KONFLIK DAN PROSESNYA
Terdapat beberapa definisi konflik
menurut para ahli, yaitu :
o
Konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara seseorang dan orang lain (Gillies,
1994).
o
Konflik adalah segala macam pertentangan intervensi atau antagonistik antara dua pihak
atau lebih (Handoko, 1995).
o
Konflik adalah suatu perselisihan atau perjuangan yang timbul bila keseimbangan
antara perasaan, pikiran, hasrat dan perilaku seseorang terancam (Deustsch,
1969).
o
Konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan
antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri
individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan
tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang
mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Killman dan Thomas (1978) dalam Wijono, 1993).
o
Konflik adalah mencakup
ketidaksepakatan soal alokasi sumberdaya yang langka atau peselisihan soal
tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian (Stoner dalam Wahyudi,
2006 : 17).
o
Konflik
adalah :
1. Persaingan
atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain
2. Keadaan
atau perilaku yang bertentangan (Daniel Webster dalam Pickering, 2001).
o
Menurut Wood, Walace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt,
dan Osborn (1998 : 580), conflict
(in the organization) is a situation
which two or more people disagree over issues of organisational substance
and/or experience some emotional antagonism with one another.
Konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling
tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi
dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.
o
Konflik adalah
perjuangan yang dilakukan secara sadar dan
langsung antara individu dan/atau kelompok untuk tujuan yang sama dan mengalahkan saingan nampaknya merupakan cara yang penting untuk mencapai tujuan (Theodorson & Theodorson, 1979 : 71 dikutip
dari jurnal Manajemen Konflik oleh Prof. Dr. Sadu Wasistiono, MS).
o
konflik adalah kondisi yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling bertentengan.
Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada keinginan manusia (Luthans, 1981 dalam “Organization
Behaviour” yang dikutip dari jurnal Memenajemeni
Konflik dalam Suatu Organisasi oleh Juanita, SE, M.Kes).
Jadi,
dari beberapa pemikiran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa konflik adalah perbedaan pandangan maupun
pendapat karena adanya perbedaan keinginan terhadap suatu permasalahan sebagai
peringatan bahwa sesuatu itu tidak benar dan perlu adanya solusi (problem solving).
A.
Gejala,
Penyebab dan Faktor-faktor Konflik
Menurut Manchester Open Learning (1989), gejala-gejala konflik tergantung
pada penyebab atau orang-orang maupun kelompok yang terlibat dalam konflik
tersebut.
Ø Diantara
gejala-gejalanya adalah :
o
Kemerosotan standar kerja
o
Perselisihan
o
Menghindari kontak sosial
o
Suasana tegang
o
Bersikap berlebihan. Misalnya, terlalu
formal dalam bertegur sapa atau berbicara
o
Tidak sabaran
o
Moral merosot
o
Sering menggunakan kata “kita” atau
“mereka”
Gejala konflik memiliki beberapa sifat
antara lain :
o
Jelas : Pertengkaran biasa atau
perkelahian
o
Samar-samar : suasana terlalu tenang (
menyindir)
o
Aktif : kata-kata marah atau suara keras
dengan nada keras pula
o
Pasif : tidak saling bertegur sapa
Ø Penyebab Konflik
Konflik di dalam organisasi dapat
disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a. Faktor Manusia
§ Ditimbulkan
oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya.
§ Personil
yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku.
§ Timbul
karena ciri-ciri kepribadian individual, antara lain sikap egoistis,
temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.
b. Faktor Organisasi
§ Persaingan
dalam menggunakan sumberdaya.
Apabila sumberdaya baik berupa uang,
material, atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi, maka dapat timbul
persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik antar
unit/departemen dalam suatu organisasi.
§ Perbedaan
tujuan antar unit-unit organisasi.
Tiap-tiap unit dalam organisasi
mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan bidangnya. Perbedaan ini sering
mengarah pada konflik antar unit tersebut. Misalnya, unit penjualan
menginginkan harga yang relatif rendah dengan tujuan untuk lebih menarik
konsumen, sementara unit produksi menginginkan harga yang tinggi dengan tujuan
untuk memajukan perusahaan.
