google adsense

Thursday, February 23, 2012

MEMBUAT LARUTAN DESINFEKTAN

MEMBUAT LARUTAN DESINFEKTAN
Pengertian
             Menyiapkan/membuat larutan desinfektan sesuai ketentuan .
Tujuan            
            Menyediakan larutan desinfektan yang dapat digunakan secara tetap guna dan aman serta dalam keadaan siap pakai.
Jenis desinfektan
·         Sabun yang mempunyai daya antiseptic, misalnya Asepso, sopoderm
·         Risol
·         Kreolin
·         Salvon
·         PK (Permanganas Kalikus)
·         Betadin
Cara pembuatan
1)      Cara membuat larutan sabun
Kegunaan
      Mencuci tangan dan peralatan, seperti alat tenun, logam, kaca, karet/plastic, kayu bercat dan yang berlapis formika.
Persiapan alat
·         Sabun padat, sabun krim, atau sabun cair
·         Gelas ukur/spuit
·         Timbangan (jika ada)
·         Pisau atau sendok makan
·         Alat pengaduk
·         Air panas/hangat dalam tempatnya
·         Ember/baskom
Prosedur pelaksanaan
1.      Membuat larutan dari sabun padat/krim
Masukkan sabun padat sekurang-kurangnya 4 gram ke dalam ember berisi 1 liter air panas/hangat lalu aduk sampai larut.
2.      Membuat larutan dari sabun cair
Campurkan 3 cc sabun cair ke dalam eber berisi 1 liter air hangat, kemudian aduk sampai rata.
2)      Cara membuat larutan lisol dan kreolin
Kegunaan
·         Lisol 0,5%       : Memcuci tangan.
·         Lisol 1%          : Disinfeksi peralatan perawatan/ kedokteran.
·         Lisol 2-3%       : Merendam peralatan yang digunakan pasien pengidap penyakit             menular, selama 24 jam.
·         Kreolin 0,5%   : Mendesinfeksi lantai.
·         Kreolin 2%      : Mendesinfeksi lantai kamar mandi/ WC/spulhok.
Persiapan alat
·         Larutan lisol
·         Gelas ukur
·         Ember berisi air
·         Ember/baskom
·         Kreolin
Prosedur pelaksanaan
1.      Membuat larutan lisol/kreolin  0.5%
Campurkan 5 cc lisol/kreolin  ke dalam 1 liter air.
2.      Membuat larutan lisol/kreolin  2% sampai 3%
Campurkan 20 cc sampai 30 cc lisol/kreolin  ke dalam 1 liter air.
3)      Cara membuat larutan savlon
Kegunaan
·         Savlon 0,5%    : Mencuci tangan.
·         Savlon 1%       : Merendam peralatan perawatan/kedokteran.
Persiapan alat
·         Savlon
·         Gelas ukur
·         Ember atau baskom
·         Ember berisi air secukupnya
Prosedur pelaksanaan
1.      Membuat larutan savlon 0,5%
Campurkan 5 cc savlon ke dalam 1 liter air.
2.      Membuat larutan savlon 1%
Campurkan 10 cc savlon ke dalam 1 liter air.
4)      Cara membuat larutan PK
Rumus:
Keterangan:
V1  : Jumlah pelarut (air) yang sudah diketahui
V2  : Jumlah pelarut (air) yang dicari
K1  : Kosentrasi PK yang tersedia
K: Kosentrasi PK yang dibutuhkan (1/4000)

PERTIMBANGAN KHUSUS PEMBERIAN OBAT PADA KELOMPOK USIA TERTENTU (BAYI, ANAK-ANAK DAN LANSIA)
BAYI DAN ANAK
Dosis untuk anak lebih rendah dari pada dosis pada dewasa, sehingga perhatian khusus perlu di berikan dalam menyiapkan obat untuk anak. Obat biasanya tidak disiapkan dan di kemas dalam rentang dosis yang di standarisasi untuk anak. Orang tua adalah sumber yang berharga dalam mempelajari cara terbaik pemberian obat pada anak. Kadang kala troma pada anak berkurang, jika orang tua yang memberikan obat dan perawat mengawasinya. Supaya anak kooperatif, perawatan diperlukan yang suportif. Perawat menjelaskan prosedur kepada anak, menggunakan kata-kata yang pendek dan sederhana, yang sesuai dengan tingkat pemahaman anak. Jika anak dan orang tuanya dapat dilibatkan, perawat kemungkinan akan lebih berhasil dalam memberikan obat. Misalnya, katakan “sekarang waktunya minum pil mu. Kamu ingin air atau jus?” Izinkan anak menetapkan pilihan. Setelah obat diberikan, perawat dapat member pujian kepada anak atau menawarkan hadiah kecil, misalnya lambang bintang atau mata uang.
LANSIA
Individu berusia lebih dari 65 tahun merupakan pengguna obat terbanyak (Ebersole, Hess, 1994). Perawat yang member obat kepada lansia harus mencermati 5 pola penggunaan obat oleh klien lansia sebagaimana yang diidentifikasi Ebersole, Hess, (1994).
1.      Polifarmasi. Artinya klien menggunakan banyak obat, yang diprogramkan atau tidak, sebagai upaya mengatasi beberapa gangga secara bersamaan. Apabila ini terjadi, ada risiko interaksi obat dengan obat lain dan makanan. Klien juga memiliki risiko lebih besar untuk mengalami reaksi yangmerugikan terhadap pengobatan.
2.      Meresepkan obat sendiri (self-prescribing of medication). Berbagai gejala dapat di alami oleh klien lansia, misalnya nyeri, konstipasi, insomnia dan ketidak mampuan mencerna.
3.      Obat yang dijual bebas. Obat yang di jual bebas di gunakan oleh 75% lansia untuk meredakan gejala.
4.      Pengguna obat yang salah (misuse). Bentuk-bentuk penggunaan obat-obat yang salah oleh lansia antara lain: penggunaan berlebihan (overuse), penggunaan yang kurang (underuse), penggunaan yang teratur (eratic use), dan penggunaan yang kontraindikasikan.
5.      Ketidakpatuhan (noncomplianse). Ketikpatuhan didefinisikan sebagai penggunaan obat yang salah secara disengaja. Dari semua populasi lansia 75% diantaranya tidak mematuhi program pengobatan secara sengaja dengan mengubah dosis obat karena obat dirasa tidak efektif atau efek samping obat tersebut membuat lansia tidak nyaman.

3 comments:

  1. mantaabb... trim ksh sobat... saya tunggu sharingnya.. selamat berkarya dan berbagi..

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat