orang lain untuk dipenuhi,
dimengerti dan dibantu dalam keterbatasan waktu yang dimiliki oleh perawat.
·
Perilaku respek dapat ditujukkan dengan (Smith, 1992)
:
a. Melihat kearah klien.
b. Memberikan perhatian yang tidak
terbagi.
c. Memelihara kotak mata.
d. Senyum pada saat yang tidak tepat.
e. Bergerak kearah klien.
f. Menentukan sapaan yang disukai.
g. Jabat tangan atau sentuhan yang
lembut.
4. Konkret
Yang spesifik dan bukan abstrak pada saat mendiskusikan
dengan klien mengenai perasaan, pengalaman, dan tindak lakunya. Fungsi dari
dimensi ini adalah daapt mempertahankan respons perawat terhadap perasaan
klien, penjelasan dengan akurat tentang masalah dan mendorong klien dan
memikirkan masalah yang spesifik.
§ Contoh :
o Klien : “Aku tidak akan punya masalah jika orang-orang tidak
menggangguku.
o Mereka
: “membuat aku marah karena mereka tahu bahwa aku sangat berperasaan
halus.”
o Perawat
: “Siapa yang ingin membuat kamu marah ?”
o Klien
: “Keluargaku. Orang berpikir berada dalam
keluarga besar merupakan berkah. Itu adalah kutukan.”
o Perawat
: “Apakah kamu dapat memberi saya contoh dari seseorang yang membuatku
marah di rumah?”
2. Fase Hubungan membantu Perawat-Klien
Hubungan
membantu di tetapkan dan di pertahankan oleh perawat profesional. Hubungan
adalah sesuatu yang bersifat resiprokal; perawat dan klien saling berhubungan
ketika mereka bergerak ke arah hubungan terapeutik. Hubunngan yang membantu
bergeraktanpa mengenal waktu ketika kliendan perawat berinteraksi, namun
hubungan membantu tidak sama dengan proses keperawatan.
Proses
keperawatan adalah suatu seri tindakan yang diambil untuk mengatasi masalah
kesehatan klien. Hubungan membantu adalah suatu ikatan yang membuat perawat
menjadi lebih efektif dalam menjalankan proses keperawatan. Perawat bertanggung
jawab untuk mengarahkan klien melalui hubungan yang membantu untuk meyakinkan
bahwa seluruh kebutuhan klien terpenuhi. Tatangan bagi perawat adalah untuk
menetapkan hubungan yang membantu dalam waktu yang menimal dengan waktu denag
memasukkan komunikasi efektif yang melibatkan klien, keluarga dan tim perawatan
kesehatan.
a. Fase Prainteraksi
Prainteraksi merupakan masa persiapan
sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan klien. Anda perlu mengevaluasi
diri tentang kemampuan yang anda miliki. Jika merasakan ketidakpastian maka
anda perlu membaca kembali, diskusi dengan teman sekelompok atau diskusi dengan
tutor. Jika saudara telah siap, maka anda perlu membuat rencana interaksi
dengan klien.
1)
Evaluasi diri
Coba pertanyaan berikut :
a) pengetahuan yang say miliki tentang
keperawatan jiwa?
b) yang akan saya ucapkan saat bertemu
dengan klien?
c) Bagaimana respon selanjutnya jika
klien diam, menolak, marah atau inkoheren?
d) pengalaman interaksi dengan klien
yang negatif/buruk/ tidak menyenangkan? Jika ada, lakukan dengan koreksi dengan
cara membaca cara-cara berhubungan dengan klien. Konsultasi dengan pembimbing
klinik, diskusi dengan teman sekelompok.
e) Bagaimana tingkat kecemasan saya?
Jika cemas ringan , lakukan interaksi. Jika cemas sedang, usahakan sampai anda
dapat mengatasi kecemasan.
2) Penetapan tahapan hubungan
/interaksi
Berikutnya perlu ditetapkan tahapan
hubungan anda berikutnya:
a) Apakah pertemuan/kontak pertama?
b) Apakah pertemuan lanjutan?
c) Apakah tujuan pertemuan?