§ Interdependensi
tugas.
Konflik terjadi karena adanya saling
ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu
tidak dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.
§ Perbedaan
nilai dan persepsi.
§ Ketidakjelasan
yurisdiksional
Konflik terjadi karena
batas-batas aturan yang tidak jelas, yaitu adanya tanggung-jawab yang
tumpang-tindih.
§ Masalah
“status”
§ Hambatan
dalam komunikasi
Sedangkan penyebab konflik lainnya adalah
:
o
Peran yang tidak sesuai
o
Masalah pribadi
o
Hubungan yang terlalu dekat
o
Adanya rasa ketidakpuasan atau frustasi
saat berinteraksi (Gillies, 1994)
o
Adanya rasa kompetisi yang terlalu besar
dan keinginan tidak mau mengalah yang berlebihan
Ø Faktor-faktor yang mempengaruhi konflik
Dikelompokkan
menjadi dua kelompok yaitu faktor
intern dan faktor ekstern.
a.
Faktor-faktor
intern
§
Kemantapan
organisasi
Organisasi yang telah mantap lebih mampu
menyesuaikan diri sehingga tidak mudah terlibat konflik dan mampu menyelesaikannya.
Analoginya adalah seseorang yang matang mempunyai pandangan hidup luas, mengenal
dan menghargai perbedaan nilai dan lain-lain.
§ Sistem nilai
Sistem nilai suatu organisasi ialah
sekumpulan batasan yang meliputi landasan maksud dan cara berinteraksi suatu
organisasi, apakah sesuatu itu baik, buruk, salah atau benar.
§ Tujuan
Tujuan suatu organisasi dapat menjadi
dasar tingkah laku organisasi itu serta para anggotanya.
§ Sistem lain
dalam organisasi
Seperti sistem komunikasi, sistem kepemimpinan,
sistem pengambilan keputusan, sistem imbalan dan lain-lain.
b.
Faktor-faktor
ekstern
§ Keterbatasan
sumber daya
Kelangkaan
suatu hal yang dapat menumbuhkan persaingan dan seterusnya dapat berakhir
menjadi konflik.
§ Kekaburan
aturan/norma di masyarakat
Hal
ini memperbesar peluang perbedaan persepsi dan pola bertindak.
§ Derajat ketergantungan
dengan pihak lain.
Semakin
tergantung satu pihak dengan pihak lain semakin mudah konflik terjadi.
§
Pola
interaksi dengan pihak lain
Pola yang bebas
memudahkan pemamparan dengan nilai-nilai ain sedangkan pola tertutup
menimbulkan sikap kabur dan kesulitan penyesuaian diri.
Menurut Robbins (1996), konflik muncul karena ada kondisi
yang melatar- belakanginya (antecedent conditions). Faktor-faktor
konflik itu adalah :
o Komunikasi
o Struktur
Istilah struktur
dalam konteks ini mencakup : ukuran (kelompok), derajat spesialisasi yang diberikan
kepada anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi (wilayah kerja), kecocokan antara
tujuan anggota dengan tujuan kelompok, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan
derajat ketergantungan antara kelompok.
o Variabel pribadi
Meliputi
: sistem nilai yang
dimiliki tiap-tiap individu, karakteristik kepribadian yang menyebabkan
individu memiliki keunikan (idiosyncrasies) dan berbeda dengan individu
yang lain.
A.
Proses
Konflik
Terdapat enam tahap proses konflik, yakni
:
Sumber : Interpersonal Conflict Resolution Alan C. Filley (1980)
Dari gambar diatas, maka dapat dijelaskan bahwa ;
1.
Kondisi pendahulu
Kondisi yang bisa mencetuskan konflik
antara lain adanya perubahan-perubahan cepat. Tahap ini disebut juga sebagai latent conflict. Oleh karena itu,
tahapan ini merupakan tahapan konflik yang berlangsung secara kontinyu.
2.
Konflik yang dipersepsi
Merupakan pengenalan kondisi-kondisi
yang ada diantara pihak yang terlibat atau di dalam diri yang dapat menyebabkan
konflik. Konflik ini bersifat logis, tidak personal dan objektif. Disebut juga perceived conflict.
