pengukuran
tanda-tanda vital sesuai dengan tumbuh kembang
1. Suhu
a.
Bayi
1)
Saat
mengukur
suhu
bayi
melalui
aksila, anda
mungkin
perlu
memegang
lengan
bayi agar tetap
berada
di depan dada.
2)
Rute
aksila
mungkin
tidak
seakurat
rute
lain
untuk
mendeteksi
demam
pada
anak (binger & Ball,
1999).
3)
Rute
timpanik
cepat
dan
nyaman. Letakkan bayi pada posisi supine dan
buat
kepala
stabil. Tarik
puncak
daun
telinga
lurus
ke
belakang
dan
sedikit
kebawah. Arahkan
ujung thermometer kedepan
dan
masukkan
secukupny
auntuk
menutup
saluran.
4)
Hindari
rute timpani pada
anak
dengan
infeksi
telinga
yg
aktif
atau
terpasang
selang
drainase membrane timpani.
5)
Rute
rectal adalah pilihan terakir pada bayi.
b.
Anak
1)
Rute
timpanik
atau
aksila
adalah yang biasanya
digunakan.
2)
Untuk
rute
timpanik, biarkan
anak di atas
pangkuan orang dewasa
dengan
kepala
anak
bersandar
pada
tubuh orang dewasa
sebagai
penopang. Tarik
puncak
telinga
lurus
kebelakang
kemudian
keatas
untuk
anak di atas
usia 3 tahun.
3)
Hindari
rute timpani pada
anak
dengan
infeksi
telinga
yg
aktif
atau
terpasang
selang
drainase membrane timpani.
4)
Rute
oral dapat di gunakan padaanak di atas
usia 3 tahun.
Direkomendasikan untuk menggunakan thermometer elektronik yang tahan
pecah.
5)
Untuk
mengukur
suhu rectal, latakkan
anak
pada
posisi
prone
diatas
pangkuan
atau di dalam
posisi miring dengan
lutut
fleksi. Masukkan thermometer
sedalam 1 inci atau 3,5 cm kedalam rectum.
c.
Lansia
1)
Suhu
tubuh
lansia
cenderung
lebih
rendah
dari
pada
suhu
tubuh
dewasa
menengah.
2)
Suhu
tubuh
lansia
sangat di pengaruhi
oleh
perubahan
suhu
lingkungan
dan
perubahan
suhu internal.
3)
Lansia
dapat
menghasilkan
serumen
telinga yang cukup
banyak
sehingga
dapat
mengganggu
pembacaan
hasil
pemeriksaan thermometer
timpanik.
4)
Lansia
cenderung
memiliki
hemoroid. Inspeksi anus
sebelum melakukan pemeriksaan suhu melalui rectal.
2. 2. Nadi
a.
Bayi
1)
Gunakan
nadi apical untuk
mengkaji
frekuensi
detak
jantung
neonatus, bayi, dan
anak
usia 2-3 tahun
untuk
mendapatkan data dasar
untuk
evaluasi
selanjutnya, untuk
menentukan
apakah
frekuensi
detak
jantung
dalam
rentang normal, dan
untuk
menentukan apakah iramateratur.
2)
Letakkan
bayi
pada
posisi supine, dan
beri dot bila
bayi
menangis
atau
rewel. Menangis
dan
aktivitas
fisikakan
meningkatkan
frekuensi
nadi
bayi. Karena
itu, periksa
frekuensi
nadi apical pada
bayi
dan
anak
kecil
sebelum
mengkaji
suhu
tubuh.
3)
Tentukan
lokasi
nadi apical kira-kira 1 atau
2 ruang di atas apeks dewasa pada saat bayi.
4)
Nadi
brakialis, popliteal, dan femoralis dapat di palpasi. Akibat
tekanandarah yang normalnya
rendah
dan
detak
jantung
cepat, nadi distal lainnya
pada
bayi
mungkin
sulit
untuk di raba.
b.
Anak
1)
Untuk
memeriksana
diperifer, letakkan
anak di posisi yang nyaman
pada
lengan orang dewasa
atau
biarkan orang dewasa
tetap
dekat
dengan
anak. Hal ini
dapat
menurunkan
kecemasan
dan
memberikan
hasil
pengukuran yang akurat.
2)
Untuk
mengkaji
nadi apical, bantu
anak yang lebih
kecil
pada
posisi supine atau
duduk yang nyaman.
3)
Demonstrasikan
prosedur
kepadaanak
dengan
menggunakan
boneka
atau
mainan
binatang, dan
biarkan
anak
memegang
stetoskop
sebelum
prosedur di mulai. Hal ini
akan
menurunkan
kecemasan
dan
meningkatkan
kerjasama
anak.
4)
Apeks
jantung
normalnya
terletak di interkosta
keempat
padaanak yang lebih
kecil, dan
interkosta
kelima
pada
anak
usia 7 tahun
dan
lebih.
5)
Tentukanlokasiimpuls
apical sepanjangruanginterkostakeempat, antara MCL dangaris anterior aksila.
c.
Lansia
1)
Jika
klien
menderita tremor yang hebat
pada
tangan
atau
lengan, denyut
nadi
radialis
mungkin
sulit di hitung.
3. 3. Pernapasan
a.
Bayi
1)
Bayi
atau
anak yang menangis
memiliki
frekuensi
pernapasan yang abnormal dan
perlu
ditenangkan
sebelum
pernapasan
dapat
dikaji
secara
akurat.
2)
Jika
diperlukan, letak
kantangan
dengan
lembut
pada abdomen bayi
untuk
merasakan
naik
dan
turunnya abdomen dengan
cepat
selama
pernapasan.
b.
Anak
1)
Observasi
naik
dan
turunnya abdomen karena
anak yang lebih
mudah
bernapas
diafragma. Jika
perlu, letakkan
tangan
dengan
lembut di abdomen untuk
merasakan
naik
dan
turunnya abdomen dengan
cepat
selama
pernapasan.
c.
Lansia
1)
Beritahu
klien
untuk
tetap
diam
atau
hitung
napas
setelah
memeriksa
denyut
nadi.
. 4. Tekanan
darah
a.
Bayi
1)
Gunakan
stetoskop pediatric dengan
diafragma
kecil.
2)
Bagian
tepi
bawah
manset
tekanan
darah
dapat
lebih
dekat
keruangan
tekubital
bayi.
3)
Gunakan
metode
palpasi
jika
auskultasi
dengan
stetoskop
atau Doppler tidak
berhasil.
4)
Tekanan
padalengan
dan
paha
adalah
sama
pada
anak-anak di bawah 1 tahun.
b.
Anak
1)
Jelaskan
setiap
langkah proses dan
apa yang akan
dirasakan .demonstrasikan
pada
boneka .
2)
Gunakan
tehnik
palpasi
untu
kanak di bawah
usia 3 tahun.
3)
Lebar
bladder manset harus 40% dan panjangnya 80-100%
dari lingkar lengan.
4)
Ukur
tekanan
darah
terlebih
dahulu
sebelum melakukan prosedur yang tidak
nyaman
lainnya agar tekanan
darah
tidak
meningkat
palsu
akiba
tketidaknyamanan.
5)
Pada
anak-anak, tekanan diastolic
dianggap pada awitan fase 4, tempat
suara
mulai
redup (muffle).
6)
Pada
anak-anak, tekanan
pada
paha
kurang
lebih 10 mmHg lebih
tinggi
dari
lengan.
5. Lansia
1)
Kulit
bias
sangat
rapuh. Jangan
biarkan
tekanan
manset
tetap
tinggi
lebih lama dari yang
diperlukan.
2)
Tentukan
apakah
klien
meminum
obat anti-hipertensi, dan
jikabenar, kapan
obat
terakir diminum.
3)
Jika
lengan
klien
mengalami
kontraktur, kaji
tekanan
darah
dengan
palpasi, saat
lengan
pada
posisi
relaksasi. Jika
tidak
memungkinkan, lakukan
pemeriksaan
tekanan
darah
pada
paha.
REFERENSI :
Enykus, (2003), keterampilan dasar dan prosedur perawatan dasar, ed 1. Semarang, Kilat press.
Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A.,(1999). Fundamental Keperawatan Konsep proses dan praktek.EGC: Jakarta
Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A., Yasmin, Asih (editor). (1999). Buku Saku Ketrampilan Dan Prosedur Dasar. EGC: jakarta
Berharga karya-krya kelimuan seperti ini... lanjutkan sobat.. tetap semangat utk berbagi.
ReplyDelete