Pengkajian/observasi/pemantauan/ tindakan keperawatan terminasi?
d) Apa tindakan yang saya akan lakukan?
e) Bagaimana cara melakukannya?
3) Rencana interaksi
a) Siapkan secara tertulis rencana
percakapan yang akan anda lakukan pada saat berhubungan dengan berkomunikasi
bersama klien.
b) Teknik komunikasi apa yang anda akan
terapkan, kaitkan dengan tujuan anda melakukan hubungan dengan klien. Hal ini
berhubungan dengan tahapan hubungan yang akan dilakukan. Teknik observasi apa
yang perlu saudara lakukan selama berhubungan dengan klien.
c) Langkah- langkah tindakan prosedur
yang akan dikerjakan (SOP)
d) Setelah anda belajar membuat rencana
interaksi berarti anda sudah siap bertemu dan berkomunikasi dengan klien.
b. Fase perkenalan/Orientasi
a. Fase perkenalan
Perkenalan merupakan kegiatan yang anda lakukan saat pertama
kali bertemu dengan klien. Hal- hal yang perlu dilakukan adalah :
a) Memberi salam;
Assalamu alaikum/selamat pagi/siang/sore/malam atau sesuai
dengan latar belakang social budaya yang disertai dengan mengulurkan tangan untuk
berjabat tangan.
b) Memperkenalkan diri perawat;
“Nama saya Isara, saya senang dipanggil Isara”
c) Menanyakan nama klien;
“Nama Bapak/ibu/Saudara siapa, apa panggilan kesayangannya”
d) Menyepakati pertemuan (kontrak);
Bunyi kesepakatan tentang pertemuan terkait dengan
kebersediaan klien untuk bercakap-cakap (tempat bercakap-cakap dan lama
percakapan).
§ Contoh kominikasi :
“Bagaimana
kalau kita kita bercakap-cakap”
“Ayo
kita bercakap-cakap”
“Di
mana kita duduk?” (Sebutkan)
“Ayo
kita duduk di sana.” (Sebutkan)
Jika
di klinik/ rumah sakit langsung katakana “silahkan duduk!”.
Jika
di kamar klien, saudara langsung duduk disamping klien.
e) Menghadapi kontrak;
Pada pertemuan awal saudara perlu melengkapi penjelasan
identitas saudara sehingga saat interaksi klien percaya pada saudara.
§ Contoh komunikasi :
“Saya
perawat yang bekerja di…., saya yang akan merawat Yanti selama 3 hari.”(Contoh
jika panggilan sayangnyan Yanti) “Dimulai saat ini s.d …, saya dating jam 07.00
dan pulang jam 14.00”.
Klien
menyepakati tujuan interaksi :
“Saya
akan membantu Yanti untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi”.
“Kita
bersama-sama menyelesaikan masalah yang Yanti hadapi”.
f) Memulai percakapan awal;
Pada awalnya focus percakapan adalah pengkajian keluhan
utama atau alasan masuk rumah sakit. Kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang
berkaitan dengan keluhan utama. Jika mungkin melengkapi format pengkajian
proses keperawatan.
§ Contoh komunikasi untuk mengkaji
keluhan utama.
o Untuk melengkapi identitas saudara :
“Apa yang terjadi di rumah sampai Yanti dibawa kemari”
“Apa yang Yanti rasakan sampai datang kemari?”
“Apa yang Yanti susahkan saat ini?”
“Apa masalah yang Yanti rasakan?”
o Jika klien tidak menjawab :
“Saya tidak dapat membantu jika Yanti tidak mau menceritakan
hal yang Yanti hadapi. Tampaknya Yanti belum mau cerita, kita duduk saj
bersama.” (10 menit).
g) Menyepakati masalah klien;
Setelah pengkajian, jika mungkin pada akhir wawancara
sepakati masalah atau kebutuhan klien.
§ Contoh komunikasi :
“Dari percakapan kita tadi tampaknya Yanti…. ”
(Sesuai dengan kesimpulan masalah/kebutuhan yang dimiliki klien).
o Gunakan bahasa yang dimengerti
klien, misalnya :
“Tampaknya Yanti tidak nafsu makankarena merasa nyeri pada
ulu hati” (untuk
masalah Gastritis); “Tampaknya Yanti kelihatan sesak nafas” (untuk masalah
asma)
h) Mengakhiri perkenalan;
c. Fase Orientasi
Fase orientasi dilaksanakan pada
awal setiap pertemuan kedua dan seterusnya. Tujuan fase orientasi adalah
memvalidasi kekurangan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien
saat ini dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. Umumnya dikaitkan dengan
hal yang telah dilakukan bersam klien.
a)
Member salam;
Sama dengan fase perkenalan.
b)
Memvalidasi keadaan klien;
“Bagaimana perasaan Yanti hari ini?”
“Coba Yanti ceritakan perasaannya hari ini!”
“Adakah hal yang terjadi selam kita tidak bertemu? Coba
ceritakan!”
c)
Mengingat kontrak;
·
Setiap berinteraksi dengan klien dikaitkan dengan kontrak
yang pertemuan sebelumnya.
“Yanti masih ingat jam berapa kita bertemu hari ini/pagi
ini/siang ini/sore ini?”
·
Sesuai dengan janji kita yang lalu kita akan bertemu jam….
(sebutkan sesuai perjanjian) ”
“Yanti masih ingat apa yang akan kita bicarakan/lakukan
sekarang?”
“Sesuai dengan janji kita yang lalu sekarang saya akan
memberikansuntikan lagi.”
“Sesuai dengan penjelasan saya tadi, sekarang ibu akan saya
bantu latihan batuk efektif”.
·
Jika klien dapat menyebutkan waktu,tempat,topic pembicaraan,
anda wajib memberikan pujian (reinforcement). Fase orientasi selalu
diikuti oleh fase kerja dan terminasi sementara. Oleh karena itu komunikasinya
dapat berupa kalimat berikut :
“Baiklah sekarang kita akan bicarakan tentang cara mengatasi
tidak nafsu makan/cara mengelola nyeri yang ibu rasakan (dan lain-lain dengan
masalah klien)”.
d. Fase kerja
Fase
kerja merupakan inti hubungan perawatan klien yang terkait erat dengan
pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai.
Tujuan
tindakan keperawatan adalah :
a)
Meningkatkan pengertian dan pengenalan klien akan dirinya ,
perilakunya, perasaanya, pikirannya. Tujuan ini sering disebut tujuan kognitif.
§ Contoh :
“Apa yang menyebabkan Yanti cemas?”
“Apa tanda/gejala yang Yanti rasakan saat cemas?”
“Kapan saja Yanti merasakan cemas?”
“Apa yang Yanti rasakan saat merasa cemas?”
b)
Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan
klien secara mandiri menyelesaikan masalah yang dihadapi. Tujuan ini sering
disebut tujuan efektif dan psikomotor.
§ Contoh :
“Apa yang Yanti Lakukan saat cemas?”
“Apa yang Yanti lakukan saat jantung berdebar-debar?”
“Apa dengan cara itu masalah Yanti selesai?”
“Apa dengan cara itu debar jantung hilang?”
“Apa kira-kira cara lain yang lebih baik?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan beberapa cara baru?”
Jelaskan!
“Yanti ingin mencoba cara yang mana?” Baik saya akan beri
contoh (lakukan demonstrasi). “Coba Yanti tiru cara tadi.” ”Bagus, Yanti dapat
melakukan dengan baik. Bagaimana kalau Yanti coba sendiri. ”
c)
Melaksanakan terapi/teknikal keperawatan.
§ Contoh :
“Bagaimana rasa nyeri ibu?”
“Saya bantu untuk mencoba cara mengurangi rasa nyeri.”
“Pertama : ibu dapat mengalihkan pikiran pada pengalaman
yang menyenangkan, atau membaca, atau mendengar musik, atau bercaap-cakap.”
“Kedua : latihan nafas dalam-dalam.” (beri contoh)
“Ketiga : mengusap daerah tertentu.” (beri contoh)
“Mari kita coba.” (Bantu klien melakukannya, beri pujian
jika dapat melakukan)
“Bagaimana perasaan ibu?”
Nah, ibu dapat mencobanya pada saat nyeri, namun jika tidak
berhasil panggil perawat.”
d) Melaksanakan pendidikan kesehatan.
§ Contoh :
“Sesuai dengan janji kita tadi pagi, saya akan memberi
penjelasan tentang cara merawat tali pusat bayi baru lahir.”
Jelaskan tentang merawat tali pusat bayi baru lahir
(jelaskan dengan alat bantu [lembar balik/leaflet/booklet]).
“Ada pertanyaan Bu? Ada yang kurang jelas?”
“Ibu dan keluarga boleh mencoba melakukanya di rumah. Terima
kasih”.
e)
Melaksanakan kolaborasi.
§ Contoh :
“Bu,
sekarang sudah pukul 12.00, saatnya ibu mendapat suntikan.”
“Ibu,miring
kesebelah kiri.”
“Sedikit sakit Bu (katakan pada saat akan menyuntik), tarik
napas dalam Bu,ya,sudah.”
“Bagaimana Bu?”
f)
Melaksanakan observasi dan monitoring.
§ Contohnya
“Bu,
sesuai dengan keadaan suhu Ibu yang tinggi maka setiap dua jam saya akan
mengukur suhu,nadi, dan pernafasan ibu.”
“Sekarang
saya akan ukur suhu ibu di ketiak.” Kemudian perawat meletakkan thermometer di
ketiak klien, dan katakan pada klien : “dijepit ya Bu!”
“Saya
ambil ya Bu, sekarang Ibu istirahat lagi,nanti dua jam lagi saya datang”.
e. Fase terminasi
Terminasi merupakan akhir dari
setiap pertemuan perawat dan klien. Terminasi dibagi dua, yaitu terminasi
sementara dan terminasi akhir.
1) Terminasi sementara;
Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat
dan klien. Pada terminasi sementara, perawat akan bertemu lagi dengan pasien
pada waktu yang telah ditentukan, misalnya : 1 (satu) atau 2 (dua) jam pada
hari berikutnya.
§ Isi percakapan
·
Evaluasi hasil;
“Coba
Yanti sebutkan hal-hal yang sudah kita bicarakan.”
“Apa
saja yang telah Yanti dapat dari percakapan tadi?”
·
Tindak lanjut;
“Bagaimana
kalau Yanti coba lakukan nanti di ruangan?”
“Yang
mana yang ingin Yanti coba?”
·
Kontrak yang akan dating
§ Waktu :
“Kapan
kita ketemu lagi?”
“Bagaimana
kalau nanti jam… kita bertemu lagi?”
“Kita
akan bertemu lagi besok pagi.”
§ Topik :
“Apa
saja yang akan kita bicarakan nanti/besok.”
“Bagaimana
kalau kita bicara…” (sebutkan)
2) Terminasi akhir
Terminasi akhir terjadi jika klien akan pulang dari rumah
sakit atau saudara selesai praktek dirumah sakit.
§ Isi percakapan :
·
Evaluasi hasil
“Coba
sebutkan kemampuan yang didapat setelah dirawat disini”
“Apa
saja yang sudah Yanti ketahui selama dirawat disini”
“Saya
melihat Yanti sudah dapat melakukan……”
(Sebutkan
sesuai hasil observasi pada tiap diagnosa keperawatan)
·
Tindak lanjut
“Apa
rencana kegiatan Yanti dirumah”
“Aupa
gejala dan tanda yang perlu diperhatikan dirumah”
·
Kontrak yang akan dating
Hal
yang sama dengan 1,2,3 dilakukan pada keluarga
I. PENGERTIAN
Istilah Autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri “Isme” yang berarti suatu aliran. Berarti suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri. Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada autistik infantil gejalanya sudah ada sejak lahir.
Istilah Autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri “Isme” yang berarti suatu aliran. Berarti suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri. Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada autistik infantil gejalanya sudah ada sejak lahir.
Diperkirakan 75%-80% penyandang autis
ini mempunyai retardasi mental, sedangkan 20% dari mereka mempunyai kemampuan
yang cukup tinggi untuk bidang-bidang tertentu (savant).
Anak
penyandang autistik mempunyai masalah/gangguan dalam bidang :
1. Komunikasi
2. Interaksi sosial
3. Gangguan sensoris
4. Pola bermain
5. Perilaku
6. Emosi
Apa
Penyebab Autistik?
Beberapa teori
terakhir mengatakan bahwa faktor genetika memegang peranan penting pada
terjadinya autistik. Bayi kembar satu telur akan mengalami gangguan autistik
yang mirip dengan saudara kembarnya. Juga ditemukan beberapa anak dalam satu
keluarga atau dalam satu keluarga besar mengalami gangguan yang sama.
Selain itu pengaruh virus seperti
rubella, toxo, herpes; jamur; nutrisi yang buruk; perdarahan; keracunan
makanan, dsb pada kehamilan dapat menghambat pertumbuhan sel otak yang dapat
menyebabkan fungsi otak bayi yang dikandung terganggu terutama fungsi pemahaman,
komunikasi dan interaksi.
Akhir-akhir ini dari penelitian
terungkap juga hubungan antara gangguan pencernaan dan gejala autistik.
Ternyata lebih dari 60 % penyandang autistik ini mempunyai sistem pencernaan
yang kurang sempurna. Makanan tersebut berupa susu sapi (casein) dan tepung
terigu (gluten) yang tidak tercerna dengan sempurna. Protein dari kedua makanan
ini tidak semua berubah menjadi asam amino tapi juga menjadi peptida, suatu
bentuk rantai pendek asam amino yang seharusnya dibuang lewat urine. Ternyata
pada penyandang autistik, peptida ini diserap kembali oleh tubuh, masuk kedalam
aliran darah, masuk ke otak dan dirubah oleh reseptor opioid menjadi morphin
yaitu casomorphin dan gliadorphin, yang mempunyai efek merusak sel-sel otak dan
membuat fungsi otak terganggu. Fungsi otak yang terkena biasanya adalah fungsi
kognitif, reseptif, atensi dan perilaku.
II. KARAKTERISTIK
Anak
autistik mempunyai masalah/gangguan dalam bidang:
1. Komunikasi:
·
Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
·
Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara
tapi kemudian sirna,
·
Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
·
Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak
dapat dimengerti orang lain
·
Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi.
·
Senang meniru atau membeo (echolalia).
·
Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau
nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya.
·
Sebagian dari anak ini tidak berbicara ( non verbal) atau sedikit
berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa.
·
Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa
yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu.
2. Interaksi sosial:
·
Penyandang autistik lebih suka menyendiri.
·
Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk
bertatapan
·
Tidak tertarik untuk bermain bersama teman.
·
Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh
3. Gangguan sensoris:
·
Sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka
dipeluk
·
Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
·
Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
·
Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut
4. Pola bermain:
·
Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya,
·
Tidak suka bermain dengan anak sebayanya,
·
Tidak kreatif, tidak imajinatif
·
Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik
lalu rodanya di putar-putar
·
Senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin,
roda sepeda,
·
Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang
terus dan dibawa kemana-mana.
5. Perilaku:
·
Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan
(hipoaktif).
·
Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti
bergoyang-goyang,
mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan mata ke
pesawat TV, lari/berjalan bolak balik, melakukan gerakan yang diulang-ulang.
mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan mata ke
pesawat TV, lari/berjalan bolak balik, melakukan gerakan yang diulang-ulang.
·
Tidak suka pada perubahan.
·
Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong
6. Emosi:
·
Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa,
menangis tanpa alasan.
·
Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak
diberikan keinginannya.
·
Kadang suka menyerang dan merusak.
·
Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya
sendiri.
·
Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang
lain.
III. IDENTIFIKASI
1. Diagnosa Autisme
Waktu
adalah bagian terpenting. Jika anak memperlihatkan beberapa gejala diatas
segera hubungi psikolog klinis, dokter ahli perkembangan, anak, psikiater anak
atau neurologis khusus autistik dan gangguan perkembangan yang akan membuat
suatu assesstment/pengkajian yang diikuti dengan penegakan diagnosa. Jika
terdiagnosa dini, maka anak autistik dapat ditangani segera melalui
terapi-terapi terstruktur dan terpadu. Dengan demikian lebih terbuka peluang
perubahan ke arah perilaku normal
·
Bagaimana mengenai pendidikan anak autis?
Perlu diketahui bahwa setiap anak
autis memiliki kemampuan serta hambatan yang berbeda-beda. Ada anak autis yang
mampu berbaur dengan anak-anak ’normal’ lainnya di dalam kelas reguler dan
menghabiskan hanya sedikit waktu berada dalam kelas khusus namun ada pula anak
autis yang disarankan untuk selalu berada dalam kelas khusus yang terstruktur
untuk dirinya. Anak-anak yang dapat belajar dalam kelas reguler tersebut
biasanya mereka memiliki kemampuan berkomunikasi, kognitif dan bantu diri yang
memadai. Sedangkan yang masih membutuhkan kelas khusus biasanya anak autis
dimasukkan dalam kelas terpadu, yaitu kelas perkenalan dan persiapan bagi anak
autis untuk dapat masuk ke sekolah umum biasa dengan kurikulum umum namun tetap
dalam tata belajar anak autis, yaitu kelas kecil dengan jumlah guru besar,
dengan alat visual/gambar/kartu, instruksi yang jelas, padat dan konsisten.
·
Bagaimana metode belajar yang tepat bagi anak autis?
Metode belajar yang tepat bagi anak
autis disesuaikan dengan usia anak serta, kemampuan serta hambatan yang dimiliki
anak saat belajar, dan gaya belajar atau learning style masing-masing anak
autis. Metode yang digunakan biasanya bersifat kombinasi beberapa metode.
Banyak, walaupun tidak semuanya, anak autis yang berespon sangat baik terhadap
stimulus visual sehingga metode belajar yang banyak menggunakan stimulus visual
diutamakan bagi mereka. Pembelajaran yang menggunakan alat bantu sebagai media
pengajarannya menjadi pilihan. Alat Bantu dapat berupa gambar, poster-poster,
bola, mainan balok.
2. PENGOBATAN
Orang tua memainkan peran yang sangat penting dalam membantu perkembangan anak. Seperti anak-anak yang lainnya, anak autis terutama belajar melalui permainan. Bergabunglah dengan anak ketika dia sedang bermain, tariklah anak dari perilaku dan ritualnya yang sering diulang-ulang, dan tuntunlah mereka menuju kegiatan yang lebih beragam. Misalnya, orang tua mengajak anak mengitari kamarnya, kemudian tuntun mereka ke ruang yang lain. Orang tua perlu memasuki dunia mereka untuk membantu mereka masuk ke dunia luar.
Orang tua memainkan peran yang sangat penting dalam membantu perkembangan anak. Seperti anak-anak yang lainnya, anak autis terutama belajar melalui permainan. Bergabunglah dengan anak ketika dia sedang bermain, tariklah anak dari perilaku dan ritualnya yang sering diulang-ulang, dan tuntunlah mereka menuju kegiatan yang lebih beragam. Misalnya, orang tua mengajak anak mengitari kamarnya, kemudian tuntun mereka ke ruang yang lain. Orang tua perlu memasuki dunia mereka untuk membantu mereka masuk ke dunia luar.
Kata-kata
pujian karena telah menyelesaikan tugasnya dengan baik, kadang tidak berarti
apa-apa bagi anak autis. Temukan cara lain untuk mendorong perilaku yang baik
dan untuk mengangkat harga dirinya. Misalnya berikan waktu lebih untuk bermain
dengan mainan kesukaannya jika anak telah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Anak
autis belajar lebih baik jika informasi disampaikan secara visual (melalui
gambar) dan verbal (melalui kata-kata). Masukkan komunikasi augmentatif ke
dalam kegiatan rutin sehari-hari dengan menggabungkan kata-kata dan foto,
lambang atau isyarat tangan untuk membantu anak mengutarakan kebutuhan,
perasaan dan gagasannya.
Tujuan dari pengobatan adalah membuat anak autis berbicara. Tetapi sebagian anak autis tidak dapat bermain dengan baik, padahal anak-anak mempelajari kata-kata baru melalui permainan. Sebaiknya orang tua tetap berbicara kepada anak autis, sambil menggunakan semua alat komunikasi dengan mereka, apakah berupa isyarat tangan, gambar, foto, lambang, bahasa tubuh maupun teknologi. Jadwal kegiatan sehari-hari, makanan dan aktivitas favorit, serta teman dan anggota keluarga lainnya bisa menjadi bagian dari sistem gambar dan membantu anak untuk berkomunikasi dengan dunia di sekitarnya.
Tujuan dari pengobatan adalah membuat anak autis berbicara. Tetapi sebagian anak autis tidak dapat bermain dengan baik, padahal anak-anak mempelajari kata-kata baru melalui permainan. Sebaiknya orang tua tetap berbicara kepada anak autis, sambil menggunakan semua alat komunikasi dengan mereka, apakah berupa isyarat tangan, gambar, foto, lambang, bahasa tubuh maupun teknologi. Jadwal kegiatan sehari-hari, makanan dan aktivitas favorit, serta teman dan anggota keluarga lainnya bisa menjadi bagian dari sistem gambar dan membantu anak untuk berkomunikasi dengan dunia di sekitarnya.
·
Program intervensi dini
Hal
terpenting yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah menemukan program
intervensi dini yang baik bagi anak autis. Tujuan pertama adalah menembus
tembok penghalang interaksi sosial anak dan menitikberatkan komunikasi dengan
orang lain melalui cara menunjuk jari, mengguanakan gambar dan kadang bahasa
isyarat serta kata-kata.
Program
intervensi dini menawarkan pelayanan pendidikan dan pengobatan untuk anak-anak
berusia dibawah 3 tahun yang telah didiagnosis mengalami ketidakmampuan fisik
atau kognitif.
a. Program intervensi dini terdiri
dari:
Ø Terapi fisik dan terapi okupasional
(pengobatan dengan memberikan pekerjaan/kegiatan tertentu)
Ø Terapi wicara dan bahasa
Ø Pendidikan masa kanak-kanak dini
Ø Perangsangan sensorik.
Program
intervensi dini akan membantu orang tua dan anak autis pindah dari intervensi
dini ke dalam sistem sekolah umum. Program ini juga akan membantu memilihkan
lingkungan yang paling tepat untuk pendidikan anak autis, apakah di sekolah
biasa atau di kelas khusus anak austik yang menawarkan pendidikan dan pelayanan
pengobatan yang lebih intensif dengan jumlah murid yang terbatas.
Program
pendidikan untuk anak autis sangat terstruktur, menitikberatkan kepada
kemampuan berkomunikasi dan sosialisasi serta teknik pengelolaan perilaku
positif. Strategi yang digunakan di dalam kelas sebaiknya juga diterapkan di
rumah sehingga anak memiliki lingkungan fisik dan sosial yang tidak terlalu
berbeda. Dukungan pendidikan seperti terapi wicara, terapi okupasional dan
terapi fisik merupakan bagian dari pendidikan di sekolah.
REFERENSI :
·
Budi Anna
Keliat,Hubungan & komunikasi Terapeutik
-Stuart & Sundeen.
-Stuart & Sundeen.
·
Potter & Perry (2005). Fundamental
Keperawatan, Edisi 4, Jakarta: EGD.
·
Hamid,
A.Y.S (1996). Komunikasi Terapeutik. Jakarta: tidak dipublikasikanKanus, W.A.
Et.al. (1986).
·
An
evaluation of outcome from intensive care in major medical centers. Ann
Intern Med 104, (3):410Lindbert, J., hunter, M & Kruszweski, A. (1983).
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat