A.
PENGKAJIAN
Merupakan data dasar klien yang komprehensif mencakup riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostic dan laboratorium
serta informasi dari tim kesehatan serta keluarga klien.
1.
Pengumpulan data
Merupakan informasi yang dilakukan secara sistematis dan kontinyu
tentang status kesehatan klien untuk menentukan masalah-masalah serta
kebutuhan-kebutuhan kesehatan klien. Informasi yang diperlukan adalah segala
sesuatu penyimpangan tentang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual,
kemampuan dalam mengatasi masalah sehari-hari, masalah kesehatan dan
keperawatan yang mengganggu kemampuan klien, dan keadaan sekarang yang
berkaitan dengan rencana asuhan keperawatan yang akan dilakukan terhadap klien
.
Jenis data yang dikumpulkan dapat berupa data subjektif dan data
objektif. Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang
disampaikan oleh klien, termasuk sensasi klien,perasaan, nilai-nilai,
kepercayaan, pengetahuan, dan persepsi terhadap status kesehatan dan situasi
kehidupan, misalnya: rasa nyeri, mual, sakit kepala, rasa kuatir, cemas dll.
Sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengamatan,
pengukuran, pemeriksaan dengan menggunakan standar yang diakui(berlaku),
misalnya: perubahan warna kulit, tekanan darah, suhu tubuh, perubahan perilaku,
dll.
a.
Sumber
data ada 3 yaitu:
1)
Data
Primer
Data
Primer adalah data yang diperoleh dari pasien langsung
2)
Data
Sekunder
Data
Sekunder adalah data yang diperoleh dari kluarga pasien
3)
Data
Tersier
Data
Tersier adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan perawat.
b.
Cara
yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah:
1)
Wawancara ( interview/ anamneses)
Menurut potter dan perry (1997) wawancara adalah suatu pola dalam
memuai komunikasi dengan tujuan yang spesifik dan terarah dalam area tertentu.
Dalam keperawatan tujuan utama dari wawancara adalah untuk mengetahui riwayat
kesehatan/ keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan kesehatan dan factor-faktor
resiko dan factor-faktor spesifik
dari perubahan dari perubahan status kesehatan dan pola kehidupan klien , serta
untuk menjalin hubungan perawt klien .
a)
Cara
wawancara ada 2 yaitu:
·
Allo
wawancara, yaitu wawancara dengan kerabat / keluarga pasien.
·
Auto
wawancara, yaitu wawancara dengan pasien langsung.
b)
Hal-hal
yang perlu diperhatikan pada saat perawat melakukan wawancara dengan klien (
craven & Hirnle, 2000; potter & perry, 1997 ; kozier et al., 1995)
adalah:
·
Menerima
keberadaan klien sebagai mana adanya
·
Memberikan
kesempatan kepada klien dan keluarganya untuk menyampaikan keluhan/ pendapat
secara bebas.
·
Menggunakan
teknik komunikasi terapeutik
·
Menciptakan
lingkungan yang mendukung
2) Pengamatan ( observasi)
Pengamatan adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk
memperoleh data tentang masalah kepawatan. Dua hal yang perlu diperhatikan
dalam melakukan pengamatan:
a)
Tidak
melakukan stimuli kepada klien/ tidak diketahui oleh klien sehingga data yang
diperoleh murni.
b)
Lakukan
seleksi atau intrpretasi dari data yang diamati menyangkut aspek bio-psiko-sosial-spiritual
klien
3) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan
fisik yang dilakukan secara keseluruhan mulai dari kepala hingga ujung kaki.
a)
Teknik-teknik
pemeriksaan fisik ada 4 yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.
·
Inspeksi
adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pemeriksaan melalui
pengamatan, hasil yang diperoleh misalnya: sclera mata berwarna kuning, kulit
kebiruan, wajah pucat dll.
·
Auskultasi
adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan
dengan pendengaran yang dibantu dengan penggunaan statescope, misalnya:
mendengar bisin usus, bunyi jantung, bunyi paru-paru dll.
·
Palpasi
adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan
dengan cara perabaan terhadap bagian-bagian tubuh yang mengalami kelaianan,
misalnya: perabaan bagian tubuh yang diduga adanya radang, pembengkakan, pemeriksaan kehamilan dll.
·
Perkusi adalah
pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mengetuk bagian tubuh
dengan cara menggunakan ujung-ujung jari tangan atau menggunakan alat seperti reflek hammer pada pemeriksaan reflek.
4) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan tes
diaknostik merupakan sebagian dari tahap pengumpulan data, hal ini sangat
membantu dalam menatalaksanaan, pemeliharaan dan restorasi kesehatan.
2.
Orientasi data
Orientasi data adalah sebuah variasi
kerangka kerja keperawatan untuk keteraturan pengumpulan data dan pencatatan
hasil pengelompokan data. Kerangka kerja membantu sebagai pedoman selama
perawat melakukan wawancara , pemeriksaan fisik, mencegah tidak tercantumnya informasi
yang berhubungan, dan memudahkan dalam analisa data pada tahap perumusan
diagnose keperawan.
3.
Validasi data
Validasi data adalah perbandingan
data subjektif dan data objektif yang dikumpulkan dari sumber primer(klien) dan
sekunder( misal: catatan kesehatan) dengan standard an nilai normal yang
diterima. Suatu standar atau nilai merupakan aturan atau ukuran yang lazim
dipakai.
4.
Anlisa data
Analisa data adalah kemampuan
kognitif perawat dalam pengembangan daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi
latar belakang ilmu dan pengetahua, pengalaman, dan pengertian tentang
subtansi ilmu keperawatan dan proses
penyakit. Fungsi analida data adalah perawat yang menginterprestasi data yang
diperoleh dari pasien atau dati sumber lain, sehingga data yang diperoleh
memiliki makna dan arti pengambilan keputusan untuk menentukan masalah
keperawatan dan kebutuhan klien.
a.
Dalam
melakukan analisa data, perawat harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Validasi
data kembali, teliti kembali data yang dikumpul
2)
Identifikasi
kesenjangan data
3)
Susun
katagorisasi data secara sistematik dan logis
4)
Identivikasi
kemampuan dan keadaan yang menunjang asuhan keperawatan klien
5)
Buat
hubungan sebab akibat antara data dengan masalah yang yang timbul seta
penyebabnya
6)
Buat
kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
DEFINISI
a.
Definisi secara umum :
Pernyataan yang menguraikan respon aktual atau potensial klien terhadap masalah
kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya.
b.
Menurut para ahli (perry
& potter, 2005) :
1)
Abdellah
( 1957 ) :
Diagnosa
keperawatan adalah penentuan sifat dan keluasan masalah keperawatan yang
ditunjukkan oleh pasien individual atau keluarga yang menerima asuhan
keperawatan.
2)
Durand
Prince ( 1966) :
Diagnosa
Keperawatan adalah suatu pernyataan tentang konklusi yang dihasilkan dari
pengenalan terhadap pola yang berasal dari penyelidikan keperawatan dari
pasien.
3)
Gebble
Lavin ( 1975) :
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau konklusi yang terjadi
sebagai akibat dan pengkajian keperawatan .
4)
Bircher
( 1975 ) :
Diagnosa
keperawatan adalah suatu fungsi keperawatan yang mandiri.Suatu evaluasi tentang
respon personal klien terhadap pengalaman kemanusiaannya sepanjang siklus
kehidupan, apakah respon merupakan krisis perkembangan atau kecelakaan,
penyakit, kesukaran, atau stres lainnya.
5)
Gordon
( 1976 ) :
Diagnosa
keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dimana perawat,
dengan pendidikan dan pengalamannya, mampu dan mempunyai izin untuk
mengatasinya.
6)
Aspinall
(1976) :
Diagnosa
keperawatan adalah suatu proses kesimpulan klinis dari perubahan yang teramati
dalam kondisi fisik atau fisiologis pasien; jika proses ini terjadi secara
akurat dan rasional, maka proses tersebut akan mengarah pada indentifikasi
tentang kesimpulan penyebab simptomatologi.
7)
Roy
( 1982) :
Diagnosa
keperawatan adalah frase singkat atau istilah yang meringkaskan kelompok
indikator penting (empiris) yang mewakili pola keutuhan manusia.
8)
Carpenito
( 1987)
Diagnosa
keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia ( keadaan sehat
atau perubahan pola interakasi aktual atau potensial ) dari individu atau
kelompok perawat yang secara legal mengidentifikasi dan dimana perawat dapat
mengintruksikan intervensi definitif untuk mempertanyakan keadaan sehat atau
untuk mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan.
9)
NANDA
(1990) :
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon
individu , keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan dan proses
kehidupan aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil dimana perawat
bertanggunggugat.
b.
BAGAIMANA
MEMBUAT DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG AKURAT
Perawat harus
mampu :
1)
Mengumpulkan
data yang valid dan berkaitan
2)
Menganalisis
data ke dalam kelompok
3)
Membedakan
diagnosa keperawatan dari masalah kolaboratif
4)
Merumuskan
diagnosa prioritas
2.
TIPE-TIPE
DAN PERSYARATAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatan menurut Carpenito (2001) dapat dibedakan menjadi 5 kategori:
a. Aktual :
suatu diagnosa keperawatan aktual
menggambarkan penilaian klinis yang harus divalidasi perawat karena adanya
batasan karakteristik mayor.
1.
Syarat
:Menegakkan diagnosa keperawatan aktual harus ada unsur PES. Symptom (S) harus
memenuhi kriteria mayor (80%-100%) dan sebagian kriteria minor dari pedoman
diagnosa NANDA. Misalnya, ada data : muntah, diare, dan turgor jelek selama 5
hari.
·
Diagnosa
: Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan secara
abnormal (taylor, lilis, dan LeMoni, 1988, p.283)
Jika
masalah semakin jelek dan menganggu kesehatan “perineal”, klien tersebut akan
terjadi resiko kerusakan kulit, dan disebu sebagai “resiko diagnosa”.
b. Resiko
diagnosa keperawatan resiko
menggambarkan penilaian klinis dimana in dividu atau kelompok lebih rentan
mengalami masalah di banding orang lain dalam situasi yang sama atau serupa.
2.
Syarat:Menegakkan
resiko diagnosa keperawatan ada unsur PE (problem and etiologi) penggunaan
istilah “resiko dan resiko tinggi” tergantung dari tingkat keparahan/kerentanan
terhadap masalah.
·
Diagnosa
: “resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare yang terus
menurus”.
Jika
perawat menduga adanya gangguan self-concept, tetepi kurang data yang cukup
mendukung (defenisi karakteristik/tanda dan gejala) untuk memastikan
permasalahan, maka dapat dicantumkan sebagai : “kemungkinan diagnosa”.
c.
Kemungkinan:
Diagnosis keperawatan yang mungkin adalah pernyataan yang
menjelaskan masalah yang diduga memerlukan data tambahan.itu adalah un
beruntung bahwa banyak perawat telah disosialisasikan untuk menghindari muncul
tentatif. dalam pengambilan keputusan ilmiah, pendekatan tentatif bukanlah
tanda kelemahan atau keraguan, tetapi merupakan bagian penting dari proses.
perawat harus menunda diagnosis akhir sampai ia atau dia telah mengumpulkan dan
menganalisis semua informasi yang diperlukan untuk tiba pada suatu
conclusion.physicians ilmiah menunjukkan kesementaraan dengan aturan pernyataan
keluar (R / O). Perawat juga harus mengadopsi posisi tentatif sampai mereka
telah menyelesaikan pengumpulan data dan evaluasi dan dapat mengkonfirmasi atau
menyingkirkan.
3.
Syarat:
menegakkan kemungkinan diagnosa keperawatan adanya unsur respon (problem) dan
faktor yang mungkin dapat menimbulkan masalah tetapi belum ada.
·
Diagnosa:
kemungkinan gangguan konsep diri: rendah diri/terilosasi berhubungan dengan
diare.
Keperawat
dituntut untuk berfikir lebih kritis dan mengumpulkan data tambahan yang
berhubungan dengan konbsep diri.
d. Diagnosa Keperawatan “Wellness”
Diagnosa keperawatan kesejahteraaan
adalah penilaian klinis tentang keadaan individu, keluarga, atau masyarakat
dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih
tinggi (NANDA).
Ø Ada 2 kunci yang harus ada:
1)
Sesuatu
yang menyenangkan pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.
2)
Ada
status dan fungsi yang efektif.
Pernyataan diagnosa keperawatan yang
dituliskan adalah “potensi untuk peningkatan..”. perlu dicatat bahwa diagnosa
keperawatan kategori ini mengandung unsur “faktor yang berhubungan”.
Contoh
: Potensial peningkatan hubungan dalam keluarga
Hasil yang
diharapkan meliputi :
-
Makan
pagi bersama selama lima hari / minggu
-
Mrlibatkan
anak dalam pengambilan keputusan keluarga
-
Menjaga
kerahasiaan setiap anggota keluarga
e. Diagnosa keperawatan “syndrome”
Diagnosa keperawatan syndrom adalah
diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan aktual atau resiko
yang diperkirakan ada karena situasi atau peristiwa tertentu.
Manfaat
diagnosa keperawatan syndrom adalah agar perawat selalu waspada dan memerlukan
keahlian perawat dalam setiap melakukan pengkajian dan tindakan keperawatan.
Menurut
NANDA ada dua diagnosa keperawatan syndrom:
1)
Syndrom
trauma pemerkosaan (Rape trauma syndrome)
Pada
diagnosa keperawatan diatas lebih menunjukkan adanya kelompok tanda dan gejala
dari pada kelompok diagnosa keperawatan. Tanda dan gejala tersebut meliputi:
Cemas,
takut,sedih, gangguan istirahat dan tidur, dan resiko tinggi nyeri sewaktu
melakukan melakukan hubungan seksual.
2)
Resiko
Syndrome penyalahgunaan (Risk for Disuse Syndrome)
-
Resiko
konstipasi
-
Resiko
perubahan fungsi pernafasan
-
Resiko
infeksi
-
Resiko
trombosis
-
Resiko
gangguan aktivitas
-
Resiko
perlukaan
-
Kerusakan
mobilisasi fisik
-
Resiko
gangguan proses pikir
-
Resiko
gangguan gambaran diri
-
Resiko
ketidakberdayaan (powerlessness)
-
Resiko
kerusakan integritas jaringan.
3.
KOMPONEN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Problem (masalah)
Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status
kesehatan atau masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkatkan mungkin.
Karena pada bagian ini dari diagnose keperawatan mengidentifikasi apa yang
tidak sehat tentang klien dan apa yang harus diubah tentang status kesehatan
klien dan juga memberikan pedoman terhadap tujuan dari asuhan keperawatan.
Dengan menggunakan standar diagnose keperawatan dari NANDA mempunyai keuntungan yang signifikan.
1)
Membantu
perawat untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya dengan menggunakan istilah
yang dimengerti secara umum.
2)
Memfasilitasi
penggunaan computer dalam keperawatan, Karena perawat akan mampu mengakses
diagnose keperawatan.
3)
Sebagai
metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan yang ada dengan
masalah medis.
4)
Semua
perawat dapat bekerja sama dalam menguji dan mendefinisikan kategori diagnose
dalam mengidentifikasi criteria pengkajian dan intervensi keperawatan dalam
meningkatan asuhan keperawatan.
b. Etiologi (penyebab)
Etiologi (penyebab) adalah factor klinik dan personal yang dapat
merubah status ksehatan atau mempengaruhi
perkembangan masalah. Etiologi mengidentifikasi fisiologis, psikologis,
sosiologis, spiritual dan factor-faktor lingkungan yang dipercaya berhubungan
dengan masalah baik sebagai penyebab ataupun factor resiko. Karena etiologi
mengidentifikasi factor yang mendukung terhadap masalah kesehatan klien, maka
etiologi sebagai pedoman atau sasaran langsung dari intervensi keperawatan.Jika
terjadi kesalahan dalam menentukan penyebab maka tindakan keperawatan menjadi
tidak efektif dan efisien. Misalnya, klien dengan diabetes mellitus masuk RS
biasanya dengan hiperglikeni dan mempunyai riwayat yang tidak baik tentang pola
makan dan pengobatan (insulin) didiagnosa dengan “ ketidaktaatan”. Katakana lah
ketidaktaatan tersebut berhubungan dengan kuramgnya pengetahuan kien dan
tindakan keperawatan diprioritaskan mengajarkan klien cara mengatasi diabetes
melitus dan tidak berhasil, jika penyebab ketidaktaatan tersebut karena klien
putus asa untuk hidup.
Penulisan etiologi dari diagnose keperawatan meliputi unsure PSMM
P = Patofisiologi dari penyakit
S = Situational (keadaan lingkungan
perawatan)
M = Medication ( pengobatan yang
diberikan)
M = Maturasi (tingkat kematangan/kedewasaan klien)
Etiologi, factor penunjang dan resiko, meliputi:
1)
Pathofisiologi:
Semua
proses penyakit, akut dan kronis, yang dapat menyebabkan atau mendukung
masalah, misalnya masalah “powerlessness”
Penyebab
yang umum:
a)
ketidakmampuan
berkomunikasi ( CV A, intubation)
b)
ketidakmampuan
melakukan aktifitas sehari-hari (CV A, trauma servical, nyeri, IMA)
c)
ketidakmampuan
memenuhi tanggungjawabnya (pembedahan, trauma, dan arthritis)
2)
Situasional
(personal, enfironment)
Kurangnya
pengetahuan, isolasi social, kurangnya penjelasan dari petugas kesehatan,
kurangnya partisipasi klien dalam mengabil keputusan, relokasi, kekurangmampuan
biaya, pelecehan sexual, pemindahan status social, dan perubahan personal
teritori.
3)
Medication
(treatment-related)
Keterbatasan
institusi atau RS: tidak sanggup memberikan perawatan dan tidak ada
kerahasiaan.
4)
Maturational
Adolescent:
ketergantungan dalam kelompok, independen dari keluarga
Young
adult: menikah, hamil, orangtua
Dewasa:
tekanan karir, dan tanda-tanda pubertas
Elderly:
kurangnya sensori, motor, kehilangan (uang, factor lain)
c. Sign/symptom (tanda/gejala)
Identifikasi data subjektif dan objektif sebagai tanda dari masalah
keperawatan. Memerlukan kriteria evaluasi, misalnya : bau “pesing”, rambut
tidak pernah di keramas. “saya takut jalan di kamar mandi dan memecahkan
barang”.
4.
PENENTUAN
PRIORITAS DIAGNOSIS
Dengan
menentukan diagnosis keperawatan, maka dapat diketahui diagnosis mana yang akan
dilakukan atau diatasi pertama kali atau yang segara dilakukan dalam menentukan
prioritas terdapat beberapa pendapat urutan prioritas, diantaranya :
a. Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam
jiwa)
Penentuan
prioritas berdasarkan tingkat kegawatan atau mengancam jiwa yang dilatar
belakangi dari prinsip pertolongan pertama yaitu dengan membagi beberapa
prioritas diantaranya prioritas tinggi, prioritas sedang , dan prioritas
rendah.
1)
Prioritas
tinggi : mencerminkan situasi yang mengancam kehidupan (nyawa seseorang)
sehingga perlu dilakukan tindakan terlebih dahulu seperti masalah bersihan
jalan nafas.contoh diagnosa..................
2)
Prioritas
sedang : menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam hidup klien
seperti masalah higiene perseorangan.contoh diagnosa..................
3)
Prioritas
rendah : menggambarkan situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis dari
suatu penyakit yang secara spesifik seperti masalah keuangan atau
lainnya.contoh diagnosa..................
b. Berdasarkan kebutuhan maslow
Maslow
mentukan prioritas diagnosis yang akan direncanakan berdasarkan kebutuhan
diantaranya kebutuhan fisiologis keselamatan dan keamanan, mencintai dan
memiliki, harga diri dan aktualisasi diri, yang dapat digambarkan sebagai
berikut:
Untuk
prioritas diagnosis yang akan direncanakan maslow membagi urutan tersebut
berdasarkan urutan kebutuhan dasar manusia di antaranya :
1)
Kebutuhan
fisiologis, meliputi masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri,
cairan, perawatan kulit, mobilitas, eliminasi.
2)
Kebutuhan
keamanan dan keselamatan, meliputi masalah lingkungan, kondisi tempat tinggal,
perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi dan rasa takut.
3)
Kebutuhan
mencintai dan dicintai, meliputi masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi
dalam kelompok, hubungan antar manusia.
4)
Kebutuhan
harga diri, meliputi masalah respect dari keluarga, perasaan menghargai diri
sendiri.
5)
Kebutuhan
masalah aktualisasi diri, meliputi kepuasan terhadap lingkungan.
A.
PERENCANAAN
(INTERVENSI)
1.
Pengertian
Perencanaan
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada
klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih
untuk mencapai tujuan tersebut.(Potter & Perry, 2005).
2.
Langkah-langkah
intervensi keperawatan :
a.
Menetapkan
Prioritas
Setelah
merumuskan diagnosa keperawatan spesifik, perawat menggunakan ketermpilan
berpikir kritis untuk menetapkan prioritas diagnosa dengan membuat peringkat
dalam urutan kepentingannya.Prioritas ditegakkan untuk mengidentifikasi urutan
intervensi keperawatan ketika klien mempunyai masalah atau perubahan multiple.(Carpenito,
1995).
Prioritas pemilihan adalah metoda
yang digunakan perawat dan klien untuk secara mutualisme membuat peringkat
diagnosa dalam urutan kepentingan yang didasarkan pada keinginan, kebutuhan dan
keselamatan klien.Perawat menggunakan prioritas untuk mengatur intervensi untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan untuk memenuhi kebutuhan
klien.Prioritas diklasifikasikan sebagai tinggi, menengah dan rendah.Prioritas
bergantung pada urgensi dari masalah, sifat dari pengobatan yang diberikan, dan
interaksi diantara diagnosa keperawatan.
Hirarki Maslow (1970) tentang
kebutuhan merupakan metoda yang sangat berguna untuk merancang
prioritas.Kebutuhan dasar fisiologis dan keselamatan biasanya merupakan
prioritas pertama atau prioritas tertinggi.Kebutuhan mencintai dan memiliki
serta harga diri termasuk prioritas menengah.Sedangkan aktualisasi diri
termasuk prioritas rendah.
b.
Menetapkan
Tujuan
Setelah mengkaji, mendiagnosis, dan
menetapkan prioritas tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien, perawat
merumuskan tujuan dan hasil yang diperkirakan dengan klien untuk setiap
diagnosa keperawatan (Gordon,1994). Maksud dari penulisan tujuan dan hasil yang
diperkirakan ada dua.Pertama, tujuan dan hasil yang diperkirakan memberikan
arahan untuk intervensi keperawatan yang individual.Kedua, tujuan dan hasil
yang diperkirakan untuk menentukan keefektifan intervensi.Bulechek &
McCloskey (1985), mendefinisikan tujuan sebagai “petunjuk untuk pemilihan
intervensi keperawatan dan kriteria dalam evaluasi intervensi
keperawatan”.Tujuan harus tidak hanya memenuhi kebutuhan klien tetapi juga
harus mencakup pencegahan dan rehabilitasi.
1. Dua
tipe tujuan dikembangkan untuk klien; yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan
jangka panjang.
1) Tujuan jangka pendek
adalah sasaran yang diharapkan tercapai dalam periode waktu yang singkat,
biasanya kurang dari satu minggu (Carpenito, 1995).
2) Tujuan jangka panjang
adalah sasaran yang diperkirakan untuk dicapai sepanjang periode waktu yang
lebih lama, biasanya lebih dari satu minggu atau berbulan-bulan (Carpenito,
1995). Tujuan jangka panjang dapat dilanjutkan saat pemulangan ke fasilitas
keperawatan terampil, lingkungan rehabilitasi, atau kembali ke rumah.
Penetapan
tujuan menegakkan kerangka kerja untuk rencana asuhan keperawatan.Melalui
tujuan, perawat mampu untuk memberikan asuhan yang bersinambungan dan
meninngkatkan penggunaan waktu serta sumber yang optimal.
3.
Kriteria
Hasil atau Hasil Yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan adalah sasaran
spesifik, langkah demi langkah yang mengarah pada pencapaian tujuan dan
penghilangan etiologi untuk diagnose keperawatan. Suatu hasil adalah perubahan
dalam status klien yang dapat diukur dalam berespons terhadap asuhan
keperawatan (Gordon, 1994; Carpenito, 1995).Hasil adalah respons yang
diinginkan dari kondisi klien dalam dimensi fisiologis, sosial, emosional,
perkembangan atau spiritual.
2. Untuk
menentukan hasil yang diharapkan, ada beberapa pedoman yang harus diperhatikan,
yaitu :
a. Faktor
yang berpusat pada klien
Karena asuhan
keperawatan diarahkan dari diagnose keperawatan, maka tujuan dan hasil yang
diperkirakan difokuskan pada klien. Pernyataan ini mencerminkan perilaku dan
respons klien yang diperkirakan sebagai hasil dari intervensi keperawatan.
b. Faktor
Tunggal
Setiap penetapan tujuan
atau hasil yang diperkirakan harus menunjukkan hanya satu respons
perilaku.Kemanunggalan ini memberikan metoda yang lebih tepat untuk
mengevaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan.
c. Faktor
yang dapat diamati
Hasil yang diharapkan
dari asuhan keperawatan harus dapat diamati.Melalui pengamatan peawat mencatat
bahwa telah terjadi perubahan. Perubahan yang dapat diamati dapat terjadi dalam
temuan fisiologis, tingkat pengetahuan klien, dan perilaku Hasilnya dapat dicapai dengan menanyakan
secara langsung klien tentang kondisi atau dapat diamati dengan menggunakan
keterampilan pengkajian. Faktor yang dapat diamati ini kita dapati dari data
subjektif.
d.
Faktor yang dapat
diukur
Tujuan dan hasil yang
diharapkan ditulis untuk memberi perawat standar yang dapat digunakan untuk
mengukur respons klien terhadap asuhan keperawatan.Faktor yang dapat diukur ini
kita dapat dari data obektif.
e. Faktor
batasan waktu
Batasan waktu untuk
setiap tujuan dan hasil yang diharapkan menunjukkan kapan respons yang
diharapkan harus terjadi.Batasan waktu membantu perawat dan klien dalam
menentukan bahwa kemajuan sedang dilakukan dengan kecepatan yang jelas.
f. Faktor
Mutual
Penetapan tujuan dan
hasil yang diharapkan secara mutual memastikan bahwa klien dan perawat setuju
mengenai arah dan batasan waktu dari perawatan. Penetapan tujuan secara mutual
dapat meningkatkan motivasi dan kerja sama klien.
g. Faktor
realistik
Tujuan dan hasil yang
diharapkan yang singkat dan realistic dapat dengan cepat memberikan klien dan
perawat suatu rasa pencapaian. Sebaliknya, rasa pencapaian ini dapat
meningkatkan motivasi dan kerja sama klien. Ketika menetapkan tujuan dan hasil
yang diharapkanyang realistik, perawat, melalui pengkajian, harus mengetahui
sumber-sumber fasilitas perawatan kesehatan, keluarga, dan klien.
4.
Intervensi
Keperawatan
Intervensi,
strategi, atau tindakan keperawatan dipilih setelah tujuan dan hasil yang
diharapkan ditetapkan.Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang
untuk membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat
kesehatan yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan (Gordon, 1994). Memilih
intervensi keperawatan sesuai adalah proses pembuatan keputusan (Bulechek &
McCloskey, 1990). Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang
perawat lakukan atas nama klien. Perawat memilih intervensi untuk mencapai
hasil. Metoda pemilihan intervensi adalah selalu sama ; tetapi tipe
intervensinya adalah bersifat individual bagi klien.
v Tipe
intervensi terbagi 3, yaitu :
a. Intervensi
perawat
Intervensi perawat
adalah respons perawat terhadap kebutuhan perawatan kesehatan dan diagnose
keperawatan klien.Tipe intervensi ini adalah “suatu tindakan autonoomi
berdasarkan rasional ilmiahyang dilakukan untuk keuntungan klien dalam cara
yang diprediksi yang berhubungan dengan diagnosa keperawatan dan tujuan klien”
(Bulechek & McCloskey, 1994). Intervensi ini tidak membutuhkan supervisi
atau arahan dari orag lain. Sebagai contoh, intervensi untuk meningkatkan
pengetahuan klien tentang nutrisi yang adekuat atau aktivitas kehidupan
sehari-hari yang berhubungan dengan higiene adalah tindakan keperawatan
mandiri.Intervensi perawat tidak membutuhkan instruksi dari dokter atau profesi
lainnya.
b. Intervensi
dokter
Intervensi dokter
didasarkan pada respons dokter terhadap diagnose medis, dan perawat
menyelesaikan instruksi tertulis dokter
(Bulechek & McCloskey, 1994). Memberikan medikasi, mengimplementasikan
suatu prosedur invasif, mengganti balutan, dan menyiapkkan klien untuk
pemeriksaan diagnostik adalah contoh-contoh dari intervensi tersebut.Intervensi
ini tidak selalu berada dalam praktik legal keperawtan bagi perawat untuk
meresepkan atau menginstruksikan tindakan ini, tetapi intervensi tersebut
berada dalam praktik keperawatan bagoi perawat untuk menyelesaikan insruksi
tersebut dan untuk mengkhususkan pendekatan tindakan.Setiap intervensi dokter
membutuhkan tanggung jawab keperawatan spesifik dan pengetahuan keperawatan
tehnik spesifik.
c. Intervensi
kolaborasi
Intervensi kolaborasi
adalah terapi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian dari
berbagai professional perawatan kesehatan.Intervensi perawat, dokter dan
kolaborasi membutuhkan penilaian keperawatan yang kritis dan pembuatan
keputusan.Ketika menghadapi intervensi dokter, atau intervensi kolaboratif,
perawat tidak secara otomatis mengimplementasikan terapi, tetapi harus
menentukan apakah intervensi yang diminta sesuai untuk klien.
Pemilihan intervensi
Ketika
memilih intervensi, perawat menggunakan keterampilan membuat keputusam klinis
yang menunjukkan tentang enam faktor untuk memilih intervensi keperawatan pada
klien spesifik, yaitu :
1) Karakteristik
diagnosa keperawatan
a) Intervensi
harus diarahkan pada pengubahan etiologi atau tanda dan gejala yang berkaitan
dengan label diagnostik.
b) Intervensi
diarahkan pada pengubahan atau menghilangakan faktor-faktor risiko yang
berkaitan dengan diagnosa keperawatan faktor risiko.
2) Hasil
yang diharapkan
a) Hasil
dinyatakan dalam istilah yang dapat diukur dan digunakan untuk mengevaluasi
keefektifan intervensi.
3) Dasar
riset
a) Tinjauan
riset keperawatn klinis yang berhubungan dengan label diagnostik dan masalah
klien.
b) Tinjauan
artikel yang menguraikan penggunaan temuan riset dalam situasi dan lingkungan
klinis yang serupa.
4) Kemungkinan
untuk dikerjakan
a) Interaksi
dan intervensi keperawatan dengan tindakan yang sedang diberikan oleh
profesional kesehatan lain.
b) Biaya.
Apakah intervensi mempunyai nilai yang efektif baik secara klinis maupun biaya?
c) Waktu.
Apakah waktu dan sumber tenaga tertangani dengan baik ?
5) Keberterimaan
klien
a) Rencana
tindakan harus selalu dengan tujuan klien dan nnilai perawatan kesehatan klien.
b) Tujuan
keperawatan yang diputuskan secara mutual.
c) Klien
harus mampu melakukan perawatan diri atau mempunyai orang yang dapat membantu
dalam perawatan kesehatan tersebut.
6) Kompetensi
dari perawat
a) Berpengetahuan
banyak tentang rasional ilmiah intervensi.
b) Memiliki
keterampilan fisiologis dam psikomotor yang diperlukan untuk menyelesaikan
intervensi.
c) Kemampuan
untuk berfungsi dalam lingkungan dan secara efektif dan efisien menggunakan
sumber perawatan kesehatan.
B. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi
keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon,
1994, dalam Potter & Perry, 1997).
Ukuran
intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan,
pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk
klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul
dikemudian hari.
Untuk
kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana
keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual),
kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan
tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan
klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Kozier et al., 1995).
1. Dalam Implementasi tindakan keperawatan memerlukan beberapa pertimbangan,
antara lain:
a.
Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan
makna dasar dari suatu implementasi keperawatan yang akan dilakukan.
b.
Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi
yang dimiliki, penyakitnya, hakikat stressor, keadaan psiko-sosio-kultural,
pengertian terhadap penyakit dan intervensi.
c.
Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin
terjadi.
d.
Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit
tidak menjadi lebih parah serta upaya peningkatan kesehatan.
e.
Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam
memenuhi kebutuhannnya.
f.
Penampilan perawat yang bijaksana dari segala
kegiatan yang dilakukan kepada klien.
2.
Beberapa
pedoman dalam pelaksanaan implementasi keperawatan (Kozier et al,. 1995) adalah
sebagai berikut:
a.
Berdasarkan respons klien.
b.
Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian
keperawatan, standar pelayanan professional, hukum dan kode etik keperawatan.
c.
Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang
tersedia.
d.
Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat
profesi keperawatan.
e.
Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada
dalam rencana intervensi keperawatan.
f.
Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien
sebagai individu dalam upaya meningkatkan peran serta untuk merawat diri
sendiri (Self Care).
g.
Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya
peningkatan status kesehatan.
h.
Dapat menjaga rasa aman, harga diri dan
melindungi klien.
i.
Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan.
j.
Bersifat holistik.
k.
Kerjasama dengan profesi lain.
l.
Melakukan dokumentas
3.
Menurut Craven
dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori dari implementasi
keperawatan, antara lain:
a.
Cognitive implementations, meliputi pengajaran/
pendidikan, menghubungkan tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup
sehari-hari, membuat strategi untuk klien dengan disfungsi komunikasi,
memberikan umpan balik, mengawasi tim keperawatan, mengawasi penampilan klien
dan keluarga, serta menciptakan lingkungan sesuai kebutuhan, dan lain lain.
b.
Interpersonal implementations, meliputi
koordinasi kegiatan-kegiatan, meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi
terapeutik, menetapkan jadwal personal, pengungkapan perasaan, memberikan
dukungan spiritual, bertindak sebagai advokasi klien, role model, dan lain
lain.
c.
Technical implementations, meliputi pemberian
perawatan kebersihan kulit, melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan
perubahan dari data dasar klien, mengorganisir respon klien yang abnormal,
melakukan tindakan keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.
Sedangkan dalam
melakukan implementasi keperawatan, perawat dapat melakukannya sesuai dengan
rencana keperawatan dan jenis implementasi keperawatan.
4.
Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi keperawatan, antara
lain:
a.
Independent implementations, adalah
implementasi yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu klien dalam
mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi
activity daily living (ADL), memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur,
menciptakan lingkungan yang terapeutik, memberikan dorongan motivasi, pemenuhan
kebutuhan psiko-sosio-spiritual, perawatan alat invasive yang dipergunakan
klien, melakukan dokumentasi, dan lain-lain.
b.
Interdependen/ Collaborative implementations,
adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau
dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian
obat oral, obat injeksi, infus, kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan
lain-lain. Keterkaitan dalam tindakan kerjasama ini misalnya dalam pemberian
obat injeksi, jenis obat, dosis, dan efek samping merupakan tanggungjawab
dokter tetapi benar obat, ketepatan jadwal pemberian, ketepatan cara pemberian,
ketepatan dosis pemberian, dan ketepatan klien, serta respon klien setelah
pemberian merupakan tanggung jawab dan menjadi perhatian perawat.
c.
Dependent implementations, adalah tindakan
keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi,
physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya dalam hal: pemberian nutrisi
pada klien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik
(mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.
5.
Secara operasional hal-hal yang perlu
diperhatikan perawat dalam pelaksanaan implementasi keperawatan adalah:
a.
Pada tahap persiapan.
1)
Menggali perasaan, analisis kekuatan dan
keterbatasan professional pada diri sendiri.
2)
Memahami rencana keperawatan secara baik.
3)
Menguasai keterampilan teknis keperawatan.
4)
Memahami rasional ilmiah dari tindakan yang
akan dilakukan.
5)
Mengetahui sumber daya yang diperlukan.
6)
Memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku
dalam pelayanan keperawatan.
7)
Memahami standar praktik klinik keperawatan
untuk mengukur keberhasilan.
8)
Memahami efek samping dan komplikasi yang
mungkin muncul.
9)
Penampilan perawat harus menyakinkan.
b.
Pada tahap pelaksanaan.
1)
Mengkomunikasikan/ menginformasikan kepada
klien tentang keputusan tindakan keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat.
2)
Beri kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan
perasaannya terhadap penjelasan yang telah diberikan oleh perawat.
3)
Menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan
hubungan antar manusia dan kemampuan teknis keperawatan dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
4)
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat
pelaksanaan tindakan adalah energi klien, pencegahan kecelakaan dan komplikasi,
rasa aman, privacy, kondisi klien, respon klien terhadap tindakan yang telah
diberikan.
c.
Pada tahap terminasi.
1)
Terus memperhatikan respons klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah diberikan.
2)
Tinjau kemajuan klien dari tindakan keperawatan
yang telah diberikan.
3)
Rapikan peralatan dan lingkungan klien dan
lakukan terminasi.
4)
Lakukan pendokumentasian
C.
EVALUASI
1. Pengertian
Evaluasi merupakan penilaian terhadap sejumlah
informasi yang diberikan untuk tujuan yang telah ditetapkan ( potter &
perry, 2005). Evaluasi diartikan sebagai : selalu menjaga
suatu tujuan ketika muncul hal-hal baru dan memerlukan penyesuaian perencanaan
( Steven, F., 2000).
2. Tujuan
evaluasi
a. Menilai apakah perawatan sesuai dengan yang
diharapkan oleh pasien dan perawat, dengan mengadakan evaluasi selama proses perawatan, sehingga
dapat melakukan penyesuaian tepat pada waktunya.
b. Menilai apakah perawatan sesuai dengan yang
diharapkan oleh pasien dan perawat, dengan mengadakan evaluasi selama proses perawatan, sehingga
dapat melakukan penyesuaian tepat pada waktunya.
3. Komponen
evaluasi
a.
Mengumpulkan data yang berhubungan.
Perawat mengumpulkan data sehingga dapat di tarik kesimpulan
tentang apakah tujuan telah terpenuhi.Hala ini biasanya diperlakukan untuk
mengumpulkan data baik baik subjektif maupun objektif.
Ø Contoh
1)
Data
subjektif misalnya keluhan mual / sakit oleh klien.
2)
Data
objektif misalnya tingkat kegelisahan oleh klien.
Ketika menafsirkan data subjektif, perawat harus mengandalkan baik
pernyataan klien setelah diberikan asuhan keperawatan dan indicator objektif
dari data subjektif ( misalnya penurunan denyut nadi atau hal-hal yang
mengakibatkan nyeri). Data-data harus dicatat dengan singkat dan akurat untuk
memfalitaskan proses evaluasi selanjutnya.
b.
Membandingkan
data dengan hasil
Perawat
dank lien berperan aktif dalam membandingkan respon klien dengan hasil yang di
inginkan, misalnya apakah klien berjalan tanpa bantuan.
c.
Menghubungkan
aktivitas dengan hasil
Tindakan yang di lakukan perawat harus berorientasi pada hasil dan
di terima oleh pasien.
d.
Menggambarkan
kesimpulan tentang masalah
perawat menggunakan penilaian tentang pencapaian tujuan apakah
rencana perawatan efektif dalam menyelesaikan masalah klien selanjutnya di
tarik satu kesimpulan dari masalah klien
1)
apakah
tujuan telah terpenuhi
2)
apakah
ada masalah dari rencana perawatannya
3)
masalah
yang sebenarnya masih ada meskipun beberapa terpenuhi
Ketika tujuan telah dipenuhi sebagian atau ketika tujuan
belum terpenuhi, dua kesimpulan yang dapat ditarik:
1)
Rencana perawatan yang mungkin perlu direvisi,
karena masalahnya adalah sebagian dapat diselesaikan. revisi mungkin perlu
terjadi selama fase menilai, mendiagnosis, atau perencanaan, serta pelaksanaan.
2)
Rencana perawatan tidak perlu revisi, karena
klien membutuhkan waktu lebih untuk mencapai tujuan sebelumnya.
3)
Memodifikasi
rencana asuhan dan mengakhiri rencana keperawatan
Ketika tujuan tidak terpenuhi, perawat
mengidentifikasi factor-faktor yang
mengganggu
pencapaian tujuan. Biasanya perubahan dalam kondisi, kebutuhan, atau kemampuan
klien memerlukan perubahan rencana asuhan.
Ø Contoh ketika menyuluh pemberian mandiri insulin, perawat menemukan
bahwa klien mempunyai masalah buta – huruf / kerusakan visual yang
menghambatnya untuk membaca dosis. Sebagai akibat,hsil awal tidak dapat
terpenuhi, sehingga perawat menggunakan intervensi baru dan merevisi hasil
untuk memenuhi tujuan asuhan.
4. Ukuran
pencapaian tujuan
a.
Masalah
terasi, yaitu jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah di tetapkan.
b.
Maslah
sebagian teratasi, yaitu jika klien menunjukkan perubahan sebagian dan kriteria
hasil yang telah ditetapkan.
c.
Masalah
tidak teratasi, yaitu jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama
sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang yelah ditetapkan.
Untuk penentuan
masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan. Subjective adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diberikan.Objective adalah informasi yang didapat berupa hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan.Analisis adalah membandingkan antara informasi subjective dan
objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah
teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi. Planning adalah rencana
keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa.
D.
Discharge
planning
1.
Pengertian
Discharge planning
Discharge planning adalah proses sistematis yang diberikan
kepada pasien ketika akan meninggalkan tempat pelayanan kesehatan, baik pulang
kerumah maupun akan melakukan perawatan dirumah sakit lain (Taylor). Kozier
(2004) mendefinisikan discharge planning sebagai proses mempersiapkan
pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain didalam atau diluar suatu agen pelayanan
kesehatan umum.Jackson(1994) menyatakan bahwa discharge planning
merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya dituliskan
untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu
lingkungan yang lain.Rindhianto (2008) mendefinisikn discharge planning
sebagai perencanaan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubunagan
dengan kondisi penyakitnya,
2.
Manfaat
discharge planning
a.
Bagi
pasien
1)
Dapat
memenuhi kebutuhan pasien.
2)
Merasakan
bahwa dirinya adalah bagian dari proses
perawatan sebagai bagian yang aktif dan bukan objek yang pasif
3)
Menyadari
haknya untuk dipenuhi
4)
Merasa
nyaman untuk kelanjutan perawatannya untuk memperoleh support sebelum timbulnya
masalah
5)
Dapat
memilih prosedur perawatannya
6)
Mengerti
apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat dihubungi
b.
Bagi
perawat
1)
Merasakan
bahwa keahliannya diterma dan dapat digunakan
2)
Menerima
informasi kunci setiap waktu
3)
Memahami
perannya dalam sistem
4)
Dapat
mengembangkan keterampilan dalam prosedur baru
5)
Memiliki
kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara yang berbeda
6)
Bekerja
dalam suatu sistem dengan efektif
3.
Prinsip
discharge planning
a.
Kordinasi
(saling berhubungan)
b.
Interdisiplin
(saling menjaga, disiplin ilmu,keterampilan sesuai standar keperawatan)
c.
Pengenalan
secara dini mungkin(penjelasan tentang apa yang kita informasi)
d.
Perencanaan
secara hati-hati
e.
Melibatkan
klien dan keluarga dalam memberikan perawatan
4.
Karakteristik
indikasi kebutuhan discharge planning
a.
Kurang
pengetahuan tentang pengobatan
b.
Isolasi
sosial
c.
Diagnosa
baru penyakit kronik
d.
Operasi
besar
e.
Perpanjangan
operasi besar
f.
Orang
labil
g.
Penatalaksanaan
dirumah secara kompleks
h.
Kesulitan
financial
i.
Ketidakmampuan
menggunakan sumber rujukan /fasilitas pelayanan kesehatan
j.
Penyakit terminal
5.
Prioritas
klien yang mendapatkan discharge planning
a.
Umur
diatas 70 tahun
b.
Maltipe
diagnosis
c.
Resiko
kematian yang tinggi
d.
Terbatas
mobilitus fisik
e.
Keterbatasan
merawat diri sendiri
f.
Penurunan
status kognisi/kognitif
g.
Resiko
terjadi cedera
h.
Tunawisma
i.
Fakir
miskin
j.
Penyakit
kronis
k.
Pasie
diagnosis baru
l.
Penyalahgunaan
zat
m.
Sering
keluar masuk emergency
6.
Mekanisme
Discharge planning menurut proses keperawatan
a.
Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan
pengorganisasian data tentang klien.ketika melakukan pengkajian kepada
klien,keluarga merupakan bagian dari perawatan.klien dan keluarga harus aktif
dilibatkan dalam proses discharge planning agar transisi dari rumah sakit
kerumah dapat efektif.
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah :
a.
Data
kesehatan
b.
Data
pribadi
c.
Pemberi
perawatan
d.
Lingkungan
e.
Keuangan
dan pelayanan yang dapat mendukung
b.
Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada
pengkajian discharge planning,dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan
keluarga.
Yaitu
mengetahui problem,etiologi (penyebab),support
sistem (hal yang mendukung klien sehingga dilakukan discharge planning).
c.
Perencanaan
Menurut Luverne dan Barbara (1988)
Perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan klien.kelompok
perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan
pulang klien,yang disingkat dengan METHOD yaitu :
1)
Medication (obat)
Pasien
sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
2)
Environment (lingkungan)
Lingkungan
tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman.pasien juga sebaiknya
memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kelanjutan perawatannya.
3)
Treatment
(pengobatan)
Perawat harus
memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien pulang, yang
dilakukan oleh klien dan anggota keluarga.
4)
Healt
Teaching (pengajaran kesehatan)
Klien yang akan
pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan kesehatan.termasuk tanda
dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan perawatan kesehatan tambahan.
5)
Diet
Klien sebaiknya
diberitahu tentang pembatasan pada dietnya.ia sebaiknya mampu memilih diet yang
sesuai untuk dirinya.
d.
Implementasi
Implementasi dalam discharge planning adalah pelaksanaan
rencana pengajaran referral.seluruh pengajaran yang diberikan harus
didokumentsikan padacatatan perawat dan ringkasan pulang (discharge
summary).intruksi tertulis diberikan kepada klien.demontrasi ulang harus
menjadi memuaska.klien dan pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan
melakukannya dengan alat yang digunakan dirumah.
e.
Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning
adalah penting dalam membuat kerja proses discharge planning.perencanaan dan
penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan
yag sesuai.
Evaluasi lanjut
dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu setelah klien berada
dirumah.ini dapat dilakukan melalui telfon,kuisioner atau kunjungan rumah (home visit).
Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam
variable :
1)
Derajat
penyakit
2)
Hasil
yang diharapkan dari perawatan
3)
Durasi
perawatan yang dibutuhkan
4)
Jenis-jenis
pelayanan yang diperlakukan
5)
Komplikasi
tambahan
6)
Ketersediaan sumber-sumber untuk mencapai pemulihan
K.
Analisis
Penerapan Discharge Planning
1)
Fenomena
penerapan discharge planning
a)
Masih
terbatasnya rumah sakit yang melaksanakan discharge planning, hal ini
disebabkan karena masih belum dipahaminya bahwa discharge planning merupakan
bagian dari asuhan keperawatan.
b)
Belum
berjalannya mekanisme rujukan,terutama kepraktik rujukan kepraktik perawatan
mandiri.
c)
Policy
rumah sakit belum mewujudkan kerja sama dengan agency keperawatan atau
kesehatan.
d)
Proses
pendidikan keperawatan kurang menekankan arti pentingnya pembelajaran tentang
discharge planning.
e)
Belum
tersosialisasikan secara optimal tentang discharge planning kepada perawat
dirumah sakit.
2)
Data
yang harus digali oleh discharge planning
a)
Informasi
dasar tentang klien,seperti alur medis,psikologis dan status kesehatan mental.
b)
Apakah
dilingkungan tempat tinggal pasien tersedia fasilitas pelayanan kesehatan
lanjutan ?
c)
Apakah
ada yang merawat pasien dirumah ?
d)
Apakah
tim medis memutuskan pasien membutuhkan masa perpanjangan perawatan ?
e)
Apakah
yang merupakan harapan atau tujuan klien dalam kaitan dengan rencana jangka
panjang mereka dan rencana jangka pendek ?
f)
Apakah
yang merupakan klien harapan/tujuan individu dari dukungan informal dalam
membantu individu ?
g)
Adakah
limit pembayaran jasa pelayanan kesehatan terhadap profesi kesehatan sudah
dirumuskan agar perawatan dirumah tidak menjadi lebih mahal ?
h)
Siapa
yang akan bertanggung jawab menyediakan pelayana medis dan keperawatan dirumah
dan siapa yang menjadi mediator komunikasi antara rumah sakit dengan pelayanan
lanjutan dirumah ?
i)
Siapa
yang bertanggung jawab secara keseluruhan perawatan pasien dirumah (terkait
jenis tindakan,mekanisme pembayaran,dan alur rujukan ?
j)
Adakah
pembatasan yang mempengaruhi hak-hak klien untuk memilih ?
k)
Apa
yang menjadi dasar untuk mengatakan bahwa penyedia layanan tidak memenuhi
kewajibannya dalam perawatan klien dirumah ?
3)
Informasi
yang harus diketahui oleh klien dan keluarga
a)
Apakah
anda mempunyai kartu asuransi kecelakaan ?
b)
Apakah
anda dan keluarga merasa bahwa kondisi fisik dan kondisi kesehatan mental anda
kuat dan cukup stabil untuk dipulangkan ?
c)
Apakah
anda dan kluarga merasa nyaman setelah mendapatkan penjelasan dokter bahwa
perawatan anda dilanjutkan dirumah ?
d)
Apakah
anda mempunyai orang lain atau keluarga dirumah untuk membantu merawat anda ?
e)
Jika
tidak,apakah anda nyaman atau mampu mejaga diri dan melakukan perawatan sendiri
a/
f)
Apakah
anda membutuhkan orang lain atau perawat untuk merawat anda ?
g)
Apakah
anda mengetahui bagaimana anda dan keluarga akan melakukan perawatan dirumah ?
h)
Apakah
anda sudah memiliki pilihan tempat atau tenaga kesehatan (dokter atau perawat)
untuk melanjutkan pengobatan dan perawatan ?
i)
Berapa
jarak dari tempat pelayanan kesehatan tersebut dan dengan apa anda kesana ?
j)
Apakah
anda atau keluaraga mempunyai asuransi pribadi untuk menanggung biaya perawatan
dirumah ?
k)
Apakah
dan keluarga merasa mampu mengambil keputusan dalam memilih pelayanan kesehatan
yang akan dilaksanakan dirumah ?
l)
Apakah
anda atau keluarga membutuhkan konsultasi ketenaga profesional kesehatan dalam
pengambilan keputusan perawatan anda dirumah ?
m)
Apakah
anda dirumah memiliki peralatan yang cukup untuk perawatan lanjutan ?
4)
Kemampuan
dan tanggung jawab klien dalam discharge planning
a)
Karena
klien dengan keterbatasan (cacat) yang diperoleh,klien perlu memahami
kondisinya dari perspektif medis dan bagaimana ia harus menyesuaikan diri
dengan keterbatasan tersebut.
b)
Klien
perlu mengetahui hak-hak mereka untuk menerima pelayanan kesehatan dan siapa
yang harus dihubungi untuk menerima layanan kesehatan serta pada kondisi
kegawatan,dan kepada siapa mereka komplain jika pelayanan tidak didapatkan.
c)
Klien
harus mempunyai suatu pemahaman perusahaan bantuan yang akan memerlukan atau
bagaimana cara memanfaatkan bantuan yang tersedia.
d)
Klien
perlu memahami unit pelayanan kesehatan lanjutan yang tersedia.
e)
Ketika
membuat perencanaan jangka panjang perawatan, klien harus diberi informasi pada
unit pelayanan kesehatan atau jasa yang tersedia,dan meghubungi informasi untuk
memperoleh pelayanan dan bantuan.
f)
Klien
dan discharge planner harus mengetahui secara pasti menyangkut peran dan semua
unit pelayana kesehatan yang tersedia.
g)
Klien
perlu memahami jenis pelayanan kesehatan apa yang mendukung asuransi kesehatan
yang dipilih.
5)
Langkah
Penerapan Discharge Planning
a)
Merumuskan
statement visi
b)
Tanggung
jawab terhadap komunitas
c)
Pendekatan
tim untuk discharge planning
d)
Pembentukan
leader team
e)
System
informasi atau alur
f)
Program
pembayaran yang fleksibel
g)
Mengkoordasi
kesatuan system discharge planning
h)
Menetapkan
kejelasan penyandang dana
i)
Kebijakan
pemerintah
j)
Pembentukan
group pembelaan
REFERENSI :
· Carpenito,L.J
(2004), Nursing Diagnosis: Aplication to Clinical Practice. (10 th edition).Philadelphia: J.B
Lippincot Company.
·
Kozier, Erb. Berman. Snyder. (2004). Fudamental of nursing:
Concepts, process, and practice.
·
Seventh Edition. New Jersey : Pearson Education. Inc.
·
http://www.tadikaislam.com/forum/index.php?action=vthread&forum=1&topic=4
·
Potter & Perry (2005). Fundamental
Keperawatan, Edisi 4, Jakarta: EGD.
·
Philadelphia: J.B Lippincot Company.
·
Carpenito,L.J (2001), Diagnosa Keperawatan.
Jakarta: EGD
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat