google adsense

Thursday, February 23, 2012

pengukuran tanda-tanda vital sesuai tahap tumbuh kembang.

pengukuran tanda-tanda vital sesuai dengan tumbuh kembang
       1. Suhu
a.       Bayi
1)      Saat mengukur suhu bayi melalui aksila, anda mungkin perlu memegang lengan bayi agar tetap berada di depan dada.
2)      Rute aksila mungkin tidak seakurat rute lain untuk mendeteksi demam pada anak (binger & Ball, 1999).
3)      Rute timpanik cepat dan nyaman. Letakkan bayi pada posisi supine dan buat kepala stabil. Tarik puncak daun telinga lurus ke belakang dan sedikit kebawah. Arahkan ujung thermometer kedepan dan masukkan secukupny auntuk menutup saluran.
4)      Hindari rute timpani pada anak dengan infeksi telinga yg aktif atau terpasang selang drainase membrane timpani.
5)      Rute rectal adalah pilihan terakir pada bayi.
b.      Anak
1)      Rute timpanik atau aksila adalah yang biasanya digunakan.
2)      Untuk rute timpanik, biarkan anak di atas pangkuan orang dewasa dengan kepala anak bersandar pada tubuh orang dewasa sebagai penopang. Tarik puncak telinga lurus kebelakang kemudian keatas untuk anak di atas usia 3 tahun.
3)      Hindari rute timpani pada anak dengan infeksi telinga yg aktif atau terpasang selang drainase membrane timpani.
4)      Rute oral dapat di gunakan padaanak di atas usia 3 tahun. Direkomendasikan untuk menggunakan thermometer elektronik yang tahan pecah.
5)      Untuk mengukur suhu rectal, latakkan anak pada posisi prone diatas pangkuan atau di dalam posisi miring dengan lutut fleksi. Masukkan thermometer sedalam 1 inci atau 3,5 cm kedalam rectum.
c.       Lansia
1)      Suhu tubuh lansia cenderung lebih rendah dari pada suhu tubuh dewasa menengah.
2)      Suhu tubuh lansia sangat di pengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan dan perubahan suhu internal.
3)      Lansia dapat menghasilkan serumen telinga yang cukup banyak sehingga dapat mengganggu pembacaan hasil pemeriksaan thermometer timpanik.
4)      Lansia cenderung memiliki hemoroid. Inspeksi anus sebelum melakukan pemeriksaan suhu melalui rectal.

2.      2. Nadi
a.       Bayi
1)      Gunakan nadi apical untuk mengkaji frekuensi detak jantung neonatus, bayi, dan anak usia 2-3 tahun untuk mendapatkan data dasar untuk evaluasi selanjutnya, untuk menentukan apakah frekuensi detak jantung dalam rentang normal, dan untuk menentukan apakah iramateratur.
2)      Letakkan bayi pada posisi supine, dan beri dot bila bayi menangis atau rewel.  Menangis dan aktivitas fisikakan meningkatkan frekuensi nadi bayi. Karena itu, periksa frekuensi nadi apical pada bayi dan anak kecil sebelum mengkaji suhu tubuh.
3)      Tentukan lokasi nadi apical kira-kira 1 atau 2 ruang di atas apeks dewasa pada saat bayi.
4)      Nadi brakialis, popliteal, dan  femoralis dapat di palpasi. Akibat tekanandarah yang normalnya rendah dan detak jantung cepat, nadi distal lainnya pada bayi mungkin sulit untuk di raba.
b.      Anak
1)      Untuk memeriksana diperifer, letakkan anak di posisi yang nyaman pada lengan orang dewasa atau biarkan orang dewasa tetap dekat dengan anak. Hal ini dapat menurunkan kecemasan dan memberikan hasil pengukuran yang akurat.
2)      Untuk mengkaji nadi apical, bantu anak yang lebih kecil pada posisi supine atau duduk yang nyaman.
3)      Demonstrasikan prosedur kepadaanak dengan menggunakan boneka atau mainan binatang, dan biarkan anak memegang stetoskop sebelum prosedur di mulai. Hal ini akan menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama anak.
4)      Apeks jantung normalnya terletak di interkosta keempat padaanak yang lebih kecil, dan interkosta kelima pada anak usia 7 tahun dan lebih.
5)      Tentukanlokasiimpuls apical sepanjangruanginterkostakeempat, antara MCL dangaris anterior aksila.
c.       Lansia
1)      Jika klien menderita tremor yang hebat pada tangan atau lengan, denyut nadi radialis mungkin sulit di hitung. 
3.      3. Pernapasan
a.       Bayi
1)      Bayi atau anak yang menangis memiliki frekuensi pernapasan yang abnormal dan perlu ditenangkan sebelum pernapasan dapat dikaji secara akurat.
2)      Jika diperlukan, letak kantangan dengan lembut pada abdomen bayi untuk merasakan naik dan turunnya abdomen dengan cepat selama pernapasan.
b.      Anak
1)      Observasi naik dan turunnya abdomen karena anak yang lebih mudah bernapas diafragma. Jika perlu, letakkan tangan dengan lembut di abdomen untuk merasakan naik dan turunnya abdomen dengan cepat selama pernapasan.
c.       Lansia
1)      Beritahu klien untuk tetap diam atau hitung napas setelah memeriksa denyut nadi.

.     4.  Tekanan darah
a.       Bayi
1)      Gunakan stetoskop pediatric dengan diafragma kecil.
2)      Bagian tepi bawah manset tekanan darah dapat lebih dekat keruangan tekubital bayi.
3)      Gunakan metode palpasi jika auskultasi dengan stetoskop atau Doppler tidak berhasil.
4)      Tekanan padalengan dan paha adalah sama pada anak-anak di bawah 1 tahun.
b.      Anak
1)      Jelaskan setiap langkah proses dan apa yang akan dirasakan .demonstrasikan pada boneka .
2)      Gunakan tehnik palpasi untu kanak di bawah usia 3 tahun.
3)      Lebar bladder manset harus 40% dan panjangnya 80-100%  dari lingkar lengan.
4)      Ukur tekanan darah terlebih dahulu sebelum  melakukan prosedur yang tidak nyaman lainnya agar tekanan darah tidak meningkat palsu akiba tketidaknyamanan.
5)      Pada anak-anak, tekanan diastolic dianggap pada awitan fase 4, tempat suara mulai redup (muffle).
6)      Pada anak-anak, tekanan pada paha kurang lebih 10 mmHg lebih tinggi dari lengan.



5.    Lansia
1)      Kulit bias sangat rapuh. Jangan biarkan tekanan manset tetap tinggi lebih lama dari yang diperlukan.
2)      Tentukan apakah klien meminum obat anti-hipertensi, dan jikabenar, kapan obat terakir  diminum.
3)      Jika lengan klien mengalami kontraktur, kaji tekanan darah dengan palpasi, saat lengan pada posisi relaksasi. Jika tidak memungkinkan, lakukan pemeriksaan tekanan darah pada paha.

REFERENSI :


Enykus, (2003), keterampilan dasar dan prosedur perawatan dasar, ed 1. Semarang, Kilat press.

Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A.,(1999). Fundamental Keperawatan Konsep proses dan praktek.EGC: Jakarta

Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A., Yasmin, Asih (editor). (1999). Buku Saku Ketrampilan Dan Prosedur Dasar. EGC: jakarta



1 comment:

  1. Berharga karya-krya kelimuan seperti ini... lanjutkan sobat.. tetap semangat utk berbagi.

    ReplyDelete

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat