A.
Mobilisasi
Sesuai Tahap Tumbuh Kembang
1. Bayi
Tulang
belakang bayi baru lahir lentur dan kurangnya garis antero-posterior yang ada
pada orang dewasa. Garis tulang belakang pertama kali muncul ketika bayi
memanjangkan leher dari posisi prone. Sejalan dengan pertumbuhan dan
peningkatan stabilitas, tulang belakang torakalmenjadi tegak, dan garis tulang
belakang lumbal muncul, sehingga memungkinkan duduk dan berdiri. Sistem muskuloskeletal
bayi bersifat fleksibel. Ekstermitas lentur dan persendian memiliki rentang
gerak lengkap. Pada bayi yang matang, sistem muskuloskeletal menjadi lebih
kuat, bayi mampu melawan pergerakan, meraih dan menggenggam objek. Pada saat
bayi tumbuh, perkembangan sistem muskuloskeletal membutuhkan dukungan berat
badan untuk berdiri dan berjalan. Posturnya aneh karena kepala dan tubuh bagian
atas dibawa ke depan. Karena berat badan tidak tersebar sama rata sepanjang
garis gravitasi, maka postur tidak seimbang, dan sering terjadi jatuh.
2. Anak
Usia Prasekolah dan Sekolah
Pada
usia tiga tahun, tubuh lebih ramping, lebih tinggi, dan lebih baik
keseimbangan. Perut yang menonjol berkurang, kaki tidak terbuka berjauhan,
lengan dan tungkai makin panjang. Anak juga tampak lebih terkoordinasi. Dari
usia tiga tahun sampai permulaan remaja sistem muskuloskeletal terus
berkembang. Tulang panjang dilengan dan tungkai tumbuh. Otot, ligamen , dan
tendon yang lebih kuat, mengakibatkan perbaikan postur dan peningkatan kekuatan
otot. Koordinasi lebih baik memungkinkan anak melakukan tugasnya yang
membutuhkan keterampilan motorik yang baik.
3. Remaja
Tahap
remaja biasa ditandai dengan pertumbuhan yang pesat. Pertumbuhan terkadang
tidak seimbang. Sehingga remaja tampak aneh dan tidak terkoordinasi.
Pertumbuhan dan perkembangan remaja putri biasa lebih dahulu dibandingkan
dengan remaja putra. Pinggul membesar, lemak disimpan di lengan atas, paha, dan
bokong. Perubahan bentuk pada remaja putra menghasilkan pertumbuhan tulang
panjang dan peningkatan massa otot. Tungkai menjadi lebih panjang dan pinggul
lebih sempit. Perkembangan otot meningkat di dada, lengan, bahu, dan tungkai
atas.
4. Dewasa
Orang
dewasa yang mempunyai postur dan kesejajaran tubuh yang benar marasa senang,
terlihat bagus, dan umumnya percaya diri. Orang dewasa sehat juga memerlukan
perkembangan muskuloskeletal dan koordinasi untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. Perubahan postur normal dan kesejajaran tubuh orang dewasa terjadi
terutama pada wanita hamil. Perubahan tersebut akibat respons adaptif tubuh
terhadap penambahan berat dan pertumbuhan fetus. Pusat gravitasi berpindah ke
bagian anterior. Wanita hamil bersandar ke belakang dan punggungnyaagak
lengkung. Wanita hamil biasa mengeluh sakit punggung.
5. Lansia
Kehilangan
total massa tulang progresif terjadi pada lansia. Beberapa kemungkinan untuk
penyebab kehilangan ini meliputi aktivitas fisi, perubahan hormonal, dan
resorpsi tulang aktual. Pengaruh kehilangan tulang adalah tulang menjadi lemah:
tulang belakang lebih lunak dan tertekan, tulang panjang kurang resisten untuk
membungkuk. Selain itu, lansia mengalami perubahan status fungsional sekunder
akibat perubahan status mobilisasi.