3.
Konflik yang dirasakan
Disebut juga felt conflict, konflik yang terjadi karena adanya sesuatu yang
dirasakan sebagai ancaman, ketakutan, tidak percaya dan marah. Konflik ini juga
dikenal sebagai konflik “affectiveness”.
Hal ini penting bagi seseorang untuk menerima konflik dan tidk merasakan
konflik tersebut sebagai suatu masalah/ancaman terhadap keberadaannya.
4.
Perilaku yang dinyatakan
Merupakan akibat dari konflik yang
dipersepsikan dan yang dirasakan. Biasanya dalam bentuk agresif, pasif,
asertif, persaingan, debat ataupun pemecahan masalah.
5.
Penyelesaian atau penekanan konflik
Adalah tindakan yang dilaksanakan untuk
menghindar, mengakhiri atau mencari penyelesaian konflik, baik dengan
kompetisi, persaingan maupun perjanjian diantara yang terlibat atau melalui
penaklukan salah satu pihak.
6.
Penyelesaian akibat konflik
Disebut dengan resolusi konflik. Merupakan suatu penyelesaian masalah dengan cara
memuaskan semua orang yang terlibat didalamnya dengan prinsip “win-win solution”.
A.
Tahapan-tahapan
dan Tipe Konflik
a.
Tahapan-tahapan
Konflik
Konflik merupakan suatu keadaan yang
terjadi dan mempunyai siklus yang pada akhirnya mencapai puncak yang membawa
individu pada situasi yang tidak sehat.
Adapun tahapan konflik adalah :
o
Tahap awal
Mulai mengembangkan rasa curiga dan
perasaan bersalah terhadap orang lain tapi tidak jelas faktor atau perbedaan
tersebut dan masih menganggap bahwa hal itu tidak menganggu dirinya.
o
Tahap kedua
Mulai terjadi perubahan seperti rasa
bermusuhan disampaikan secara verbal atau ditunjukkan melalui perilaku.
Contohnya : saling menyindir.
o
Tahap ketiga
Mulai menarik diri atau menghindar dari
upaya penyelesaian konflik sehingga secara keseluruhan mulai terjadi perbedaan
tujuan yang tak terselesaikan.
o
Tahap terakhir
Terjadi konflik total dan permusuhan
yang mendalam. Biasanya pada tahap ini konflik sangat sulit untuk diselesaikan.
b.
Tipe-tipe
Konflik
Konflik dalam organisasi secara
struktural dapat dikategorikan sebagai konflik vertikal dan horizontal
(Marriner, 1979). Konflik vertikal
meliputi perbedaan antara pimpinan dan anak buah. Konflik horizontal adalah garis konflik antara staf dan ada
hubungannya dengan praktek, keahlian, otoritas dan sebagainya.
Selain itu, konflik juga dapat dibedakan
menjadi :
o
Menurut Sifat Kejadiannya
Ø Konflik
Langsung (direct conflict)
Yaitu konflik yang terjadi secara
langsung yang disebabkan oleh perbedaan pandangan antar satu orang dengan orang
lain atau gangguan hubungan interpersonal atau dengan orang lain.
Ø Konflik
Tidak Langsung (indirect conflict)
Yaitu perbedaan pandangan individu dan
organisasi. Perbedaan tersebut tidak ditunjukkan secara langsung, melainkan
melalui konteks kinerja atau hubungan kerja. Misalnya : antara atasan dan
bawahan. Atasan yang selalu menyuruh-nyuruh bawahan sehingga akhirnya bawahan
selalu datang terlambat bahkan tidak hadir sama sekali.
o
Menurut Tingkatan Kejadian Dalam organisasi
(Winardi (1992
: 174))
Ø Konflik dalam
diri individu
Adalah
konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila seseorang
individu menghadapi ketidakpuasan tentang pekerjaan (yand tidak sesuai
ketidakmampuan, pekerjaan yang bertentangan atau pekerjaan yang tidak
diharapkan).
Ø Konflik
antar individu
Adalah pertentangan antar seseorang
dengan orang lain karena pertentangan kepentingan atau keinginan saat
berinteraksi. Hal ini sering terjadi karena perbedaan kepribadian dan perbedaan
peranan.
Ø Konflik
individu dan kelompok
Hal ini seringkali berhubungan dengan
cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas atau
keseragaman yang dipaksakan atau ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja
mereka.
Ø Konflik
antar kelompok
Hal ini terjadi karena perbedaan
kepentingan antar kelompok. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan kepentingan
dan kelompok berupaya dalam mencapainya.
Ø Konflik
antar organisasi
Biasanya terjadi karena adanya
persaingan antar organisasi dan di Amerika atau negara-negara maju konflik ini
muncul dalam persaingan bisnis yang mempengaruhi sistem perekonomian.
o
Menurut Marquis dan Haston
Ø Intrapersonal
Konflik yang terjadi pada individu itu
sendiri. Muncul karena adanya dua atau lebih keinginan yang tidak dapat
dipenuhi.
Sebagaimana
diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal sebagai
berikut :
1.
Sejumlah
kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing serta beraneka macam cara
yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan kebutuhan-kebutuhan itu
terlahirkan
2.
Banyaknya
bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan.
3.
Terdapatnya
baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi tujuan-tujuan yang
diinginkan.
Ø Interpersonal
Konflik yang terjadi antara dua atau
lebih dimana nilai, tujuan dan keyakina yang berbeda. Konflik ini terjadi
secara konstan ketika seseorang berinteraksi dengan yang lain.
Hal ini juga sering terjadi antara dua
orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain yang tidak
memiliki toleransi terhadap perbedaan.
Konflik interpersonal ini merupakan
suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik
semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi
yang tidak bisa tidak akan mempengaruhi proses pencapaian tujuan organisasi
tersebut.
Ø Intergrup
Konflik terjadi antara dua atau lebih
dari kelompok, organisasi dan departemen. Sumber konfliknya adalah hambatan
dalam mencapai kekuasaan dan otoritas (kualitas jasa layanan) serta
keterbatasan prasarana. Hal ini juga terjadi karena adanya perbedaan kepentingan
dan kelompok berupaya dalam mencapai kepentingan tersebut.
o
Menurut Hellriegel dan Slocum
Ø Konflik
Tujuan
Disebut juga goal conflict, terjadi apabila hasil akhir yang diinginkan atau
hasil yang diprevensi tidak kompatibel.
Ø Konflik
Kognitif
Disebut juga cognitive conflict, terjadi apabila individu-individu menyadari
bahwa pemikiran atau ide-ide mereka tidak konsisten.
Ø Konflik
Afektif
Muncul apabila perasaan atau emosi tidak
kompatibel dengan yang lain.
B.
Sumber-sumber
dan Akibat Konflik
Ø Sumber-sumber Konflik
a.
Saling
Ketergantungan Tugas
Terbagi menjadi tiga, yaitu :
· Ketergantungan
yang dikelompokkan
Kelompok yang satu dengan yang lain
tidak saling ketergantungan. Namun, prestasi yang dihasilkan menentukan
kelangsungan kelompok dalam organisasi secara keseluruhan.
· Ketergantungan
yang berurutan
Kelompok yang satu dan lainnya saling
ketergantungan sehingga suatu pekerjaan akan terhambat apabila sebuah kelompok
tidak mampu menyelesaikan tugasnya.
· Ketergantungan
yang timbal-balik
Prestasi yang dihasilkan sebuah kelompok
menjadi patokan bagi kelompok lain.
b.
Perbedaan
Prioritas dan Tujuan
c.
Faktor
Birokrasi (Lini Staf)
d.
Kriteria
Penilaian Berprestasi yang Bertentangan
e.
Persaingan
Sumberdaya yang Langka
f.
Sikap
Menang-Kalah
Ø Akibat Konflik
Konflik
dapat berdampak positif dan negatif yang rinciannya adalah sebagai berikut :
a. Dampak Positif Konflik (Wijono, 1993 : 3)
§ Meningkatnya ketertiban dan
kedisiplinan dalam menggunakan waktu bekerja. Seperti hampir tidak pernah ada
karyawan yang absen tanpa alasan yang jelas, masuk dan pulang kerja tepat pada
waktunya, pada waktu jam kerja setiap karyawan menggunakan waktu secara
efektif, hasil kerja meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya.
§ Meningkatnya hubungan kerjasama yang
produktif.
Hal
ini terlihat dari cara pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan analisis
pekerjaan masing-masing.
§ Meningkatnya motivasi kerja untuk
melakukan kompetisi secara sehat antar pribadi maupun antar kelompok dalam
organisasi.
Seperti
terlihat dalam upaya peningkatan prestasi kerja, tanggung jawab, dedikasi,
loyalitas, kejujuran, inisiatif dan kreativitas.
§ Semakin berkurangnya
tekanan-tekanan, intrik-intrik yang dapat membuat stress bahkan produktivitas
kerja semakin meningkat.
Hal
ini karena karyawan memperoleh perasaan-perasaan aman, kepercayaan diri,
penghargaan dalam keberhasilan kerjanya atau bahkan bisa mengembangkan karier
dan potensi dirinya secara optimal.
§ Banyaknya karyawan yang dapat
mengembangkan kariernya sesuai dengan potensinya melalui pelayanan pendidikan
(education), pelatihan (training) dan konseling (counseling) dalam aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ø Dampak Negatif Konflik (Wijono, 1993)
Disebabkan
oleh kurang efektif dalam pengelolaannya yaitu ada kecenderungan untuk
membiarkan konflik tumbuh subur dan menghindari terjadinya konflik. Akibatnya
muncul keadaan-keadaan sebagai berikut :
§ Meningkatkan jumlah absensi karyawan
dan seringnya karyawan mangkir pada waktu jam-jam kerja berlangsung.
Seperti
ngobrol berjam-jam sambil mendengarkan sandiwara radio, berjalan mondar-mandir
menyibukkan diri, tidur selama pimpinan tidak ada di tempat, pulang lebih awal
atau datang terlambat dengan berbagai alasan yang tak jelas.
§ Banyak karyawan yang mengeluh karena
sikap atau perilaku teman kerjanya yang dirasakan kurang adil dalam membagi
tugas dan tanggung jawab.
§ Seringnya terjadi perselisihan antar
karyawan yang bisa memancing kemarahan, ketersinggungan yang akhirnya dapat
mempengaruhi pekerjaan, kondisi psikis dan keluarganya.
§ Banyak karyawan yang sakit-sakitan,
sulit untuk konsentrasi dalam pekerjaannya, muncul perasaan-perasaan kurang
aman, merasa tertolak oleh teman ataupun atasan, merasa tidak dihargai hasil
pekerjaannya, timbul stres yang berkepanjangan yang bisa berakibat sakit
tekanan darah tinggi, maag ataupun yang lainnya.
§ Seringnya karyawan melakukan
mekanisme pertahanan diri bila memperoleh teguran dari atasan.
Misalnya
mengadakan sabotase terhadap jalannya produksi dengan cara merusak mesin-mesin
atau peralatan kerja, mengadakan provokasi terhadap rekan kerja, membuat
intrik-intrik yang merugikan orang lain.
§ Meningkatnya kecenderungan karyawan
yang keluar masuk dan ini disebut labor
turn-over. Kondisi semacam ini bisa menghambat kelancaran dan kestabilan
organisasi secara menyeluruh karena produksi bisa macet.
Dampak-dampak
lainnya adalah :
§ Kehilangan karyawan yang berharga
dan memiliki keahlian teknis.
§ Menahan atau mengubah informasi yang
diperlukan rekan-rekan sekerja yang lurus hati agar tetap dapat mencapai
prestasi.
§ Kemungkinan sabotase terhadap
pekerjaan atau peralatan.
§ Menurunkan moral, semangat, dan
motivasi kerja.
§ Masalah yang berkaitan dengan stres (Stevenin,
2000 : 131-132)
Dampak
konflik terhadap kelompok adalah :
§ Hilangnya komunikasi antar sesama
rekan kerja
§ Penyimpangan atau persepsi yang
menyimpang
§ Cenderung mencurigai orang lain
(stereotip yang negatif)
§ Penilaian yang berlebihan
§ Meningkatnya kepemimpinan yang
otokritas
§ Meningkatnya kohesivitas atau
perpaduan antar kelompok
C.
Menganalisa
konflik
D.
Intervensi
dan Cara Penyelesaian Konflik
Ø Intervensi (campur-tangan) pihak
ketiga
§ Arbitrase
(arbitration) : Pihak ketiga mendengarkan keluhan kedua pihak dan berfungsi
sebagai “hakim” yang mencari pemecahan mengikat.
§ Penengahan
(mediation) : Pihak ketiga yang menengahi sengketa, membantu mengumpulkan
fakta, menjalin komunikasi yang terputus, menjernihkan dan memperjelas masalah
serta melapangkan jalan untuk pemecahan masalah secara terpadu.
§ Konsultasi
: Tujuannya untuk memperbaiki hubungan antar kedua pihak serta mengembangkan
kemmapuan mereka sendiri untuk menyelesaikan konflik. Konsultan digunakan untuk
mengubah persepsi dan kesadaran tingkah laku kedua pihak yang bersengketa.
Ø Strategi Mengatasi Konflik (Stevenin, 2000 : 134-135)
Terdapat
lima langkah meraih kedamaian dalam konflik :
§ Pengenalan
Permasalahan yang terjadi lebih baik dikenali terlebih dahulu sehingga masalah dapat teridentifikasi dengan benar.
Permasalahan yang terjadi lebih baik dikenali terlebih dahulu sehingga masalah dapat teridentifikasi dengan benar.
§ Diagnosis
Metode yang memusatkan perhatian pada masalah utama dan bukan pada hal-hal sepele.
Metode yang memusatkan perhatian pada masalah utama dan bukan pada hal-hal sepele.
§ Menyepakati suatu solusi
Menyaring
masukan ataupun penyelesaian yang dapat diterapkan atau tidak dan yang praktis
atau tidak.
§ Pelaksanaan
§ Evaluasi
Selain
itu, juga terdapat beberapa langkah mendasar lain yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan konflik, yakni :
§ Melibatkan diri
§ Memisahkan diri
§ Mendengarkan
§ Menjelaskan
§ Mengkonsultasikan
§ Memantau (Resolution Conflict yang
dikutip dari modul 9 tentang Perilaku Keorganisasian oleh Medrin Daran, 2009)
Ø Strategi
Penyelesaian Konflik
Pendekatan penyelesaian konflik oleh
pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi
ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan
kedua macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah
:
§ Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation (menang-kalah).
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation (menang-kalah).
§ Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
§ Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
§ Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
§ Penghindaran.
Keadaaan ini menggambarkan penarikan
kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain untuk menghindari
konflik yang lebih besar.
Penanganan konflik yang lainnya adalah :
§ Introspeksi
diri
§ Mengevaluasi
pihak-pihak yang terlibat
§ Identifikasi
sumber konflik
§ Mengetahui
pilihan penyelesaian atau penanganan konflik yang ada dan memilih yang tepat
(Spiegel, 1994 dalam Memenajemeni
Konflik dalam Suatu Organisasi oleh Fenita, SE, M.Kes)
Hendricks (1996) mengembangkan lima gaya manajemen
konflik sebagai berikut :
REFERENSI :
Wasistiono,
Sadu. Manajemen Konflik. http://www.ipdn.ac.id/
manajemen-konflik.pdf diakses tanggal 20 September 2011
Revjan. Manajemen Konflik. 2003. http://kmpk.ugm.ac.id/manajemen-konflik.doc diakses
tanggal 20 September 2011
Juanita. Manajemen Konflik dalam Organisasi.
2007. http://defickry.wordpress.com/manajemen-konflik-dalam-organisasi.pdf
diakses tanggal 23 September 2011
Salam, Nur. Manajemen Keperawatan. 2007. Yogyakatra : Salemba Nedika
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat