A. Sistem Saraf Tepi / Perifer
Sistem
saraf tepi merupakan sistem saraf yang menghubungkan semua bagian
tubuh dengan sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi terdiri atas
reseptor sensorik dan efektor motorik. Reseptor sensorik terletak pada organ,
bertugas mendeteksi perubahan lingkungan luar atau dalam tubuh, serta
mengkomunikasikannya pada sistem saraf pusat melalui saraf sensorik aferen.
Sistem
ini terdiri dari jaringan saraf yang berada di bagian luar otak dan medulla
spinalis (sumsum tulang belakang). Sistem ini juga mencakup saraf kranial yang
berasal dari otak, saraf spinal yang berasal dari medulla spinalis, ganglia,
reseptor sensorik yang berhubungan, dan sistem saraf otonom yang mempunyai dua
divisi utama: sistem saraf simpatis (torakolumbar) dan sistem saraf
parasimpatis (kraniosakral) (Sloane, 2003).
Sistem saraf tepi terdiri dari
sistem saraf sadar (sistem saraf somatik) dan sistem saraf tak sadar (sistem
saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur
oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur
otak, antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi
keringat (Putrz & Pabst, 2000).
1. Tipe- tipe sistem saraf
Sistem saraf tepi terdiri dari
sistem saraf somatik (sadar) dan sistem saraf otonom (tak sadar).
a. Sistem
Saraf Sadar (Somatik)
Sistem saraf sadar disusun oleh
serabut saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak dan
serabut saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal), yaitu saraf-saraf yang
keluar dari sumsum tulang belakang (Sloane, 2003).
Saraf otak dikhususkan untuk daerah
kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai
daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom.
Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf
pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting.
Serabut saraf otak (saraf kranial)
ada 12 pasang yang terdiri dari (Sloane, 2003):
1) Saraf Kranial I (Olfactorius)
Saraf
Kranial I (olfactorius) merupakan saraf sensorik.
Berfungsi
untuk penciuman, sensori menerima rangsang dari hidung, dan menghantarkannya ke
otak untuk diproses sebagai sensasi bau II.
Mekanisme:sistem
olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan olfaktorius. Saraf ini
merupakan saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya berasal dari membran
mukosa hidung dan menembus area kribriformis dari tulang etmoidal untuk
bersinaps di bulbus olfaktorius, dan dari sinilah traktus olfaktorius berjalan
dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus temporal bagian medial sisi yang
sama.
2) Saraf Kranial II (Opticus)
Saraf
Kranial II (Opticus) adalah saraf sensorik.
Berfungsi
untuk penglihatan, input refleks focusing, dan konstriksi pupil di
limbic, sensori menerima rangsang dari mata, serta menghantarkannya ke
otak untuk diproses sebagai persepsi visual III.
Mekanisme
:saraf optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina.
Serabut-serabut saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri
optalmika dan bergabung dengan saraf dari sisi lainnya pada dasar otak untuk
membentuk kiasma optikum, Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh
bagian nasal retina) menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan
visual nasal tidak menyilang. Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang berasal
dari kiasma optikum berakhir di kolikulus superior, dimana terjadi hubungan
dengan kedua nuklei saraf okulomotorius. Sisa serabut yang meninggalkan kiasma
berhubungan dengan penglihatan dan berjalan di dalam traktus optikus menuju
korpus genikulatum lateralis. Dari sini serabut-serabut yang berasal dari
radiasio optika melewati bagian posterior kapsula interna dan berakhir di
korteks visual lobus oksipital.Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut
memisahkan diri sehingga serabut-serabut untuk kuadran bawah melalui lobus
parietal sedangkan untuk kuadaran atas melalui lobus temporal. Akibat dari dekusasio
serabut-serabut tersebut pada kiasma optikum serabut-serabut yang berasal dari
lapangan penglihatan kiri berakhir di lobus oksipital kanan dan sebaliknya.
3) Saraf Kranial III
(Okulomotorius)
Saraf
Kranial III (Okulomotorius) adalah saraf motorik.
Berfungsi:
pergerakan bola mata elevasi alis, konstriksi pupil, dan memfokuskan lensa.
Saraf ini mengontrol sebagian besar gerakan mata, konstriksi pupil, dan
mempertahankan terbukanya kelopak mata (saraf kranial IV dan VI juga membantu
pengontrolan gerakan
mata.)
4) Saraf Kranial IV (Trochearis)
SK
IV (Trochlearis) adalah saraf motorik.
Berfungsi
sebagai pergerakan bola mata ke bawah.
5)
Saraf
Kranial V (Trigeminus)
Saraf
Kranial V (Trigeminus) adalah saraf motorik dan saraf sensorik.
Terbagi
atas:
a) Syaraf optalmik adalah saraf
sensorik. Berfungsi: input dari kornea, rongga hidung bagian atas, kulit kepala
bagian frontal, dahi, bagian atas alis, konjungtiva kelenjar air mata.
b) Syaraf maksilaris adalah saraf
sensorik. Berfungsi: input dari dagu, bibir atas, gigi atas, mukosa
rongga hidung, palatum, faring.
c) Syaraf mandibularis adalah saraf
motorik dan sensorik. Berfungsi:sensorik untuk input dari lidah (bukan
pengecapan), gigi bawah, kulit di bawah dagu; motorik untuk mengunyah.
6) Saraf Kranial VI (Abdusen)
Saraf
Kranial VI (Abdusen) adalah saraf motorik. Berfungsi : pergerakan mata ke
lateral.
7)
Saraf
Kranial VII (Fasialis)
Saraf
Kranial VII (Fasialis) adalah saraf motorik dan sensorik.
Berfungsi:
sensorik untuk menerima rangsang dari bagian anterior lidah untuk diproses di
otak sebagai sensasi rasa; motoric untuk mengendalikan otot wajah untuk
menciptakan ekspresi wajah.
Mekanisme:saraf
fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi motorik berasal
dari nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum
pontin bawah dekat medulla oblongata. Fungsi sensorik berasal dari nukleus
sensorik yang muncul bersama nukleus motorik dan saraf vestibulokoklearis yang
berjalan ke lateral ke dalam kanalis akustikus interna.Serabut motorik saraf
fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah yang terdiri dari otot
orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot
stapedius, otot stilohioideus, otot digastriktus posterior, dan otot platisma.
Serabut sensorik menghantar persepsi pengecapan bagian anterior lidah.
8)
Saraf
Kranial VIII(Vestibulocochlearis)
Saraf
Kranial VIII(Vestibulocochlearis) adalah saraf sensorik.
Berfungsi:vestibular
untuk keseimbangan, sedangkan cochlearis untuk pendengaran.
Mekanisme:
saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen, yaitu serabut-serabut
sensorik (aferen) yang mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengandung
serabut-serabut sensorik (aferen) yang mengurusi keseimbangan.
Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan berjalan
menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus
genikulatum medial, dan kemudian menuju girus superior lobus temporalis.
Serabut-serabut untuk keseimbangan mulai dari utrikulus dan kanalis
semisirkularis dan bergabung dengan serabut-serabut auditorik di dalam kanalis
fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki pons, serabut vestibutor
berjalan menyebar melewati batang dan serebelum.
9)
Saraf
Kranial IX(Glossofaringeus)
Saraf
Kranial IX(Glossofaringeus) adalah saraf motorik dan sensorik.
Berfungsi:
motorik untuk membantu menelan; sensorikuntuk menerima rangsang dari bagian
posterior lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa.
Mekanisme:
saraf glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan asesorius pada
waktu meninggalkan kranium melalui foramen tersebut, saraf glosofaringeus
mempunyai dua ganglion, yaitu ganglion intrakranialis superior dan
ekstrakranialis inferior. Setelah melewati foramen, saraf berlanjut antara
arteri karotis interna dan vena jugularis interna ke otot stilofaringeus. Di
antara otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah dan mempersarafi
mukosa faring, tonsil dan sepertiga posterior lidah.
10)
Saraf
Kranial X (Vagus)
Saraf
Kranial X (vagus) adalah saraf motorik dan sensorik.
Berfungsi:
sensori untuk menerima rangsang dari organ dalam; motorik untuk mengendalikan
organ-organ dalam XI.
Mekanisme:
nervus vagus meninggalkan anterolateral bagian atas medula oblongata sebagai
rangkaian dalam jalur oliva dan pedunculus serebelaris inferior. Serabut saraf
meninggalkan tengkorak melalui foramen jugulare. Nervus vagus memiliki dua
ganglia sensorik, yaitu ganglia superior dan ganglio inferior. Nervus vagus
kanan dan kiri akan masuk rongaa toraks dan berjalan di posterior radix
paru kanan untuk ikut membentuk plexus pulmonalis. Selanjutnya, nervus fagus
berjalan ke permukaan posterior esofagus dan ikut membentuk plexus esogafus.
Nervus fagus kanan kemudian akan didistrubusikan ke permukaan posterior gaster
melalui cabang celiaca yang besar ke duodenum, hepar, ginjal, dan usus halus
serta usus besar sampai sepertiga kolon transversum.
11) Saraf Kranial XI(Aksesorius)
Saraf
Kranial XI(Aksesorius) adalah saraf motorik.
Berfungsi:
motorik untuk mengendalikan pergerakan kepal. Saraf ini dilengkapi saraf
asesoris, yaitu saraf motorik yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan
bagian atas otot trapezius. Otot sternokleidomastoideus yang berfungsi memutar
kepala ke samping dan otot trapezius memutar skapula bila lengan diangkat ke
atas.
Mekanisme:
nervus asesoris merupakan saraf motorik yang dibentuk oleh gabungan radix
cranialis dan radix spinalis. Radix spinalis berasal dari C1-C5 dan masuk ke
dalam tengkorak melalui foramen magnum, bersatu dengan saraf kranial membentuk
nervus asesoris. Nervus asesoris ini kemudian keluar dari tengkorak melalui
foramen jugulare dan kembali terpisah, saraf spinalnya akan menuju otot
sternocleidomastoid dan trapezius di leher yang berfungsi untuk menggerakkan
leher dan kepala, sedangkan saraf kranialnya akan bersatu dengan vagus
melakukan fungsi motorik brakial di faring, laring, dan palate.
12) Saraf Kranial XII(Hipoglosus)
Saraf
Kranial XII(Hipoglosus) adalah saraf motorik. Berfungsi: pergerakan lidah
saat bicara dan mengunyah.
Pasangan
saraf-saraf ini diberi nomor sesuai urutan dari depan hingga belakang,
Saraf-saraf ini terhubung utamanya dengan struktur yang ada di kepala dan leher manusia seperti mata,hidung, telinga, mulut, dan lidah. Pasangan I dan II mencuat
dari otak
besar,
sementara yang lainnya mencuat dari batang
otak.
Tabel 1.1.
Serabut Saraf Otak (Saraf Kranial)
Saraf Kranial
|
Tempat keluar-masuk pada Otak
|
I : Fila olfaktoria
|
Bulbus olfaktorius
|
II
: N. Opticus
|
Chiasma optikum
|
III : N. Oculomotorius
|
Pedunculus Cerebri, sulcus oculomotorius
|
IV
: N.Trochlearis
|
Dorsal dari tectum mesencephali
|
V
: N. Trigeminus
-N. opthalmicus [V/1]
-N. Maxillaris [V/2]
-N. Mandibularis [V/3]
|
Tepi samping pons.
Ketiga cabang neuron Trigeminus di
ganglion trigeminale (Gasseri)
|
N.
VI : N. Abducens
|
Antara pons dan pyramis
|
N.
VII : N. Facialis
|
Sudut jembatan otak kecil (Angulus
pontocerebellaris)
|
N.
VIII : N.
Vestibulocochlearis
|
|
N.
IX : N. Glossopharyngeus
|
Medula oblongata, Sulcus posterolateralis
(retroolivaris)
|
N.
X : N. Vagus
|
|
N.
XI : N. Accessorius
|
|
N.
XII : N. Hypoglossus
|
Medula oblongata, Sulcus anterolateralis
|
(sumber: Putrz & Pabst, 2000)
Tabel 1.2. Fungsi-Fungsi
Serabut Saraf Otak (Saraf Kranial)
ASE
|
Somato-Efferent Umum
|
Persarafan rangka-jaringan otot pada batang tubuh
dan ekstremitas (III, IV, VI, XII)
|
AVE
|
Viscero-Efferent Umum
|
Persarafan jaringan otot pada organ-organ dalam
perut dan jaringan otot pembuluh darah
|
SVE
|
Viscero-Efferent Khusus
|
Persarafan jaringan otot mimic, jaringan otot
pengunyah, pharyng, bagian-bagian oesophagus, m.sternocleidomastoideus, m.
trapezius (V, VII, IX, X, XI)
|
ASA
|
Somato-Afferent Umum
|
Informasi dari reseptor-reseptor mekanik pada
kulit dan alat pergerakan (V, VII, IX, X)
|
SSA
|
Somato-Afferent
Khusus
|
Melihat, mendengar, perasaan, keseimbangan (II,
VIII)
|
AVA
|
Viscero-Afferent Umum
|
Informasi dari organ-organ dalam perut, pembuluh
darah, dll (IX, X)
|
SVA
|
Viscero-Afferent Khusus
|
Penciuman, pengecap (I, VII, IX, X)
|
Sedangkan,
serabut saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal) berjumlah 31 pasang saraf
gabungan (sensorik-motorik). Sistem saraf spinal (tulang belakang) berasal dari
arah dorsal, sehingga sifatnya sensorik.
Berdasarkan asalnya, saraf sumsum
tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher(saraf cervical C1-C8), 12
pasang saraf punggung(saraf thorax T1-T12), 5 pasang saraf pinggang(saraf
lumbar L1-L5), 5 pasang saraf pinggul(saraf sacral S1-S5), dan satu pasang
saraf ekor (saraf coccyigeal). Saraf spinal diberi nama dan angka sesuai dengan
regia kolumna vertebra tempat munculnya saraf tersebut.
Tabel
1.3. Sistem Saraf Sumsum Tulang Belakang (Spinal)
Jumlah
|
Medula spinalis daerah
|
Menuju
|
7 pasang
|
Serviks
|
Kulit kepala, leher dan otot tangan
|
12 pasang
|
Punggung
|
Organ-organ dalam
|
5 pasang
|
Lumbal/pinggang
|
Paha
|
5 pasang
|
Sakral/kelangkang
|
Otot betis, kaki dan jari kaki
|
1 pasang
|
Koksigeal
|
Sekitar tulang ekor
|
(sumber: systembiosaraf.wordpress.com, 2010)
Otot – otot representatif dan segmen-segmen spinal yang
bersangkutan serta persarafannya:
a) Otot bisep lengan C5 – C6
b) Otot trisep C6 – C8
c) Ototbrakial C6 – C7
d) Otot intrinsic tangan C8 – T1
e) Susunan otot dada T1 – T8
f) Otot abdomen T6 – T12
g) Otot quadrisep paha L2 – L4
h) Otot gastrok nemius reflek untuk
ektensi kaki L5 – S2
Kemudian diantara beberapa saraf, ada yang menjadi satu
ikatan atau gabungan(pleksus)membentuk jaringan urat saraf.Pleksusterbagi
menjadi 3 macam,yaitu:
a) Plexus cervicalis (gabungan urat
saraf leher )
b) Plexus branchialis (gabungan urat
saraf lengan)
c) Plexus lumbo sakralis (gabungan urat
saraf punggung dan pinggang)
Setiap saraf spinal keluar dari sumsum tulang belakang
dengan dua buah akar, yaitu akar depan (anterior) dan akar belakang
(posterior). Setiap akar anterior dibentuk oleh beberapa benang akar yang
meninggalkan sumsum tulang belakang pada satu alur membujur dan teratur dalam
satu baris. Tempat alaur tersebut sesuai dengan tempat tanduk depan terletak
paling dekat di bawah permukaan sumsum tulang belakang. Benang-benang akar dari
satu segmen berhimpun untuk membentuk satu akar depan. Akar posterior pun
terdiri atas benang-benang akar serupa, yang mencapai sumsum tulang belakang
pada satu alur di permukaan belakang sumsum tulang belakang. Setiap akar
belakang mempunyai sebuah kumpulan sel saraf yang dinamakan simpul saraf
spinal. Akar anterior dan posterior bertaut satu sama lain membentuk saraf
spinal yang meninggalkan terusan tulang belakang melalui sebuah lubang antar
ruas tulang belakang dan kemudian segera bercabang menjadi sebuah cabang
belakang, cabang depan, dan cabang penghubung.
Cabang-cabang belakang saraf spinal mempersarafi otot-otot
punggung sejati dan sebagian kecil kulit punggung. Cabang-cabang depan
mempersarafi semua otot kerangka batang badan dan anggota-anggota gerak serta
kulit tubuh kecuali kulit punggung. Cabang-cabang depan untuk persarafan lengan
membentuk suatu anyaman (plexus), yaitu anyaman lengan (plexus brachialis).
Dari anyaman inilah dilepaskan beberapa cabang pendek ke arah bahu dan ketiak,
dan beberapa cabang panjang untuk lengan dan tangan. Demikian pula dibentuk
oleh cabang-cabang depan untuk anggota-anggota gerak bawah dan untuk panggul
sebuah anyaman yang disebut plexus lumbosakralis, yang juga mengirimkan
beberapa cabang pendek ke arah pangkal paha dan bokong, serta beberapa cabang
panjang untuk tungkai atas dan tungkai bawah. Yang terbesar adalah saraf tulang
duduk. Saraf ini terletak di bidang posterior tulang paha.
b. Sistem Saraf Tidak Sadar (Otonom)
Sistem saraf otonom mengatur kerja
jaringan dan organ tubuh yang tidak disadari atau yang tidak dipengaruhi oleh
kehendak kita. Jaringan dan organ tubuh diatur oleh sistem saraf otonom adalah
pembuluh darah dan jantung. Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf
simpatik dan sistem saraf parasimpatik (Wilson, 2005).
Sistem saraf simpatik disebut juga
sistem saraf torakolumbar, karena saraf preganglion keluar dari tulang belakang
toraks ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem saraf ini berupa 25 pasang ganglion
atau simpul saraf yang terdapat di sumsum tulang belakang yang mempunyai
aktivitas perangsangan. Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah untuk
mempercepat denyut jantung, memperlebar pembuluh darah, memperlebar bronkus,
mempertinggi tekanan darah, memperlambat gerak peristaltis, memperlebar pupil,
menghambat sekresi empedu, menurunkan sekresi ludah, dan meningkatkan sekresi
adrenalin (Wilson, 2005).
Sistem
saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena saraf
preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Susunan saraf
parasimpatik berupa jaring-jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang
tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai
oleh susunan saraf simpatik. Sistem saraf parasimpatik berkaitan dengan
pertahanan tubuh dan perbaikan sumber-sumber tubuhdan
memiliki fungsi yang berkebalikan
dengan fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik
berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik
akan memperlambat denyut jantung(Wilson, 2005).
Gambar
1.4. Sistem Saraf Spinal
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan
(antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus
vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain
dan saraf sumsum sambung.
Tabel 1.4. Fungsi Saraf Otonom
Parasimpatik
|
Simpatik
|
a. mengecilkan pupil
b. menstimulasi aliran
ludah
c. memperlambat denyut
jantung
d. membesarkan bronkus
e. menstimulasi sekresi
kelenjar pencernaan
f. mengerutkan kantung
kemih
|
a. memperbesar pupil
b. menghambat aliran
ludah
c. mempercepat denyut
jantung
d. mengecilkan bronkus
e. menghambat sekresi
kelenjar pencernaan
f. menghambat kontraksi
kandung kemih
|
SKEMA
Sel saraf berdasarkan bentuk dan
fungsinya (Gibson, 2002) adalah:
1)
Sel saraf sensorik (neuron aferen)
Merupakan jalur saraf yang menyalurkan rangsang dari
ujung-ujung saraf diseluruh otak atau sel saraf yang menghantarkan informasi dari reseptor
sensorik pada tubuh menuju sistem saraf pusat.
Bentuknya berbeda dari neuron aferen
dan interneuron, di ujung perifernya terdapat reseptor sensorik yang menghasilkan potensial aksi sebagai
respon terhadap rangsangan spesifik.
Sel saraf ini menghantarkan
impuls(pesan) dari reseptor ke sistem saraf pusat,dendritnya berhubungan dengan
reseptor(penerima rangsangan ) dan ujung aksonnya berhubungan dengan sel saraf
asosiasi.
Klasifikasi
reseptor sensoris menurut jenis stimulusnya, yaitu :
a)
Mekanoreseptor
mendeteksi stimulus mekanis seperti nyeri,suara, dan raba
b)
Termoreseptor
mendeteksi perubahan temperatur seperti panas dan dingin
c)
Nosiseptor
mendeteksi kerusakan jaringan baik fisik maupun mekanik seperi nyeri
d)
Elektromaknetik
reseptor mendeteksi cahaya yang masuk ke mata seperti warna dan cahaya
e)
Khemoreseptor
mendeteksi pengecapan,penciuman,kadar O2 dan CO2
2) Sel
saraf motorik
Merupakan
jalur saraf yang menyalurkan rangsang dari otak menuju ujung-ujung saraf atau sel saraf yang menghantarkan
informasi dari sistem saraf pusat menuju otot/kelenjar.
Sel saraf ini mengirim impuls dari
sistem saraf pusat ke otot/skelet yang hasilnya berupa tanggapan terhadap
rangsangan. Badan sel saraf berada di sistem saraf pusat dan dendritnya
berhubungan dengan akson sel saraf asosiasi dan aksonnya berhubungan dengan
efektor(bagian motoris yang menghantarkan sinyal ke otot/skelet).
Aktivitas sistem motoris tergantung
dari aktivitas neuron motoris pada medula spinalis. Input yang masuk ke neuron
motorik menyebabkan 3 kegiatan dasar motorik yaitu :
a) Aktivitas volunter (di bawah
kemauan)
b) Penyesuaian posisi untuk suatu
gerakan tubuh yang stabil
c) Koordinasi kerja dari berbagai otot
untuk membuat gerakan yang tepat dan mulus
3) Sel
saraf penghubung / intermedit / asosiasi (interneuron)
Merupakan
penghubung sel saraf yang satu dengan sel saraf yang lain.Neuron ini menghubungkan neuron
sensorik dan motorik atau menyampaikan informasi ke interneuron lainnya.
Beberapa interneuron dalam otak terkait dengan fungsi berfikir, belajar, dan
mengingat.
Sel saraf ini terbagi 2, yaitu :
a)
Sel
saraf ajustor yaitu menghubungkan sel saraf sensoris dan motoris
b)
Sel
saraf konektor yaitu untuk menghubungkan neuron yang satu dengan neuron yang
lainnya
REFERENSI :
Kozier,
B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004. Buku Ajar Keperawatan Klinis Eds 5.
Jakarta : EGC.
Potter perry. 2006. Fundamental
keperawatan ed 2. Jakarta: EGC.
Sloane et all. (2004). Anatomi dan
fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC.
Smeltzer, C.S., Bare, G.B., (2001). Buku
ajar keperawatan medical bedah Brunner& Suddarth, Edisi 8, Volume 3,
Penerbit EGC, Jakarta.
Syarifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi
untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Terima kasih pak. Membantu pemahaman.
ReplyDelete