Lansia
berjalan lebih lambat dan tampak kurang terkoordinasi. Lansia juga membuat
langkah yang lebih pendek, menjaga kaki mereka lebih dekat bersamaan, yang
mengurangi dasar dukungan. Sehingga keseimbangan tubuh tidak stabil, dan mereka
sangat berisiko jatuh dan cedera.
B.
Prosedur
memindahkan pasien menggunakan hydroulic lift
Hydraulic Lift merupakan
alat yang menyerupai ayunan, yang digunakan untuk memindahkan pasien yang
terlalu berat. Hydraulic
lift
terdiri dari beberapa buah bagian, seperti boom,
yaitu bagian seperti cabang yang berfungsi untuk mengangkat pasien dan dimana
nanti pasien akan bergantung. Ada cradle,
yaitu bagian dimana selempang hoyer lift nantinya akan digantung kan. Selain
itu ada bagian base atau dasar, serta roda di bagian bawah base.
1.
Peralatan yang dibutuhkan yaitu:
a.
Pengangkat Hoyer (harus termasuk dasar, canvas matras, dua pasang canvas strap).
b.
Kursi besar dengan lengan penyokong sebagai tempat duduk klien.
2.
Tujuan :
a.
Membantu berpindah dan memindahkan klien yang berat yang tidak dapat
berpindah sendiri.
b.
Mencegah regangan yang tidak perlu pada tubuh pemindah.
3.
Hasil yang Diharapkan (sampel):
a.
Klien dipindahkan dari dan kembali ke tempat tidur oleh pengangkat Hoyer
tanpa cedera.
4.
Pengkajian:
Pengkajian harus berfokus pada:
a. Diagnosis medis
b. Program aktivitas dokter
(posisi yang dikontraindikasikan dan jumlah serta banyaknya waktu yang diperlukan
klien)
c. Kemampuan klien untuk
mempertahankan kepala tegak
d. Catatan untuk menentukan
toleransi klien sebelumnya terhadap posisi duduk (mis. Hipotensi ortostatik,
jumlah waktu yang ditoleransi klien untuk duduk)
e. Kebutuhan klien untuk
restrain sambil duduk
f. Situasi ruangan (mis.,
pencahayaan yang cukup, adanya perabot di jalan antara kursi dan tempat tidur)
g. Kondisi alat Hoyer,
cantelan, dan matras canvas
h. Pengatahuan keluarga tentang
pengoperasian Hoyer
5.
Prosedur kerja:
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan prosedur dan
yakinkan klien bahwa kewaspadaan akan dilakukan untuk mencegah jatuh.
c. Berikan dan pertahankan
privasi selama prosedur.
d. Tempatkan kursi di samping
tempat tidur klien yang akan didudukinya (kunci rodanya, jika menggunakan kursi
roda).
e. Sesuaikan tinggi tempat
tidur untuk kenyamanan kerja, jika menggunakan tempat tidur medis.
f. Kunci tempat tidur jika
mungkin.
g. Tempatkan klien pada matras
sebagai berikut:
1)
Gulingkan pasien ke satu sisi dan tempatkan setengah dari
matras di bawah klien dari bahu ke paha tengah.
2)
Gulingkan klien ke sisi lain dan selesaikan penarikan matras di bawah
klien.
3)
Yakinkan salah satu atau kedua sisi pembatas tempat tidur ditinggikan
pada saat perawat berpindah dari satu sisi ke sisi lain, jika menggunakan
tempat tidur medis.
h. Gulingkan dasar pengangkat
Hoyer di bawah sisi tempat tidur yang paling dekat ke kursi dengan boom pada bagian tengah tubuh klien;
kunci roda pengangkat.
i. Dengan menggunakan base-adjustment lever, lebarkan jarak
dasarnya.
j. Tinggikan dan kemudian
dorong jack handle ke arah mast, untuk menurunkan bagian boom (ini diselesaikan dengan tombol
yang tepat atau alat kontrol pada Hoyer elektrik).
k. Tempatkan tali pengikat atau
cantelan rantai melalui lubang matras (cantelan tali pengikat pendek masuk ke
lubang di belakang dan cantelan panjang mengikat masuk ke lubang pada ujung
yang lain), untuk meyakinkan bahwa cantelan tidak menekan kulit klien.
l. Letakkan semua alat, jalur
IV, dan darain dekat dengan klien sehingga tidak terjadi perubahan posisi dan
matikan drain, jika perlu (ingat untuk membukanya kembali setelah memindahkan
klien).
m. Instruksikan klien untuk
melipat lengan menyilang di atas dada.
n. Dengan menggunakan Jack handle, pompa jack sampai matras menutupi tempat tidur kira-kira 6 inci dan katup
kencang.
o. Tentukan apakah klien tersokong
penuh dan dapat mempertahankan sokongan kepala. Berikan penyokong kepala sesuai
kebutuhan selama prosedur.
p. Buka kunci roda dan tarik
pengangkat Hoyer lurus ke belakang menjauh dari tempat tidur; instruksikan
asisten untuk memberikan sokongan pada peralatan dan kaki klien selama
prosedur.
q. Berpindah ke kursi dengan
membuka ujung dasar pengangkat kursi; lanjutkan sampai punggung klien hampir
rata dengan punggung kursi.
r. Kunci roda pengangkat.
s. Dengan perlahan angkat jack handle dan turunkan klien ke kursi sampai
cantelan agak kendur dari matras; bimbing klien ke kursi dengan tangan perawat
pada saat matras turun. Hindari menurunkan klien ke pegangan kursi.
t. Singkirkan matras (kecuali
sulit untuk memindahkan atau klien akan turun dari tempat tidur untuk pertama
kali).
u. Tempatkan slang, darain, dan
alat penyokong untuk fungsi yang tepat, kenyamanan, dan keamanan:
1)
Bantal di belakang kepala.
2)
Sprei di atas lutut dan paha.
3)
Restrain, jika diperlukan (mis.,Poetry
vest, seprai, restrain lengan).
4)
Telepon dan barang-barang yang serinng digunakan dalam area yang
terjangkau.
5)
Kateter dilengkungkan ke bagian bawah kursi.
6)
Penggantung IV diletakkan cukup dekat agar tidak tertarik.
v.
Kaji toleransi klien terhadap duduk.
w.
Biarkan pintu ruangan klien terbuka ketika meninggalkan ruangan, kecuali
ada seseorang yang tinggal dengan klien.
x.
Jelaskan pada keluarga cara untuk memantau klien sesuai interval.
y.
Kembalikan klien ke tempat tidur dengan menggunakan langkah-langkah di
atas.
z.
Cuci tangan dan simpan peralatan.
6.
Rasional
a.
Mengurangi perpindahan mikroorganisme
b.
Menurunkan ansietas
c.
Menurunkan rasa malu
d.
Menempatkan kursi pada jarak dekat
e.
Mencegah regangan otot dan punggung pada
perawat
f.
Mencegah tempat tidur bergerak
g.
Memusatkan bagian tubuh yang paling
berat di atas matras:
a)
Memposisikan klien pada matras dengan gerakan minimal
b)
Mencegah jatuh tidak disengaja
h.
Menggerakkan bagian mekanis dari
pengangkat ke sisi tempat tidur
i.
Mencegah penganggkat berguling
j.
Memberi stabilitas yang besar untuk
mengangkat
k.
Menurunkan boom cukup dekat untuk menggaitkan cantelan
l.
Menguatkan penempatan cantelan pada
lubang matras
m. Mencegah
perubahan posisi yang tidak disengaja dan cedera pada klien
n.
Mencegah refluks draines
o.
Mencegah cedera yang tidak disengaja
p.
Dengan hati-hati mengkaji stabilitas
klien dan memusatkan pada matras
q.
Mengkaji stabilitas berat dan penempatan
r.
Meningkatkan stabilitas
s.
Menggerakkan dan membimbing klien ke
kursi
t.
Memberikan stabilitas hoyer
u.
Menurunkan klien ke kursi
v.
Memudahkan kenyamanan
w. Mencegah
perubahan posisi slang dan drain yang tidak disengaja dan mempertahankan fungsi yang diperlukan
a)
Menjamin stabilitas klien ke kursi
b)
Memudahkan dukungan adekuat terhadap
bagian tubuh yang lain
c)
Menempatkan barang-barang yang di
inginkan atau diperlukan
klien dalam jangkauan
d) Memudahkan
komunikasi
x. Memungkinkan
observasi visual terhadap klien yang sendirian
y. Mengurangi
resiko jatuh, mencegah cedera dan ketidaknyamanan selama pemindahan
z. Menurunkan
perpindahan mikroorganisme
dan Meningkatkan
kebersihan lingkungan.
C. Prosedur Berjalan dengan Kruk Lofstrand
1.
Pengertian
Kruk
lofstrand adalah alat bantu mobilisasi yang memiliki
sebuah pegangan tangan dan pembalut logam yang pas mengelilingi lengan bawah.
Pembalut logam dan pegangan tangan diatur agar sesuai dengan ketinggian klien.
2.
Tujuan
a.
Membantu melatih kemampuan gerak klien,
melatih dan meningkatkan mobilisasi.
b.
Mencapai kestabilan klien dalam
berjalan.
3.
Indikasi
a.
Klien dengan nyeri yang berhubungan
dengan fraktur dan/atau trauma.
b.
Klien dengan kerusakan mobilitas fisik
yang berhubungan dengan nyeri dan bengkak sendi.
c. Klien amputasi
kaki: di atas atau di bawah lutut.
d. Klien dengan
kerusakan mobilitas fisik yang berhungan dengan nyeri dan kerusakan
musculoskeletal.
e. Klien setelah
bedah artroskopis lutut.
f. Kerusakan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan ketidaknyamanan dan imobilisasi yang
diprogramkan.
4.
Prosedur
a. Kaji toleransi
aktifitas, kekuatan, nyeri, koordinasi, kemampuan fungsional, dan penyakit
serta cedera.
b. Menjelaskan
prosedur kepada klien dan keluarga.
c. Siapkan seorang
perawat propesinal untuk menyiapkan kruk yang tepat dan penempatan yang benar
dipergelangan tangan bagian siku.
d. Memeriksa
lingkungan untuk memastikan tidak ada rintangan di sekitar klien.
e. Berat badan
pasien haruh disongkong pada pergelangan tangan.
f. Pertahankan postur
pasien tetap tegak sebisa mungkin, untuk mencegah penarikan pada otot-otot dan
sendi serta mempertahankan keseimbangan.
g. Setiap jarak
langkah yang di ambil dengan kruk harus aman dan nyaman untuk pasien, lebih
baik melangkah dengan langkah yang kecil dari pada langkah yang besar.
h. Sebelum memulai
berjalan dengan kruk, latihan untuk menguatkan otot lengan sangat dianjurkan.
i. Menentukan
tempat istirahat klien setelah latihan.
j. Minta klien
berdiri dengan posisi tripod, dengan cara menepatkan kruk 15 cm di depan dan 15
cm di samping kaki pasien.
k. Atur kesejajan
kaki dan tubuh klien.
l. Klien
memposisikan kruk pertama kali lalu memposisikan kaki yang berlawanan
m. Klien
mengulangi urutan cara ini dengan kruk dan kaki yang lain.
n. Pada gaya
berjalan tiga titik , berat badan di topang pada kaki yang tidak sakit, dan
urutan ini dilakukan berulang-ulang. Kaki yang sakit tidak menyentuh tanah
selama berjalan ditahap awal. Secara bertahap klien mulai menyentuh, dan
menopang berat badan secara penuh pada kaki yang sakit.
Gaya berjalan dua titik memerlukan sebagian
penopang berat disetiap kaki.REFERENSI :
Alimul
Hidayat, A. Aziz. 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinis Kebidanan Eds
2.
Jakarta : Salemba Medika.
J. Corwin, Elizabeth. 2001. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Kozier,
B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004. Buku Ajar Keperawatan Klinis Eds 5.
Jakarta : EGC.
Potter perry. 2006. Fundamental
keperawatan ed 2. Jakarta: EGC.
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat